Pernikahan Mahal

1493 Kata
Bimby mematut dirinya di cermin, detail bentuk wajah ia sapu pandang dengan perasaan berkecamuk. Pantulan di kaca terlihat begitu manis, sangat anggun. Dia benar-benar akan menikah, melepas masa lajang di usia 17 tahun. Pilihan paling berani dalam hidup. Sang mempelai wanita mengunci diri di kamar selepas make up selesai, menunggu calon pria tiba, dan akad nikah akan segera dilaksanakan. Kemudian, dilanjutkan dengan resepsi besar-besaran, bahkan dihadiri orang-orang penting kota ini. Ia tak menyangka jika Jofan sehebat itu, dari Walikota hingga pejabat-pejabat yang tingkat penghasilannya belum pernah terbayangkan sebelumnya. Dia belum pernah membayangkan menikahi pria tampan, dalam benaknya sejak masih kanak-kanak. Hanya bermimpi tentang laki-laki seperti ayahnya yang begitu hangat. Sosok cinta pertama setiap anak perempuan, begitulah Bimby dengan kesederhanaan harapan. Namun, kini ia harus meninggalkan lelaki tua itu demi seorang calon suami idaman setiap wanita. Benarkah semua ini? Memutuskan menjadi bagian penting dari laki-laki bernama Jofan Dastarasta, hidup baru sebagai istri yang tengah hamil. Di usia belia, bahkan sempat ditentang keras oleh kedua orang tua. Beruntung Airlangga, paman dari calon suaminya mampu meyakinkan sehingga mereka bersedia menikahkan keduanya hanya sampai bayi itu lahir. Rupanya hanya tentang pernikahan kontrak, disepakati kedua wali mempelai. Jofan akan bertanggung jawab atas kehamilan Bimby, menikahi serta membiayai hidup keduanya, dan menjamin masa depan wanita itu setelah bercerai nanti. Semua pasal dalam kontrak tampak menguntungkan kedua belah pihak, terbukti para orang tua menemukan kata sepakat dalam hitungan jam. Gadis itu mengangguk, memantapkan keraguan yang mulai merayap. Menepuk pipi cepat, mencoba menyadarkan diri. Menarik segaris senyuman, ia tak boleh mundur. Semua sudah siap, petualangan baru di dunia yang sangat ingin ia lakoni selama ini. Bukankah ia selalu berkata ingin menjadi ibu di usia tujuh belas tahun? Semua akan terkabul, ucapannya menjadi doa yang diijabah sempurna. Tuhan memang Pendengar yang sangat baik, selalu mengabulkan pemintaan hambanya. Dia selalu mengatakan hal tak masuk akal setiap kali ibunya bertanya tentang cita-cita, berucap tegas jika akan menikah di usia muda. Memiliki banyak anak sebelum menopause karena hanya berdua dengan sang kakak selama ini. Jadi, Bimby ingin rumah dipenuhi anak-anak yang menggemaskan. Rumah yang penuh tawa ceria anak-anak akan membuat jiwa merasa nyaman. Begitulah dirinya, bahkan pada keempat sahabat pun sering mengatakan ingin putus sekolah. Menikah lebih awal. Sangat keren jika hidup tidak sama seperti pada umumnya. Sesuai motto hidup yang dianut. Muda, beda, dan berbahaya. Ah! Batinnya berteriak, dia memang selalu berujar demikian, tapi itu semua hanya omong kosong. Celoteh gila seorang Bimby, bukan benar-benar harapan terkuat. Namun, rupanya Tuhan mengabulkan hampir semua ucapannya. Bagaimana mungkin dirinya yang tak bisa apa-apa ingin memiliki bayi? Membayangkan saja sudah membuat histeris. Lalu, kenapa hamil? Tidak! Dia tak mau mengingat semua itu, terlanjur terjadi, dan semua harus ia hadapi. Bimby enggan goyah, berhenti merutuk diri sendiri. Dia harus melahirkan bayi tak berdosa yang tak terencana, harus! Jika dirinya tergoda untuk berhenti, bagaimana nasib anak dalam kandungan? Bimby tak setega itu, ia masih memiliki hati. Mustahil membuat kejahatan lain dengan bersikap egois, janin di perut harus dipertahankan. Apa pun yang terjadi! Klik! Suara kunci pintu digerakkan seiring dengan anak angin menyapu wajah, di ambang sana ibunya berdiri, sedikit gelisah. Namun, segera melebarkan senyum ketika ia cemberut, Bimby sudah membahas semua. Tak mau lagi membahas tentang hal lain. Keluarganya menentang pernikahan ini, mereka beranggapan jika kehamilannya harus digugurkan. Akan tetapi, Bimby memiliki alasan kuat untuk mempertahankan sang bayi, janin di dalam perut tak memiliki dosa, berhak untuk hidup ke dunia ini. Hanya saja, Tuhan memberikan pada waktu tak seharusnya, ketika masih berstatus anak SMA. Siapa pun tak akan mampu menebak alur takdir, termasuk jalan kehidupan Bimby. Gadis dengan tingkat riang luar biasa mendadak hamil. Tanpa diketahui keluarga menjalin hubungan serius dengan seorang pria, lalu hamil. Semakin mengejutkan ketika latar belakang Jofan terkuak, pewaris Jenderal Utama. “Sayang, masih ada waktu. Kamu bisa lari sekarang, jangan mengambil langkah ini. Mama akan bertanggung jawab, pergilah!” Sang ibu masih mencemaskan si bungsu, bagaimana pun Bimby hanya gadis nakal yang belum pernah melakukan pekerjaan rumah. Bagaimana dirinya bisa melepas begitu saja pada pria asing? Sekalipun itu Jofan, tetap tidak rela. “Sayang gaun pengantinnya, Ma. Baju mahal, gaji papa sebulan enggak bakal bisa beli yang beginian. Lagian Bimby lemah, jangan disuruh lari. Mama tahu sendiri jika ajudan calon menantu bertebaran di mana-mana, bagaimana bisa lari?” Ibunya memukul pelan pundak Bimby yang segera melabuhkan diri dalam dekapan, air mata menetes. Gadis itu tahu, tetapi dengan cepat mendorong tubuh wanita tersebut. Tak mau ikutan mewek, ini momen paling penting. Dia tidak perlu ikut menangis. Dia sudah memilih jalan ini, tak mau menyesalinya. Jika memang Tuhan menggariskan kehamilan, apa yang bisa ia perbuat? Semua telah diatur oleh langit, bukan keinginan manusia memiliki nasib buruk. Benar, dia memang melanggar norma, tetapi masyarakat juga perlu tahu jika setiap bayi terlahir dalam keadaan suci. Jadi, tak ada yang berhak untuk memberikan perintah menggugurkan, karena anak merupakan amanat. Wajib dijaga dengan baik, kalau perlu ... mengorbankan nyawa. “Mama tahu, itu bedak mahal, bulu mata juga mengalahkan punya Syahrini. Jadi, kamu tak perlu merusaknya bukan?” ujar sang ibu cepat ketika putri bungsunya hampir membuka mulut, mendahului. Bimby terkekeh sembari menyeka air mata ibunya, menggeleng pelan sembari tersenyum. “Mama enggak usah sedih. Meskipun suami Bimby lebih tua dari kak Giar, anak cantik Mama ini enggak bakal ikut menua. Ini kehamilan pertama, mustahil membuat muka keriput dalam waktu singkat.” “Tapi kita belum kenal siapa Jofan, Sayang. Kecelakaan kalian membuktikan kepribadiannya, bagaimana kalau dia Psikopat?" tanggapan di luar dugaan, menyinggung hal yang sedikit sentimental. Bimby terdiam, berpikir keras terkait pertanyaan terakhir. Jofan memang misterius, terlihat datar tanpa ekspresi. Satu kewajaran ketika ibunya cemas, karena selama ini ia tidak mengenalkan sang pria. Tahu-tahu akan menikah. Mengejutkan semua orang. Perkenalan mereka pun singkat, sebulan sebelum pernikahan. Bimby membawa Jofan ke rumah, mengatakan tentang kehamilan yang berumur 8 minggu. Saat ini, tepat tiga bulan. Persiapan berlalu dengan singkat, tiba saat menjadi nyonya Dastarasta. “Mama jangan halu, ini kisah romantis. Enggak pakai bunuh membunuh, apa lagi sampai berdarah-darah. Jangan ngaco!” Bimby berujar sembari menahan tawa, lucu jika beranggapan sang suami merupakan sosok jahat layaknya antagonis di drama pembunuhan berantai. Mau tidak mau sang ibu tertawa pelan, merasa lucu sendiri. Bagaimana bisa tercetus pemikiran aneh tentang calon menantu? Berlebihan yang konyol. Seseorang masuk, mereka menoleh. Kali ini ayah Bimby, sama halnya dengan sang ibu, memasang wajah sendu. Anak mau nikah, kenapa pada sedih? Mereka tidak seharusnya bertingkah demikian. Bimby merentangkan tangan, sang ayah menghambur ke dalam pelukan. Mereka berpelukan cukup lama, pemandangan yang menyedihkan di hari yang membahagiakan. Ibunya ikut memeluk suami serta sang buah hati. Ketiganya melebur dalam pelukan, terdiam. Pikiran membawa suasana hati pada status masing-masing, antara cemas dan gelisah. Bukan hanya kedua orang tuanya, Bimby cukup gugup saat ini. Namun, berupaya terlihat santai. “Papa jangan ikutan nangis, malu. Masa laku-laki cengeng, malu sama calon cucu.” Bimby kembali memeluk pinggang ayahnya, menyandarkan kepala pada perut pria yang berdiri di samping kanan. Sang ayah diam saja, melepas si bungsu bukan perkara mudah. Namun, takdir berkata lain, seketat apa pun dirinya menjaga pergaulan sang buah hati, tetap kecolongan. Merasa gagal sebagai orang tua. “Maafkan Papa, Nak.” Sang ayah berujar lirih, penuh penyesalan. Sangat tak kuasa dalam menyikapi keadaan saat ini, bagaimana bisa buah hatinya akan menikah dengan laki-laki asing? Namun, kehamilan memaksanya tak kuasa menolak, bayi itu membutuhkan ayah dan ibunya secara utuh. “Jangan bahas itu sekarang, Bimby enggak mau ngerusak make up mahal ini!” tegasnya dengan wajah cemberut, menolak bersedih untuk ke sekian kali. Melemahkan pertahanan diri, ia tak mau terlihat menyedihkan. Ini hari pernikahan, bukan pemakaman! Ayahnya tersenyum getir, diikuti ekspresi sang ibu yang dipaksa bahagia. Sejak Bimby datang bersama Jofan, mengabarkan kehamilan dan niat menikah, mereka belum pernah membahas apa pun. Hanya larut pada kesibukan persiapan semua ini. Selain itu, Bimby enggan diajak bicara serius, dia akan selalu mengalihkan pembicaraan. Meminta semua orang tak bertanya. Sebab, jika tiba saatnya bicara, mulut si bungsu akan terbuka dengan sendirinya. Untuk saat ini, biarlah semua begini adanya, tanpa perlu banyak pertanyaan. “Hanya sampai anak ini lahir, Bimby akan menjadi durhaka dan egois. Enggak akan minta maaf, bungkam tentang kisah terciptanya bayi ini. Jadi, Mama, Papa, juga Kak Giar boleh marah atau pukul Bimby jika anak ini sudah lahir. Sebelum itu, jangan ada yang berani membuat wanita hamil terluka secara lahir dan batin, mengerti?” Mengingat semua yang diucapkan sang buah hati, mereka hanya bisa menarik napas panjang, kemudian mengembuskannya perlahan. Untuk saat ini, tak ada pilihan selain mengiyakan kemauan Bimby. Rahasia kehamilannya memang belum sampai di telinga orang lain, sesuai janji Jofan sebelumnya. Rapi, rapat, dan berjalan tanpa kecurigaan dari pihak mana pun. Bastian Hanggoro dan Nely Seprilia akan menunggu hingga kebenaran terungkap, tentang alasan putrinya memilih menikah dibanding menggugurkan kandungan. Bagaimana mereka saling mengenal hingga terikat dengan pernikahan, kedua orang tua Bimby memilih patuh demi si bungsu. Saat ini, tugas keduanya mendampingi sang buah hati menuju pelaminan, di luar sudah menunggu keluarga besar Dastarasta. Pengusaha ternama yang telah resmi menjadi besan. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN