Happy Reading.
Keyla akhirnya mengikuti langkah Pedro yang masuk ke dalam perusahaan Saputra Corp. Ah, Keyla baru ingat dengan nama Saputra yaitu nama dari seorang yang dulu sangat dia kenal, nama yang begitu familiar. Dulu dia memang belum berkecimpung ke dalam dunia bisnis seperti sekarang, sehingga dia tidak begitu mengetahui tentang nama-nama perusahaan besar di Indonesia. Tetapi dia sangat yakin jika nama Saputra adalah nama dari seorang yang begitu terkenal yaitu Nico Saputra dan memiliki seorang putra yang telah menghancurkan hatinya, Arsenio Abian Saputra.
"Huh, kamu harus tetap profesional, Key. Mungkin saja Pak Nico yang masih memimpin perusahaannya dan dia tidak menjadi seorang pebisnis, jadi jangan ke gr-an kalau nanti kamu akan bertemu dengannya," batin Keyla.
Tentu saja pikirannya langsung terarah kepada pria yang pernah menyakitinya di masa lalu, pria yang menanamkan benih ke dalam rahimnya dengan cara paksa, pria yang telah menghinanya habis-habisan dan menuduhnya dengan berbagai fitnah kejam dan pria yang menjadi ayah dari kedua anak kembarnya.
Keyla berusaha menenangkan hatinya dan berharap tidak bertemu dengan pria itu kembali.
Akhirnya setelah diarahkan oleh resepsionis, Pedro dan Keyla bertemu dengan seorang pemuda yang lumayan tampan menurut Kayla. Bajunya juga rapi dan dia terlihat begitu ramah menyambut kedatangan mereka.
"Welcome Mr. Pedro dan Mrs. Keyla. Kami benar-benar merasa tersanjung kalian menyempatkan waktu untuk kemari. Silakan naik ke lantai atas, Presdir kami sudah menunggu kedatangan kalian," ujar pria yang tidak lain adalah Ibnu, asisten pribadi Arsenio menggunakan bahasa Inggris.
Pedro menyambut baik Ibnu, sangat berbeda dengan Keyla yang sejak tadi wajahnya terlihat sedikit tegang. Meskipun dia sudah berusaha untuk tenang, tetapi tetap saja dia tidak bisa membohongi dirinya jika perasaan gelisah itu ada di hatinya. Akhirnya ketiga orang itu masuk ke dalam lift dan Ibnu memimpin di depan.
Setelah lift terbuka, Pedro, Keyla, dan Ibnu keluar dan menuju ke ruang khusus yang diperuntukkan untuk tamu. Bersebelahan dengan ruangan Presdir langsung.
"Silakan masuk Tuan dan Nyonya," ujar Ibnu.
"Terima kasih," jawab Pedro menarik lembut lengan Keyla untuk duduk di salah satu sofa di ruangan tersebut. Pemandangan itu tidak lepas dari mata Ibnu, entah kenapa dia merasa terusik dengan sikap Pedro terhadap Keyla.
"Sebentar lagi Presdir datang," ujar pria yang usianya setara dengan Keyla tersebut.
Tidak lama kemudian pintu pun terbuka, terdengar suara ketukan sepatu yang menggema di telinga Keyla. Namun wanita itu tidak berani mengangkat wajahnya dan masih setia menatap atas meja yang sudah tersedia minuman di sana.
"Selamat pagi."
Deg!
"Suara itu?" batin Keyla. Itu adalah suara yang begitu familiar 8 tahun lalu. Apakah dia akan terus menunduk seperti ini? Tidak, Keyla harus menghadapinya jika memang takdir mempertemukan mereka secepat ini.
Keyla berusaha menghirup nafas dalam-dalam untuk mengisi rongga paru-parunya. Lalu kemudian dia mengangkat wajahnya dan matanya bertemu langsung dengan mata hitam bening milik seorang pria yang tidak lain adalah Arsenio Abian Saputra.
Tubuh Keyla hampir bergetar, sebelum dia mengingat kembali kata-kata Viara yang mengatakan jika dia harus melawan orang-orang yang pernah melukainya di masa lalu. Hingga akhirnya wanita itu berusaha untuk menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah lengkungan indah yang sanggup menghipnotis siapa saja.
"Selamat pagi Tuan Saputra," jawab Pedro sambil menjabat tangan Arsen. Di ikuti oleh seorang wanita berkacamata yang membawa sebuah laptop di tangannya bisa dipastikan jika wanita itu adalah sekretaris Arsenio.
Keyla juga menjabat tangan Arsen, dengan keberanian yang dia miliki wanita itu berusaha kuat untuk tidak mencakar wajah Arsen yang terlihat begitu menyebalkan.
"Keyla," ujar Keyla mengenalkan dirinya. Padahal orang yang sedang ia jabat tangannya sudah sangat mengenalinya.
"Sial, kenapa wajahnya seperti itu? Kenapa sejak tadi dia senyum-senyum saja? Seharusnya dia membenciku, seharusnya dia mengusirku kalau perlu dan itu akan sangat menyenangkan karena aku tidak perlu melarikan diri!" batin Keyla.
"Arsenio, silahkan duduk kembali," ujar pria itu dengan senyum tipis yang mengembang di bibirnya.
***
Tidak ada yang tahu bagaimana perasaan Arsenio saat ini. Dengan tangan dan kaki yang gemetar dia melangkah masuk ke dalam ruangan di mana tamunya tengah menunggu. Matanya tertuju kepada seorang wanita yang sejak tadi menundukkan wajahnya. 8 tahun dia mencari ke sana kemari keberadaan wanita itu, bahkan dia sudah mencari ke beberapa negara yang ada di dunia. Menyewa beberapa detektif dan juga orang-orang hebat dalam bidang IT.
Meskipun sudah berbagai cara dia lakukan, tetapi wanita itu tetap bersembunyi dan tidak bisa ditemukan sama sekali. Namun, sepertinya sekarang dia sudah mau menunjukkan dirinya dan keluar dari persembunyiannya. Entah kenapa rasanya Arsenio ingin sekali menghukum wanita itu karena berani sekali Dia pergi meninggalkan sebuah rahasia yang untungnya Arsen ketahui.
"Baiklah, silahkan presentasi Anda Tuan Pedro," ujar Arsenio yang kali ini harus bertindak profesional.
Pedro melakukan presentasinya dan sesekali Keyla juga menjelaskan tentang kerjasama mereka. Namun, kali ini Arsen tidak bisa berkonsentrasi, matanya selalu ingin melirik wanita yang semakin nampak bersinar itu.
Keyla nampak semakin dewasa, garis wajahnya semakin tegas dan menawan. Arsen tidak bisa memungkiri jika dia sungguh berdebar-debar saat pertama kali melihat Keyla. Meskipun dia sudah memprediksi dan tahu sejak awal jika akan bertemu dengan wanita itu, tetapi tetap saja rasa gugup dan deg-degan tidak bisa terlepas darinya.
Kalau saja ada yang tahu bagaimana Arsen menyiapkan dirinya tadi pagi hanya karena akan bertemu dengan Keyla, pasti sudah menjadi bahan olokan seluruh orang. Bagaimana tidak, seorang Arsenio sampai mengganti bajunya 5 kali hanya karena merasa tidak pas menurutnya. Dia ingin terlihat sempurna di hadapan Keyla saat bertemu nanti.
"Jadi bagaimana Tuan, apakah Anda setuju dengan rancangan kami ini?" tanya Keyla.
Arsen masih betah memandang wajah cantik itu, dia tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Keyla. Sampai Ibnu dan Kartika saling menatap karena bos mereka hanya diam saja seperti orang linglung. Sungguh Arsen terlihat berbeda. Baru kali ini mereka melihat atasannya yang bertingkah aneh seperti ini, apalagi tadi Arsen sempat tersenyum dan itu adalah suatu hal yang langka.
"Tuan, bagaimana?" akhirnya Ibnu menyadarkan Arsen dari aksi gilanya yang sangat kentara.
"Ah, tentu saja kami setuju atas semua rancangan ini," jawab Arsen setelah berdehem sebentar. "Presentasi yang bagus, kita lanjutkan kerja sama kita sekalian makan siang, bagaimana?"
Keyla langsung menggeleng, dia sudah berjanji kepada si kembar akan pulang saat makan siang nanti, dia tidak bisa meninggalkan keduanya karena tentu saja tidak akan ada yang memasakkan mereka.
"Maaf, kalau memang kerja sama ini dilanjutkan di besok saja karena siang ini saya tidak bisa, saya ada urusan sendiri," ujar Keyla.
"Urusan apa?" tanya Arsen.