Ze Shaosen duduk termenung di ruang tengah. Ferdinand yang melihatnya lamgsung menghampiri Ze Shaosen karena penasaran akan apa yang terjadi. Lady Qin menghilang, Ze Shaosen menemukannya dan menyelamatkannya, yang lebih membuat Ferdinand bertanya-tanya adalah bahwa Ze Shaosen bisa menemukan Lady Qin tanpa Lady Qin menyebut namanya dengan suara.
"Ze Shaosen, jelaskan padaku apa yang terjadi," tanya Ferdinand begitu tiba di depan Ze Shaosen.
"Aku harus jelaskan apa lagi? kepalaku sudah pusing,"
"Tadi kau katakan, Lady Qin tak bisa memanggilmu, jadi bagaimana kau bisa tahu dimana dia berada?"
"Entahlah, aku mendengarnya begitu saja. Aku merasa dia membutuhkanku, dan mendengar dia memanggilku. Tapi ternyata dia dalam pengaruh obat tidur, dan tak bisa bicara sama sekali."
"Ini sangat langka. Lalu, apa benar Lady Qin disekap? siapa yang melakukan hal itu padanya?"
"Manusia b******k yang tak punya sopan-santun itu. Aku hampir membunuhnya hari ini. b******n itu, ingin sekali kupatahkan tangannya."
"Hati-hati Ze Shaosen. Kau tak boleh melukai manusia."
"Aku tahu. Makanya aku menahan diri sekuat tenaga untuk tak membunuhnya. Sepertinya kewarasanku sudah hilang,"
"Kau tak melakukan hal aneh pada orang yang menyekap Lady Qin, kan?"
"Melemparnya ke dinding hingga pingsan. Apakah itu termasuk hal aneh?"
Ferdinand langsung terduduk tatkala mendengar perkataan Ze Shaosen. Dia menghela nafas panjang dan meminit kepalanya yang mendadak sakit.
"Ya ampun, satu orang lagi yang tahu identitasmu, kau tak tahu bahwa ini bisa bahaya? kenapa kau tak berpikir sebelum bertindak?!"
"Bagaimana aku bisa berpikir, ketika ..." Ze Shaosen terdiam, lalu mengacak-acak rambutnya, "Terserahlah. Tak masalah jika satu orang lagi tahu identitasku. Lagipula dia tak tahu aku ini sebenarnya apa, kan? biarkan saja dia."
"Ze Shaosen. Hah, kenapa kau harus membuat masalah seperti ini. Kau kan bisa memukulnya, atau menendangnya, dan berkelahi selayaknya manusia. Kenapa harus menggunakan ilmu murnimu!"
"Sudah kukatakan, aku tak bisa berpikir! aku terlanjur mengajarnya. Yang kupikirkan hanyalah ... hanyalah, jika Lady Qin dalam bahaya, aku juga akan berada dalam bahaya,"
"Kau yakin?" Ferdinand menatao Ze Shaosen dengan tatapan menyelidik.
"Yakin apanya?"
"Yah, kau tak bisa membiarkan Lady Qin dalam bahaya karena dia terikat denganmu, bukan karena kau sangat khawatir padanya?"
"U-Untuk apa aku begitu! aku hanya tak ingin merugikan diriku sendiri! aku tak mengkhawatirkan gadis itu sama sekali!"
"Jangan berteriak. Aku tidak tuli," Ferdinand menggosok telinganya, dan Ze Shaosen langsung diam, "Ya sudah jika begitu. Ingat, jaga baik-baik identitasmu. Jangan berbuat onar dan membiarkan orang lain mengetahuinya lagi. Atau, hidup Nobsoul di bumi ini akan menjadi tidak tenang."
***
Keesokan harinya. Ze Shaosen dengan secepat kilat berapa di kamar Lady Qin begitu gadis itu memanggilnya. Ze Shaosen memasang wajah jutek, berbeda jauh dengan Lady Qin yang menyunggingkan senyum terbaik kepada Ze Shaosen.
"Mengapa memanggilku?" tanya Ze Shaosen kemudian.
Tanpa diduga, Lady Qin berlari dengan riang, lalu memeluk Ze Shaosen erat, "Yang Mulia, terimakasih karena telah menyelamatkanku!" Lady Qin berseru.
Ze Shaosen terdiam selama beberapa saat. Rasa hangat mulai merasuk ke jantungnya, dan itu membuat detak jantungnya menjadi tak beraturan. Beberapa detik kemudian, Ze Shaosen langsung mendorong Lady Qin, dan mundur beberapa langkah.
"Jangan menempelkan tubuhmu padaku, aku tidak nyaman," ucap Ze Shaosen dengan ekspresi sok keren.
"Up's sorry." Lady Qin mengangkat kedua tangannya beberapa detik.
"Kau sudah sadar sekarang? hah, bisa-bisanya jatuh ke dalam jebakan manusia jahat itu. Sudah kukatakan, dia itu b******k. Jika berada di Cloudmalia, aku pasti sudah menguburnya hidup-hidup."
"Iya, iya, Yang Mulia Ze Shaosen, benar. A Qin salah," ucap Lady Qin dengan cuek, sambil mengenakan jaket yang terbuat dari jeans.
"Kenapa mengenakan pakaian berlapis seperti itu? kau mau kemana?"
"Hmm, mau pergi jalan-jalan dan beli makanan,"
"Hei, kenapa kau santai sekali? kejadiannya baru tadi malam, dan kau ingin berkeliaran di luar? apa kau tak merasa takut!"
"Tentu saja aku takut! aku hampir mati ketakutan!"
"Lalu kenapa ..."
"Karena itu aku tak ingin mengingatnya lagi!" Lady Qin berjongkok, lalu tiba-tiba terisak, membuat Ze Shaosen menjadi merasa bersalah.
"Hei, k-kenapa kau malah menangis?" Ze Shaosen menoel pundak Lady Qin dengan telunjuk, "Bangunlah, jangan berjongkok seperti itu."
"Hiks, aku benar-benar ketakutan. Berusaha memanggil Ze Shaosen, namun suaraku sama sekali tak keluar. Ji ... jika saat itu aku tak bisa memanggilmu ..."
"Aku tau," Ze Shaosen akhirnya ikut berjongkok dan menatap Lady Qin, "Kau memanggilku. Aku bisa menyelamatkanmu karena kau memanggil. Bukan dengan suara, melainkan dengan hatimu. Jadi kau tak perlu khawatir lagi," Ze Shaosen mengusap air mata Lady Qin perlahan, Lady Qin menatap Ze Shaosen tak berkedip. Baru kali ini dia benar-benar menatap wajah Ze Shaosen begitu dekat. Hingga dia terpana sejenak.
"Tapi tetap saja, kau tak bisa berkeliaran di luar.. Setidaknya bukan hari ini. Kau mengerti maksudku?" suara Ze Shaosen berubah menjadi lembut. Lady Qin sekali lagi terpesona. Tanpa sadar Lady Qin menangkupkan tangannya ke wajah Ze Shaosen. Menatap ke dalam mata laki-laki. Mata hijau yang terasa begitu menyejukkan dan mampu menenggelamkan setiap orang yang menatapnya.
"Ze Shaosen, kau tahu? aku merasa aman sekarang, aku merasa bisa pergi kemanapun. Dengan mengingat bahwa kau ada disini, bahwa kau akan selalu menemukanku, aku jadi tidak takut lagi."
Ze Shaosen terdiam. Mereka saling menatap selama kurang lebih tiga puluh detik, sebelum akhirnya Ze Shaosen tersadar dan berdiri menjauhi Lady Qin.
"Ehem, kini kau tau kan, aku sehebat itu," ucap Ze Shaosen menyombongkan diri dengan gugup.
"Iya, Ze Shaosen memang hebat. Sekarang ayo temani aku keluar," Lady Qin tersenyum sambil mengusap wajahnya.
"Memang mau kemana lagi?"
"Sudah kukatakan, aku ingin beli makanan,"
"Bukannya ibumu sudah pulang? kau bisa makan di rumah."
"Tidak, aku ingin makan di luar. Bersamamu."
"Gadis ini, kenapa tiba-tiba bisa berubah menjadi cantik begini?" Ze Shaosen kembali tertegun. Dia merasa Lady Qin tak seperti biasanya. Kini Ze Shaosen, serasa tak bisa memalingkan pandangan dari wajah gadis itu. Wajah yang sebelumnya sangat mengganggu, kini berubah menjadi hal lain yang tak bisa ditolak.
"Zeze, kau ikut tidak?"
"Ah, iya aku ikut. Ini demi diriku sendiri, karena jika kau berbuat ulah, aku juga dalam bahaya," ucap Ze Shaosen lalu menghilang.
"Hah, dasar dia itu. Wajahnya terlalu jutek. Untung saja tampan," Lady Qin tersenyum. Dia bergegas keluar, untuk menemui Ze Shaosen, yang dia yakin sekarang telah berada di luar pagar rumahnya.
Sementara itu, di rumah Tan Lishen. Wu Zeming menggerutu, dan terus saja memaki. Dia sangat kesal karena Ze Shaosen menghancurkan rencananya. Punggungnya masih memar akibat serangan Ze Shaosen, dan dia sangat dendam.
"Dia hanya menatapmu, dan kau langsung terlempar ke dinding?" Tan Lishen menyeringai, menatap Wu Zeming. Tak disangka. Ini kegagalan pertama Wu Zeming dalam mendapatkan wanita.
"Iya, tulang punggungku hampir patah. Ah, sial. Padahal Lady Qin sudah berada di genggamanku."
"Hmm, kau sedang tidak mengarang, kan?"
"Yang benar saja. Kau tak lihat memar di tubuhku? kau harus membalasnya. Kau juga bisa seperti itu, kan? aku pernah melihatmu menghajar orang dengan cara seperti yang dia lakukan. Kau harus membantuku,"
"Jika dia berasal dari tempat yang kupikirkan, kau tak perlu memintaku. Aku, dengan senang hati akan menghabisinya," Tan Lishen meminum anggur terakhir, lalu terkekeh, "Hahaha, kalau tak salah, namanya Nobsoul pelindung. Hah, sepertinya ini akan cukup menarik."