"Apa ini? apa yang dia lakukan? perasaanku terasa aneh. Jantungku bermasalah. Terasa hangat dan berdetak kencang disaat bersamaan." Ze Shaosen terdiam. Dia berusaha memahami apa yang dilakukan Lady Qin, dan mencari sebab kenapa jantungnya bereaksi tak wajar saat Lady Qin memeluknya. Lady Qin masih terus menangis sambil memeluk Ze Shaosen. Beberapa menit kemudian, Ze Shaosen akhirnya melepaskan pelukan Lady Qin dan mendorong Lady Qin menjauh darinya.
"Apa yang kau lakukan! dasar manusia aneh," Ze Shaosen mundur selangkah dengan ekspresi tak menyenangkan.
"Hiks, kenapa kau malah membentakku? dasar jahat, huwee!" Lady Qin semakin menangis. Membuat Ze Shaosen kebingungan.
"M-Maaf. Kau tiba-tiba saja melakukan hal aneh,"
"Aneh? aku ini sedang sedih, hiks."
"Lalu kenapa kau menyatukan tubuhmu padaku? membuatku tidak nyaman."
"Sudah kubilang aku sedih. Saat sedih, aku harus memeluk seseorang. Hiks, kenapa kau malah membentakku, dasar tak punya perasaan,"
"Kau ini bicara apa? kenapa berisik sekali?"
"Aku sedang menangis! huwaaa!"
"Aish, diam! telingaku sakit. Matamu itu bocor atau bagaimana?"
"Aku putus dengan pacarku, aku masih cinta, jadinya sedih. Hiks, peka sedikit bisa tidak? kau harus menghiburku disaat seperti ini,"
"Ya ampun. Repot sekali," keluh Ze Shaosen.
Setelah hampir lima belas menit. Lady Qin akhirnya berhenti menangis. Dalam tangisnya dia terpaksa harus menjelaskan kepada Ze Shaosen. Apa itu pacar, apa itu putus, dan kenapa dia menangis saat putus. Ze Shaosen yang baru mengerti tentang manusia tak habis pikir, dia menghela nafas dan menggelengkan kepalanya setiap kali Lady Qin bercerita.
"Matamu jadi bocor hanya karena itu? Dasar manusia. Kalian ini sebenarnya kenapa? Bisa-bisanya menjalin hubungan seperti itu. Bukankah itu menyakiti diri sendiri namanya?"
"A Qin tak suka sendiri. Kalau punya pacar, ada yang memberiku semangat, memperhatikan aku, dan hari-hariku akan terasa indah."
"Tapi tetap saja, sangat tak masuk akal. Kenapa orang lain harus memberimu mengemangati, memberi perhatian, dan sebagainya? bukankah ada keluarga?"
"Aduh, ya ampun. Kau tak akan mengerti. Begini saja, Yang Mulia, bantu aku agar bisa kembali padanya. Hmmm, aku masih cinta,"
"Cinta? heh, istilah yang cukup lucu. Lagipula, itu bukan urusanku. Kenapa kau memanggilku untuk hal yang tidak!?"
Lady Qin diam sejenak. Tak berapa lama, air mata mulai menetes lagi. Dia terisak dan mulai menangis lagi.
"I-Ini darurat, hiks. Jika putus, aku akan patah hati. Jika patah hati, aku tak nafsu makan. Lalu, jika tak nafsu makan, aku akan jadi kurus. Jika kurus, akan kekurangan gizi, dan sakit. lalu masuk rumah sakit ... hiks, huwaa!"
Ze Shaosen menutup telinganya, sangat terganggu dengan dengan suara tangis Lady Qin, "Tak nafsu makan? hei, dari tadi saat matamu itu bocor, kau sudah menghabiskan setengah ekor ayam, kau bilang tak nafsu makan?"
"Hiks, l-liat kan, nafsu makanku mulai berkurang. Biasanya aku bisa menghabiskan satu ekor ayam sekaligus," Lady Qin menangis, sambil memakan ayam panggang tinggal setengah ekor di depannya.
"H-Hei, berhentilah. Sttt, kau bisa diam, kan?" Ze Shaosen mencoba membujuk Lady Qin. Namun, gadis itu masih saja menangis sambil memasukkan ayam ke mulutnya, "Manusia ...." Ze Shaosen secara spontan menaruh tangannya ke bibir Lady Qin. Deg! Ze Shaosen merasakan perasaan aneh di hatinya. Rasa hangat yang sedikit tidak nyaman. Ze Shaosen kemudian menurunkan tangannya, lalu berdehem untuk menghilangkan rasa aneh tersebut, "Kenapa mau berhubungan dengannya lagi? selesaikan saja. Kau bisa cari orang yang tak akan membuat matamu mengeluarkan air. Manusia begitu banyak, kenapa mengharapkan satu orang yang seperti itu?"
"Tidak. Aku tidak mau, aku hanya mau dia. Kau tahu, dia baik, tampan, Ze Shaosen, kau saja kalah tampan darinya."
"Apa! Jangan asal bicara. Tidak ada yang bisa mengalahkan ketampanan seorang Nobsoul. Aku, Ze Shaosen. Nobsoul paling tampan di Cloudmalia. Bahkan Yang Mulia Ratu dulu jatuh cinta padaku. Mana mungkin ada manusia yang lebih tampan dariku!"
"Aku tak bohong. Dia tampan dan hangat."
"Heh, kau tertipu. Kau pasti telah buta. Jika dia baik, dia tak kan membuatmu begini. Jika dia hangat kenapa dia meninggalkanmu? jika dia tampan ..."
"Dia memang tampan! A Qin tidak berbohong,"
"Terserah kau saja."
Ze Shaosen menghela nafas kesal. Lalu bersandar di sofa dan menatap Lady Qin tajam. Di otaknya sekarang sedang berkecambuk. Memikirkan manusia tampan yang diceritakan Lady Qin. Dia merasa geram karena Lady Qin terus saja mengatakan manusia itu lebih tampan darinya.
"Zeze,"
"Hei, kau memang tidak konsisten. Sebenarnya kau ingin memanggilku bagaimana? Ze Shaosen, Yang Mulia, atau Zeze. Benar-benar tidak plin-plan. Pantas saja kau ditinggalkan."
"Aku tidak ditinggalkan, aku hanya putus!" Lady Qin berteriak.
"Padahal pengertiannya sama saja. Suaranya mengganggu sekali, membuat telingaku tuli," oceh Ze Shaosen pelan, "Hei, manusia. Kau memanggilku benar-benar hanya untuk masalah sepele ini?"
"Ini bukan masalah sepele. Sudah kukatakan ini darurat."
"Menurutku tidak. Sebaiknya aku pergi. Kau membuat telingaku sakit,"
"Tunggu dulu. Kau harus membantuku kembali padanya,"
"Kenapa kau butuh bantuanku? hubungan manusia, tidak ada urusannya denganku."
"Tapi kan ... Ze Shaosen?" Lady Qin terdiam, karena Ze Shaosen tiba-tiba menghilang, "Yang Mulia! Ze Shaosen, Hei, Zeze! Aaa! jahat sekali. Pelindung macam apa yang bertindak sesuka hati begini! Ze Shaosen menyebalkan!"
***
Ferdinand terkekeh menatap Ze Shaosen yang tidur dengan nyenyak di sofa. Nobsoul itu terlihat letih. Baru kali ini Ferdinand melihat Nobsoul yang bekerja keras seperti Ze Shaosen. Bahkan dia datang saat dipanggil, walau masalah sepele.
"Jadi begini nasib Nobsoul yang jiwanya telah menyatu dengan manusia? hahaha, sebenarnya dia bisa saja menolak hal sepele itu. Tapi dia tetap saja memenuhi panggilan, walau sambil mengomel. Dasar," Ferdinand menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Hmmm, aku harus belanja hari ini. Sepertinya dia harus dibiarkan istirahat," Ferdinand beranjak. Dengan berjalan kaki, dia langsung menuju supermarket yang berada tak jauh dari rumahnya. Ferdinand tampak santai. Tentu saja, dia sudah beratus tahun tinggal di bumi. Tak sama seperti Ze Shaosen yang belum genap seminggu. Sudah jelas pengalaman Ferdinand lebih banyak.
Nobsoul dengan penampilan yang cukup matang dan memukau itu memasuki pintu supermarket. Ketika dia ingin mengambil kerancang, tiba-tiba, bruk! dia bertabrakan dengan seseorang. Keranjang orang tersebut terlepas dari tangannya berserakan di lantai.
"Maaf, aku tak sengaja," ucap Ferdinand, sambil membantu memasukkan kembali belanjaan orang tersebut ke dalam keranjang.
"Hmm, tak apa," terdengar suara yang lemah. Ferdinand diam sejenak, setelah beberapa detik, dia menoleh. Ferdinand tersenyum ketika tau orang yang dia tabrak adalah Lady Qin. Gadis itu tampak murung, cemberut, dengan mata sembab.
"Lady Qin. Kau sedang patah hati?" ucapan Ferdinand lantas membuat Lady Qin spontan menatapnya.
"K-Kau ... Nobsoul aneh yang disukai kakakku!"
Plak! sebuah tiba-tiba punggung Lady Qin dipukul, "A Qin. Bicara apa kau, memalukan saja!"