Tolong panggil aku

1049 Kata
"Wu Gege, jangan bercanda. Katakan dimana Tan Gege?" Lady Qin menyapu sekeliling ruangan itu untuk mencari Tan Lishen. Namun, tentu saja dia tidak menemukannya, karena Tan Lishen tidak berada di rumah tersebut. "A Qin, bagaimana jika bersamaku saja? coba pikirkan, aku adalah sahabat Tan Lishen. Jika kau sangat menyukai Tan Lishen, kau bisa mendekatinya lewat aku." Lady Qin gugup, dia mengambil ponsel dari saku jaketnya, lalu menghubungi Tan Lishen. Tanpa diduga, nada dering Tan Lishen terdengar. Wu Zeming tersenyum sambil memegang ponsel Tan Lishen. Lady Qin terdiam, dan merasa gugup. "Wu Gege. Sepertinya Tan Gege tak ada di rumah. Jika begitu aku pergi dulu." Lady Qin hendak beranjak. Namun Wu Zeming menahan Lady Qin, dan menggenggam tangan gadis itu. "A Qin, jangan sedih lagi. Karena dia memutuskanmu, kau tak suka padanya lagi, kan? ayo bersamaku saja," "Wu Gege. Aku memang tak suka lagi dengan Tan Gege. Aku sekarang sudah punya pacar," "Ha, laki-laki yang pemarah itu? tinggalkan saja dia, aku lebih baik," Wu Zeming tersenyum sambil mengusap punggung tangan Lady Qin. Lady Qin kemudian menarik tangannya, "Aku tak bisa. Tan Gege, kau dimana?" Lady Qin berseru, memastikan bahwa semuanya salah. Bahwa dia tak mungkin dijebak oleh Wu Zeming ke tempat ini. Tempat dimana Tan Lishen tinggal. Meyakinkan dirinya, bahwa Tan Lishen tak bersekongkol dengan Wu Zeming untuk menyakitinya. "Kau mencari apa? Tan Lishen tak ada disini, dan jika dia mendengarmu pun, dia tak akan peduli. Dia sudah menyerahkabmu padaku. Jangan takut, aku tidak kasar, aku akan memperlakukanmu dengan lembut," ucap Wu Zeming, sambil menyentuh wajah Lady Qin. Tiba-tiba kepala Lady Qin terasa berat. Dia bahkan tak bisa melihat wajah Wu Zeming dengan benar. Sekuat tenaga dia berusaha menepis tangan Wu Zeming di pipinya. Lalu mundur beberapa langkah. "K-Kenapa aku pusing sekali? aku harus pergi dari sini," ucap Lady Qin sambil terhuyung. "A Qin, apa kepalamu terasa berat?" tanya Wu Zeming sambil tersenyum. "Aku ha ... rus per ...." bruk! Lady Qin rubuh, namun Wu Zeming berhasil menangkapnya. Dia tak sadarkan diri di pelukan Wu Zeming. Sementara itu Lady Lin tidak menyerah akan misinya untuk menjadikan Ferdinand sebagai suaminya. Dia benar-benar bekerja keras. Tak sedikitpun dia membiarkan Ferdinand bebas. Lady Lin terus mengikuti Ferdinand kemanapun nafsul berusia lima ratus tahun itu pergi. "Aih, Kenapa kamu mengikutiku terus?" Ferdinand benar-benar sakit kepala menghadapi Lady Lin. "Gege, Ayo pacaran. Aku akan memperlakukanmu dengan baik," ucap lady Lin sambil tersenyum manis. "Tolong jangan mengikutiku. Apa kau tidak punya kerjaan lain? ini sudah malam lebih baik kau kembali ke rumah." "Untuk mendapatkan sesuatu bukannya harus berusaha? jika usaha BH tidak mendatangkan hasil, kita harus berusaha lebih keras lagi dan lebih keras lagi. Untuk itu, Aku akan berusaha lebih keras dan lebih keras agar kau bisa menerimaku." "Ini bukan berusaha. Kau mengikutiku seperti penguntit. Jika orang lain, kalau sudah dilaporkan ke pihak berwajib." "Tidak mungkin. Jika orang lain, dia pasti sudah menerima aku sejak pertama aku mengajaknya berpacaran." Ferdinand menghela nafas panjang. Tak tahu lagi Bagaimana harus menghadapi Lady Lin. "Gege, Ayo kita pacaran. Tak ada ruginya berpacaran denganku. Aku cantik, kaya, aku juga pintar. Ah, dan aku tidak banyak makan seperti A Qin." "Wah, lihatlah kepercayaan dirimu itu." "Tentu saja aku sangat percaya diri. Semua yang kukatakan adalah fakta. Gege, saudaramu saja berpacaran dengan A Qin. Kenapa kita tidak bisa? Ayo berpacaran Setelah itu kita menikah dan punya anak." "Wah, gadis ini benar-benar ... Kenapa kamu udah sekali berbicara seperti itu? Kau pikir menikah dan punya anak hanyalah permainan?" "Tentu saja bukan permainan. Makanya aku memintamu untuk menjadi suamiku. Aku tidak main-main. Lihat wajahku, apakah aku terlihat bercanda? apa aku terlihat main-main?" "Membicarakan hal itu di jalanan seperti ini, bukankah termasuk main-main?" "Itu karena kau terus saja menolakku. Kali ini terima saja, berhenti menolakku karena kau tidak akan bisa membuatku mundur." "Hei, jangan berdiri disana, kau menghalangi orang yang menggunakan jalan," Ferdinand mengingatkan, karena saat ini Lady Lin berdiri dan bertingkah pecicilan di pinggir jalan. "Bagaimana, kau mau menerima tawaranku hari ini?" "Aku tidak menerima tawaran apapun, dan kau, segeralah pulang. Lihatlah jam berapa sekarang. Seorang gadis berkeliaran di jalan di malam hari sambil mengejar seorang laki-laki. Itu sangat tidak pantas. Bukankah besok kau harus kuliah?" "Wah, kemajuan yang bagus. Gege, saat ini kau sedang menghawatirkan aku, kan?" "Mengkhawatirkanmu? kau ini benar-benar ...." brum! tiba-tiba sebuah mobil melaju ke arah mereka, "A Lin, Awas!" Ferdinand dengan gesit menarik Lady Lin agar tidak tertabrak mobil. Lady Lin mendarat di pelukan Ferdinand yang hangat. Bau wangi yang luar biasa terhidu oleh Lady Lin, merasuk dan meresap ke dalam dirinya. Membuatnya tak ingin lepas dari pelukan Ferdinand. "Hei, kau baik-baik saja?" Ferdinand melepaskan pelukannya dari Lady Lin, dan memeriksa keadaan gadis itu, "Sudah kukatakan jangan berdiri disana!" Lady Lin terdiam. Dia tidak bisa mencerna apa yang sedang terjadi. Otaknya menjadi lamban. Yang dia ingat adalah rasa hangat dan nyaman dari pelukan Ferdinand. Lady Lin tak bersuara selama beberapa detik. Sebelum akhirnya dia tersadar disebabkan nada dering yang keluar dari ponselnya. Lady Lin menggelengkan kepala, lalu merogoh ponselnya dari dalam tas. Terlihat Nyonya Lan, ibunya memanggil. "Halo, Ma. A Lin sedang di luar. Ma sudah pulang? kenapa tak memberitahu sebelumnya, A Qin? harusnya di rumah. Hah, tidak ada? coba hubungi dia, hah, tidak aktif? iya Ma, A Lin akan cari A Qin. Ma jangan khawatir. Hmmm, tunggu A Lin di rumah." Lady Lin menutup teleponnya. Dia terdiam sejenak dan ekspresinya kini berubah tegang. Ferdinand yang melihat itu menjadi ikut khawatir. "Hei, kau kenapa? Kenapa wajahmu berubah cuma seperti itu?" tanya Ferdinand kemudian. "A Qin belum pulang, ini sudah terlalu malam. Tak biasanya dia keluar malam seperti ini. Bahkan ponselnya pun tak bisa dihubungi. Aduh, bagaimana ini?" Lady Lin semakin cemas. Entah mengapa Ferdinand tak tega melihat Lady Lin yang tampak kebingungan dan khawatir, "Tenanglah, kita cari ke tempat teman-temannya dulu." "A Qin tak punya banyak teman, dan dia tak mungkin bersama teman-temannya saat malam seperti ini, bagaimana Jika dia dalam bahaya?" "Jika dia dalam bahaya, Ze Shaosen pasti akan tahu. Sekarang kita cari dia sebisa kita." Sementara itu, Ze Shaosen berlari terengah-engah. Dia berkeliling dan menyentuh dadanya yang sejak tadi terasa tak enak, "Apa yang terjadi? perasaanku tak enak sekali. Aishh, kenapa dia tak memanggilku?" Ze Shaosen kembali berlari dan berkeliling, "Dia pasti dalam bahaya. Aku harus berkonsentrasi. Aku harus menemukannya. Lady Qin kau dimana? tolong panggil aku,"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN