Rencana Gema

1133 Kata
“Kamu sih kayaknya sudah terkena cinta pada pandangan pertama. Jadi susah mau liat calon lain. Sementara menurut kakak Gema semalam kelihatan banget gelisah dan ingin cepat-cepat pulang. Kamu apa nggak merasa?,” Tiba-tiba wajah Hanif berubah cerah. “Typing, Kak,” Nasrah tertawa kecil. Adiknya benar-benar sedang jatuh cinta. Baru melihat typing saja wajahnya mendadak senang dan bahagia, mungkin juga deg-degan. “Hm,” tampak Hanif tersenyum sambil membalas pesan-pesannya. “Emang obrolin apaan sih?” Nasrah sekilas melirik isi pesan yang diketik dan dibalas Gema. Lalu dia mencibir. Halo Gema, Hanif. Oh. Ok. Save Lagi sibuk? Iya. Main game Game apa? Powerpuff Online? Iya. Oh. Udah ya, aku main lagi Ok. Meski percakapannya kaku, tapi cukup membuat Hanif berbunga-bunga siang itu. Soalnya dia sudah menulis pesan sejak awal pagi dan baru dibalas siangnya oleh Gema. “Hah. Mau menikah dengan anak bau kencur. Belasan tahun. Aduh. Kok aku yang pusing,” “Yah. Kakak dukung dong. Cantik banget soalnya, Kak,” Nasrah hanya mencibir dan mengangkat bahu. Tidak begitu menyetujui pilihan adiknya. *** Sore Senin, Sarah yang kebetulan sedang mengunjungi rumah Pak Gamal disuruh Mama Gema menemani Gema untuk mengantar kue buatannya ke kediaman orang tua Hanif. “Sarah. Bilang sama Mama atau Papa Hanif, Bule kirim salam. Titip Gema ya? jangan keluyuran sehabis itu. Langsung pulang. Kamu nginep di sini ya? biar nggak bolak balik,” ujar Bu Nayura ke Sarah yang sudah duduk manis di depan setir mobil sport merah mewahnya. Bu Nayura tampak menyerahkan dua kotak makanan berukuran besar ke Gema yang masih di luar mobil. Lalu Gema memasuki mobil Sarah. Bu Nayura melambaikan tangannya setelah Sarah melepas gas mobilnya berlalu dari rumahnya. *** Setiba di depan rumah Hanif. “Ayo turun,” ujar Sarah ke Gema yang tampak cemberut. Gema menggeleng. “Kamu aja Sarah yang anter. Aku malas,” “Idih. Kamu, Gema. Kan amanah dari Mama kamu. Gimana sih?” “Kamu aja. Aku males. Nggak ada Mama ngomong kalo aku yang harus kasih ke sana. Yang penting kan ini kue sampe ke sana.” “Gema. Antar aja. Perkara kamu nolak acara perjodohan kan lain lagi. Aku tunggu nih....” Sarah sedikit kesal melihat Gema yang enggan turun. Akhirnya dengan malas-malasan Gema pun turun. “Ih. Gedek banget nih Gema. Udah aku capek nyetir, malah aku yang disuruh turun,” gerutu Sarah yang melihat Gema yang sudah memencet bel pagar rumah Hanif. Sarah pun memperhatikan Gema yang sudah berjalan menuju pintu utama rumah Hanif. Tampak pintu terbuka dan yang muncul adalah Nasrah dan mamanya. Gema sepertinya disambut hangat oleh mereka. *** “Gema! Waduh makasih banyak ya. Jadi repot-repot mamamu. Ayo masuk. Sayang banget Hanif sedang ke luar katanya mau ketemu dengan teman lamanya di Masjid Istiqlal.” Gema dirangkul Mama Hanif menuju dapur. Nasrah juga ikut menemaninya. Tampak Nasrah melirik-lirik Gema yang memang sangat cantik. Tinggi semampai. Penuh pesona. Pantes Hanif langsung jatuh hati, batinnya. Tidak banyak yang ke luar dari mulut Gema saat berada di rumah mewah Hanif. Dia tampak sangat gelisah. Apalagi saat melihat Mama Hanif menyuruh Nasrah menghubungi Hanif untuk segera pulang. “Nggak diangkat, Ma,” ujar Nasrah. “Nggak papa, Tante. Gema juga buru-buru,” sela Gema. Dia mulai gelisah. Sesekali dia menoleh-noleh ke arah mobil Sarah yang ada di luar pagar tinggi rumah Hanif. “Lo, emang kamu sama seseorang? Kirain bawa mobil sendiri,” “Gema ditemenin Sarah, sepupu Gema. Gema belum punya SIM, Tante,” “Suruh dia ke sini aja. Sekalian nungguin Hanif pulang. Pasti Hanif segera pulang,” “Nggak papa, Tante. Lain kali aja. Kasihan Hanif jadi buru-buru,” Gema langsung meraup tangan Bu Flora dan memeluk serta mencium wajahnya. Juga terhadap Nasrah. Mereka berdua tidak kuasa menahan Gema yang bergerak sangat cepat berlalu ke luar dari kediaman mewah mereka. “Duh, bikin penasaran. Cantik ya, Nas....” Bu Flo memang tidak henti-henti memuji Gema. Nasrah hanya mengiyakan. *** “Emang ke mana?” tanya Sarah ke Gema setelah mengetahui bahwa Gema tidak bertemu dengan Hanif dan hanya berjumpa dengan Mama Hanif dan Nasrah. “Ke Istiqlal. Katanya ada janji dengan teman lamanya,” jawab Gema dengan wajah yang sangat cerah. Karena merasa tugasnya sudah selesai dan tidak perlu ketemu dengan Hanif. Sarah menggelengkan kepalanya. Menurutnya Gema aneh tidak menginginkan perjodohan dengan pria sesempurna Hanif. Dan sesampainya di rumah Gema, tentu saja mereka berdua dihujani pertanyaan dari Mama Gema. Sedikit kecewa tersirat dari wajah Bu Nayura karena berharap Hanif bertemu lagi dengan Gema. “Yah. Nggak apa-apa. Yang penting kuenya nyampe. Dan Kamu yang antar langsung,” ucap Bu Nayura akhirnya. *** “Jadi sebenarnya si Gema itu nggak suka sama Hanif?” tanya Nasrah. Sarah yang sudah berpakaian tidur, meraih bantal bermotif powerpuff lalu memperbaiki posisi rebahnya di atas kasur. Ada Gema di sampingnya yang sedang memainkan ponsel. Sarah memang diminta menginap oleh bulenya, Mama Gema. Sara sedikit memperbaiki letak ponselnya di telinga kanannya. “Bukan nggak suka, Nas. Tapi memang dia ngerasa belum cukup umur untuk segera menikah. Aku udah jelasin kalo di keluarga besar kita kan emang begitu dan kita harus patuh. Dia sih kayaknya emang beda sendiri. Mau berontak coba,” Ada helaan napas terdengar dari ujung sana. Gema yang di samping Sarah diam tidak peduli dengan obrolan antara Nasrah dan Sarah. “Duh. Hanif tuh udah suka banget loh sama Gema. Tadi aja pas diceritain sama Mama kalo Gema ke sini mukanya langsung cemberut sampe sekarang. Kayak nyesel gitu nggak ketemu,” ujar Nasrah. “Pasti dia bakal kecewa tau kalo Gema nggak mau sama dia,” lanjutnya kecewa. “Aku udah bilang ke Mama soal kamu, Sarah. Mama tetap kekeh sama anak kecil yang tinggi itu. Cantik emang, tapi kalo dia nggak suka gimana,” Sarah hanya diam ikut memikirkan nasib Hanif. Dia sih memang suka Hanif, tapi kan tidak mungkin memaksakan diri. Diliriknya Gema yang asyik dengan mainannya lewat ponselnya. Sejenak dia menggelengkan kepalanya. Memang Gema belum saatnya menikah. “Yah. Pasrah. Aku sih bersedia aja kalo terjadi apa-apa. Aku memang suka Hanif. Idaman aku soalnya. Tapi yaa, gimana Hanifnyalah,” ujar Sarah. Sarah memang tipe yang tidak bisa menutup rasa suka terhadap seseorang. Dan kali ini dia serius dengan ucapannya. “Oke, Sarah. Ntar liat aja selanjutnya. Semoga acara nanti lancar. Yang jelas, aku akan perjuangkan kamu kalo emang terjadi apa-apa,” ucap Nasrah akhirnya. Gema memang menyarankan Sarah untuk segera menghubungi Nasrah. Karena ternyata acara perjodohannya dengan Hanif sebentar lagi akan digelar dalam waktu dekat. Dia sudah memiliki rencana akan menghilang di acara tersebut dan berharap Sarah bisa mengganti dirinya untuk menjadi tunangan Hanif. Sarah yang menyukai Hanif tentu saja tidak menolak. Tapi juga tidak ingin memaksakan diri. “Emang kamu mau menghilang ke mana, Gema?” “Belum tau. Tapi yang jelas aku akan menghilang di acara perjodohan itu,” Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN