10. Keanehan Dimas Part 2

1959 Kata

                “Silahkan duduk, pak. Maaf, rumah saya sempit dan agak berantakan,” ucapku begitu siang itu akhirnya Pak Dimas masuk ke rumahku karena Ibu terus memaksaku untuk membawa Pak Dimas masuk. “Santai saja,” balasnya sambil tersenyum tipis, lalu duduk di sofa ruang tamu.                 Sebenarnya rumahku tidak terlalu kecil, juga jauh dari kata berantakan. Barusan aku sekedar basa-basi saja. “Mau minum apa, pak?” tanyaku beberapa detik kemudian. “Memang bisa buat?”                 Aku meringis. “Nanti saya bilang ke ibu saya.” “Nggak usah.” “Harus iya pak. Kalau nggak mau, nanti ibu saya nggak akan ngebolehin Pak Dimas pulang.” “Gitu, ya? Ya sudah, terserah.” Aku mengangguk, lalu segera menyusul ibu di dapur. Barusaja aku belok dari ruangan tengah menuju dapur,

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN