Lady Qin menunduk murung. Dia sedih karena sang mantan tak menggubrisnya sama sekali. Semakin lama ia menunduk, semakin sedih hatinya, dan dari raut wajahnya terlihat dia ingin menangis.
"Hei, kau sedang apa? kenapa menunduk begitu?" Ze Shaosen memperhatikan Lady Qin yang masih berat untuk mengangkat kepalanya, "Kau ... jangan bilang kau mau membocorkan matamu lagi,"
"Diamlah, kau sangat berisik," ucap Lady Qin sambil tercekat.
"Aku memperingatkanmu, ku katakan jangan menangis. Jangan! lau dengar?"
"Jangan membuat keributan, mana mungkin aku menangis di kampus," ucap Lady Qin sambil dengan susah payah menahan isak tangisnya.
"Mana mungkin? lihat saja ekspresimu itu, seperti ingin mengeluarkan hujan lebat,"
"A Qin, gadis mungil yang manis, kau sedang sedih, ya?" tiba-tiba seorang pemuda dengan perawakan tenang mendekati Lady Qin. Dia adalah Wu Zeming. Usia dua puluh dua tahun, senior di kampus sekaligus orang yang terkenal di kampus. Terkenal karena dia selalu berada di antara wanita-wanita cantik. Dikatakan playboy, tidak juga. Hanya saja, dia hobi beururusan dengan wanita, seperti sekarang ini. Informasi tambahan, dia adalah teman dari Tan Lishen. Tan Lishen, mantan pacar Lady Qin, yang sekarang sedang diperjuangkan oleh gadis itu agar bisa kembali bersama.
"Wu Gege, A Qin benar-benar sedih," Lady Qin semakin melow tatkala bertemu dengan Wu Zeming.
"Karena Tan Lishen?" tanya Wu Zeming kemudian.
Lady Qin mengangguk pelan, "Kenapa Tan Gege memutuskanku? aku salah apa sebenarnya?" Lady Qin menarik nafas panjang, dan melihat ke atas, untuk meredam air matanya yang hampir tumpah.
"Uu, kasian sekali gadis kecilku," Wu Zeming mendekat lalu menggenggam tangan Lady Qin, "A Qin pasti sakit hati, ya?"
"Benar, padahal aku masih menyayangi Tan Gege,"
"Sttt, jangan sedih. Kau masih punya aku. Aku akan selalu ada untukmu, jadi jika kau cerita, cerita saja padaku, aku akan mendengarkan semua kesedihanmu," ucap Wu Zeming sambil menggosok-gosok tangan Lady Qin dengan gerakan s*****l.
Ze Shaosen yang berada disana menatap Wu Zeming dengan tatapan tak senang. Apa yang dilakukan Wu Zeming sangat menggangu pemandangan matanya.
Wu Zeming kemudian menyentuh wajah Lady Qin, "Jika A Qin kesepian, A Qin bisa hubungi Gege. Gege dan Tan Lishen adalah sahabat. Jadi A Qin bisa bercerita apa saja mengenai itu, dan mungkin saja Gege bisa membantu," ucapnya dengan senyuman nakal.
Ze Shaosen sudah tak tahan lagi, dia kemudian mendekat dan menepis tangan Wu Zeming dari wajah Lady Qin.
"Hei, Manusia, kau bisa sopan tidak!" seru Ze Shaosen membuat Wu Zeming bahkan Lady Qin kaget.
"Kau ini siapa? tak sopan kau bilang, memangnya aku tak sopan dari mana?" Wu Zeming tampak kesal.
"Kau masih belum sadar? berani-beraninya tangan kotormu ... ah!" Ze Shaosen terlonjak karena tiba-tiba Lady Qin mencubit pinggangnya.
"Maaf, Ge. Dia ini sepupuku, dia memang agak aneh," ucap Lady Qin sambil menarik Ze Shaosen agar tak mendekati Wu Zeming.
"Dia sepupumu? aku tak tau jika sepupumu juga berkuliah disini,"
"Ah, dia hanya jalan-jalan saja, sekali lagi maaf, Ge," Lady Qin menarik Ze Shaosen sekuat tenaga agar laki-laki itu segera beranjak dan tak membuat keributan.
"Hei, lepaskan aku. Kau mau apa?" proses Ze Shaosen.
"Ayo pergi. Kau ini, memalukan saja," Lady Qin berbalik dan menunduk ke arah Wu Zeming, "Maaf, Ge!" serunya kemudian.
Ze Shaosen masih terus ditarik Lady Qin. sepanjang perjalanan, Nobsoul tersebut terus saja mengomel. Dia sangat tidak menyukai Wu Zeming hingga wajah tampannya memerah karena marah.
"Apa-apaan dia itu? tak punya sopan-santun, berani-beraninya. Jika dia di tempat asalku, tangannya pasti sudah dipotong!" omel Ze Shaosen tiada habisnya.
"Kau ini kenapa? jangan marah-marah begitu," Lady Qin menjadi kesal.
"Jangan marah katamu? lihatlah laki-laki itu, dia benar-benar ..."
"Ini," Lady Qin tiba-tiba menggenggam tangan Ze Shaosen, "Lihat, aku juga menyentuh tanganmu, kau mau memotong tanganku? bagaimana dengan memeluk. Tempo hari aku juga memelukmu, apa hukumnya? di tempat asalmu ada hukum untuk memeluk juga? apa hukuman mati?" Lady Qin tampak marah, dia melepaskan tangan Ze Shaosen, lalu beranjak dengan kesal.
"Hei, berani-beraninya bicara tak sopan padaku. Apa menurutmu menyentuh itu tidak masalah?"
"Itu masih tahap wajar. Karena kita berteman. Saat pacar kita bahkan berciuman kok,"
"Ciuman? apa maksudmu?"
"Ya ciuman, menyatukan bibir dan bibir, masih belum mengerti? mau kucontohkan?"
"Apa!"
Lady Qin mendekat, lalu memonyongkan bibirnya ke arah Ze Shaosen. Ze Shaosen menghela nafas tak mengerti dengan apa yang dilakukan Lady Qin. Namun, otaknya mendeteksi gerakan berbahaya dari gadis itu.
"Hei, kau mau apa?" tanya Ze Shaosen, dia hampir terintimidasi dan sempat mundur selangkah.
"Mencontohkan pada Yang Mulia Ze Shaosen, apa itu ciuman. Muuach," Lady Qin kembali mengambil ancang-ancang. Dengan susah payah dia berjinjit karena tinggi mereka. Begitu bibirnya hampir menyentuh bibir Ze Shaosen, Ze Shaosen langsung menahan Lady Qin dengan cara meletakkan telunjuk ke dahi Lady Qin. Lady Qin terhenti, sambil mengedipkan matanya.
"Entah apa itu ciuman, yang jelas aku tak mau tahu. Berhenti bertingkah aneh, dan menjauh dariku," dengan satu gerakan saja. Ze Shaosen mendorong Lady Qin menjauh darinya.
"Ya ampun, mengusirku seperti ini. Sangat menyedihkan," gumam Lady Qin sambil mengusap dahinya.
"Hah, tak ada gunanya aku ikut kemari, aku bakan mengenakan pakaian aneh dan menenteng buku ini, seperti orang bodoh saja," ucap Ze Shaosen, lalu beranjak.
"Ze Shaosen, tunggu dulu. Kau mau kemana? kau harus membantuku untuk kembali bersama Gege,"
"Kau ingin aku bagaimana lagi? aku sudah ikut ke tempat ini, aku sudah memenuhi panggilanku."
"Tapi, aku belum berbaikan dengan Gege. Kau harus membantuku, bukankah kau katakan bahwa kau akan membantuku?"
"Hmm, awalnya iya. Tapi setelah melihatnya, aku jadi tak tertarik."
"Jangan begitu, jahat sekali."
"Lalu kau mau aku bagaimana? lagipula ini sudah berakhir. Kenapa harus disambung lagi. Kenapa menyusahkan diri sendiri karena ini? kau tahu, hanya kau yang menyukainya, dia tidak sama sekali."
"A-Apa? kau tahu apa, Gege hanya sedang kesal, dia pasti akan kembali jika aku sedikit berusaha."
"Hanya kau yang berusaha membuktikan bahwa hanya kau yang menyukainya, dasar bodoh. Lagipula, dari awal hubungan yang kau ceritakan itu sangat tak masuk akal. Kenapa kalian harus punya sesuatu seperti pacar di hidup kalian?"
"Ya, karena, karena ...." Lady Qin ragu untuk menjawab. Dia menyadari, bahwa mungkin saja yang dikatakan Ze Shaosen ada benarnya. Hanya dia yang menyukai Tan Lishen, namun tidak sebaliknya. Meski begitu, Lady Qin tak mau menyerah. Dia tetap ingin kembali pacaran dengan Tan Lishen.
"Ze Shaosen. Tak masalah hanya aku yang menyukainya. Tak masalah, jika aku menyukainya secara sepihak. Aku hanya ingin kembali, kau harus membantuku. Ingat, kalau aku sakit kau akan ikut sakit. Bukankah mencegah lebih baik?"
"Hah, menyebalkan sekali. Kau ingin aku bagaimana lagi?"
"Jadilah pacarku. Pacar baru palsuku."
"Hah!"