Syaira mengeriputkan kening, memerhatikan gelagat tak biasa dari sang sahabat yang tampak rakus melahap kerupuk kentang. Sejak jam istirahat, nafsu makan Bimby tak biasa. Lebih buas dan mengerikan. Apa menghadapi pernikahan harus seliar ini?
Hari ini terakhir kali sang sahabat mengenakan putih abu-abu, datang untuk berpamitan pada semua orang. Berat, tetapi pilihan membuat mereka harus terpisah. Langkah berani diambil oleh Bimby, jalan pintas menuju kehidupan baru. Keputusan gila tepatnya.
Semua kaget, tentu saja. Gadis paling ajaib dengan popularitas tak terkalahkan mendadak berhenti, memilih menikah muda. Kabar mengejutkan ini menimbulkan banyak praduga, tetapi tidak heran mengingat karakter Bimby suka menempuh langkah aneh. Bukan sekali ini saja, dia sering membuat keputusan-keputusan di luar akal sehat manusia normal.
Namun, jika berita kehamilan menyebar, nama Bimby akan menjadi trending topik paling diburu. Ia tak mau hal itu menimpa, memilih bersembunyi di balik cerita palsu. Menciptakan narasi indah mengenai alasan pernikahan diselenggarakan begitu mendadak.
Bukan Bimby jika tak memiliki alibi, selalu ada alasan luar biasa untuk dijelaskan menjadi masuk akal. Bakat terpendam sebagai pengarang n****+ best seller, menciptakan narasi serupa dongeng para putri di Negeri Antah Berantah. Dia menceritakan dengan imajinasi fantastis, meyakinkan semua orang bahwa takdir manis sedang menyapa. Jodoh dari langit berkat benang merah takdir.
“Jadi, kamu benar-benar akan mewujudkan impian gila itu?” Alena masih tak percaya dengan keputusan Bimby untuk menikah, hal paling berani sekaligus konyol. Bagaimana mungkin sang sahabat mempertaruhkan semuanya, melepas masa lajang di usia dini? Tak masuk akal!
“Jangan bilang kalau cita-cita punya anak lima sebelum umur tiga puluh menjadi alasan pernikahan bodoh ini?” timpal Ciera setengah meringis mendapati Bimby hanya cengengesan tak jelas, cewek bermata sipit itu memang memiliki impian tak wajar sebagai perempuan masa kini.
Siapa yang bercita-cita punya anak lima saat umur tiga puluh tahun? Hanya Bimby. Ia bahkan tak peduli ketika dewan guru mendesak untuk mengatakan alasan pernikahan tiba-tiba tersebut, gadis berambut panjang itu hanya melantangkan dalih tentang cinta tak terbendung. Perasaan menggebu di masa muda yang indah, sayang kalau dilewatkan begitu saja.
“Calon suami tercinta sudah tak tahan untuk menikah, tak mau kehilangan aku. Jika harus menunggu perempuan cantik ini dewasa, pasti kesepian akan menyiksa. Jadi, tolong. Biarkan kami hidup bahagia.” Begitulah cara Bimby berpamitan pada dewan guru, tingkah tengil tak tertandingi menjadi ciri khas hingga akhir.
“Jadi, calon suami kamu benar om-om?” tambah Virly yang ikut memasang wajah serius, mereka berempat masih penasaran dengan apa pun terkait pernikahan mendadak tersebut.
“Kalian harus mengulang berapa kali supaya berhenti mengoceh? Mirip emak-emak rempong di ujung gang rumah!” balas Bimby dengan tatap dibuat sinis sembari menatap satu per satu teman terbaik di sejarah hidupnya, dia akan rindu wajah-wajah menyebalkan tersebut. “Hidup itu perlu dinikmati, jangan mainstream ngejalaninnya. Muda, beda, dan berbahaya. Jadikan motto terbaik!”
“Gila!” seru Syaira yang akhirnya buka suara, Bimby tentu saja tertawa diikuti tangan mengaduk-aduk bungkus snack yang sudah tak berisi. Ia mencibir ketika ketiganya mendelik, lagi-lagi perempuan muda itu melepas tawa ke udara. Bersikap santai tanpa terbebani oleh apa pun.
“Mau tunggu apa lagi? Mumpung ada yang ngajak kawin. Kita selalu diajari untuk mengambil peluang dalam hidup. Selagi ada kesempatan, ambil. Lagian om-om calon my husband itu perfect. Sudah tajir, gantengnya ngalahin oppa-oppa Korea. Kalian tahu kalo seleraku enggak murahan, ahjussi gantengku lebih cute dari Cha Eun Woo.”
“Yakin kalo kakak ipar itu Jofan Dastarasta?” Ciera memperlihatkan gawai yang sejak semula dipegang, menunjukkan foto seorang pria berjas tengah menatap tajam. Ekspresinya yang datar justru menunjukkan aura maskulin misterius. Kesan manly begitu kuat, memesona.
Bimby terbatuk, mereka sampai sejauh ini. Jiwa detektif ala anak SMA yang begitu meledak-ledak, dari mana Ciera mendapatkan foto Jofan? Pria itu bahkan tak menggunakan aplikasi w******p. Tidak mungkin memiliki akun sosial media serupa i********: maupun f*******:. Laki-laki yang akan menjadi suaminya sedikit aneh, tampak lebih mirip alien dari planet lain, Mars mungkin.
“Kalian serius jadi agen Interpol?” Bimby kaget pada jiwa kepo rekan-rekan terbaiknya, salut terhadap kegigihan konyol masing-masing. Tak menyerah untuk memeriksa latar belakang calon suaminya dengan cara unik dan ilegal.
“Adik kecil kami mau menikah, masa kakak kece ini diam saja.” Virly berseloroh sambil menepuk-nepuk d**a, Bimby meninju pelan lengan member tertua di geng mereka.
Mereka tertawa kompak, saling pandang dengan perasaan bercampur aduk. Antara bahagia, sedih, dan terkejut. Empat sahabat lainnya pasti memiliki banyak tanya, tetapi memilih diam tanpa menimbulkan kesulitan untuk Bimby. Dalam suatu ikatan pertemanan, kejujuran dan terbuka memang faktor utama. Namun, menjaga privacy termasuk poin penting dalam menciptakan keawetan persahabatan.
Syaira dan Alena melompat dari tembok pembatas, pot besar untuk bunga-bunga di sepanjang jalan. Sementara Ciera beserta Virly bergeser ke belakang Bimby, mereka berempat membentuk lingkaran. Memeluk teman yang akan melepas masa lajang.
Keseruan itu terhenti oleh bunyi klakson mobil, sedan hitam sudah terparkir di seberang jalan. Bimby menyipitkan mata hingga indra penglihatan kian mengecil, itu mobil Jofan. Panjang umur, hadir ketika menjadi topik pembahasan para gadis.
Bimby cuek, kembali bergabung bersama teman-temannya. Kurang suka dengan sikap tak sopan calon suami, dia bukan tipe perempuan yang akan berlari hanya karena dipancing mobil mewah. Jika mau adu gengsi, Jofan salah memilih lawan.
“Apaan, sih?” sungut Bimby tepat setelah menyapu simbol hijau di layar ponsel, sepertinya pria dewasa di balik kemudi mobil itu tak sabar menunggu. “Berisik!”
Jofan yang mendengar ocehan Bimby terus menekan bagian tengah kemudi, kesal dengan tingkah kekanakan sang calon mempelai. Masih menciptakan kebisingan, tak peduli dengan perhatian orang-orang yang berlalu lalang. Hujan membuat pria itu sedikit menggila, cemas berlebihan. Di area sekolah justru panas, kena prank anomali cuaca.
“Ke sini sekarang!” perintahnya datar, tetapi penuh ketegasan.
“Enggak!” balas cepat ini memaksa umpatan ke luar dari bibir tipis sang pria, memukul kasar kemudi.
“Jangan main-main, aku sibuk!” Nadanya mulai meninggi, menandakan emosi meningkat pada level berikutnya.
“Sibuk, tapi buang-buang waktu di telepon. Gadis cantik yang akan dijemput ada di depan mata. Tinggal turun dan bawakan payung, di sini panas!” Masih saja ocehan garing, tak berfaedah di telinga sang calon mempelai pria.
Keempat temannya cekikikan, saling berebut memerhatikan mobil, masih tertutup rapat. Tak ada tanda-tanda akan dibuka, sementara Bimby terus mengoceh. Mereka penasaran terhadap sosok di balik kendaraan mewah, pengusaha muda tersebut sering menjadi perbincangan hangat di kalangan para pebisnis.
Bulan lalu, wajah Jofan menjadi sampul majalah bisnis. Di sanalah empat sekawan itu menemukan jati diri calon suami sang sahabat, tak ada nilai minus. Benar-benar suami idaman, seperti apa jika dilihat secara langsung?
“Gitu, dong. Baru namanya calon suami milenial, keren. Sini!” Bimby melambaikan tangan senang, melebarkan senyum terbaik.
Pintu mobil benar-benar terbuka, tampak lelaki gagah dengan setelan jas abu-abu keluar. Beberapa pasang mata beralih, seolah makhluk asing sedang singgah di bumi. Selanjutnya, ia menjadi pusat perhatian.
Beberapa siswa yang belum pulang sekolah terlihat saling berbisik, pejalan kaki pun menoleh hingga radius bermeter-meter. Bimby mengikik kuda, ia melambai. Sengaja, untuk menunjukkan bahwa Pangeran yang baru turun dari sedan hitam itu adalah miliknya.
“Aku karakter utama dan kalian figuran. Jadi, Pangeran itu hanya diciptakan untuk tokoh wanita terbaik di kisah ini, silakan berlomba mengelap iler di sudut bibir masing-masing!” Bimby berucap senang, melebarkan senyuman terbaiknya.
Empat gadis SMA itu tak memungkiri, Jofan memang menakjubkan sebagai pria dewasa. Maskulin yang begitu menawan, memiliki pesona dengan aura khas penuh sihir. Apa semua lelaki berjas akan setampan dia? Bimby berdiri, menyambut calon suaminya. Bersikap begitu berlebihan, memaksa teman-teman yang lain mencibir.
“Stop!” Bimby memekik begitu nyaring sehingga Jofan kebingungan, tak memahami maksud dari larangan sang calon istri. “Tak perlu melangkah lagi, cukup aku yang mendekat.”
Keempat temannya mengumpat dalam hati, masih sempat pamer di hari terakhir. Tampak Bimby tak memiliki sedikit pun penyesalan, tanpa ada keterpaksaan di wajah. Artinya, wanita muda tersebut bukan sedang dalam posisi sulit, ia begitu menikmati masa-masa indah bersama calon suami.
Pasangan yang akan menikah itu menyeberang jalan tanpa peduli dengan panggilan keempat gadis muda lainnya, Bimby sengaja menjauhkan Jofan dari para sahabat. Dia tak mau mereka curiga, enggan membocorkan perihal serius. Alasan paling dasar dari pernikahan, kehamilan tak terencana.
Nanti, saat semua sudah kondusif, Bimby akan mengatakan perihal bayi di dalam perut. Satu-satunya alasan melenyapkan semua impian, menunggu waktu tepat. Dia pasti memberi tahu mereka, bukan sekarang.
***