2. Bukan Sembarang Kakak Tua

1302 Kata
"Lucas!!! Apa yang sudah kamu lakukan, hah?" Lucas yang tadinya tengah tertidur nyenyak, langsung tersadar dan sempat terlonjak kaget. Membuka mata, ia mendapati sosok Deasy yang sangat kacau, tidak karuan, dengan selimut masih menutupi seluruh tubuhnya. "Kenapa kamu bisa ada di kamarku? Astsga, Tuhan! Kita udah ngapain aja?" "Memangnya ibu lupa kita semalam ngapain aja?" sahut Lucas pelan. Deasy diam sejenak. Membawa tangannya, lalu pelan-pelan memijat keningnya yang mungkin berdenyut nyeri. Setelah beberapa saat berselang, raut wajah wanita itu tampak jelas berubah dari yang tadinya datar menjadi gelisah atau mungkin frustrasi. Mungkin mulai sadar kalau dirinya semalam sudah melakukan kesalahan yang teramat fatal. Ya tentu saja fatal. Jelas-jelas wanita itu semalam dengan suka rela menyerahkan keperawanannya kepada Lucas. Bahkan, lebih sialnya lagi diberikan secara gratis tanpa dipungut biaya. Lantas semua ini salah siapa? Salah Deasy sendiri, lah! "Nggak mungkin," geleng Deasy berulang kali. "Kita nggak mungkin ----" "Mungkin aja, Bu," potong Lucas segera. "Sepulang dari menghadiri acara Pak Danu, ibu jelas-jelas mabuk berat terus paksa saya buat melakukan hal yang nggak seharusnya kita lakukan," cerita pria itu dengan wajah serius. "Semalam, waktu ibu buka baju, saya bahkan sudah berusaha untuk kembali bantu memasangkan. Tapi, apa? Ibu malah menolak dan langsung terjang saya seperti singa yang lagi kelaparan, Auuumm," kata Lucas sambil mengaum. Padahal, ngapain juga pakai dipergakan segala macam. Namun, lebih dari itu, Lucas tidak mengada-ada. Yang dikatakannya 100% memang valid. Semalam, setelah Deasy benar-benar menanggalkan seluruh busananya, Lucas susah payah melawan gelojak hasrat yang timbul dalam dirinya. Bayangkan saja, di dunia ini kucing mana yang menolak kalau disodori ikan matang? Tapi, karena masih sopan dan masih ada sisa-sisa kewarasan, ia berusaha menolak bisikan setan-setan yang memprovokasi. Namun, sayang. Usaha Lucas nyatanya tidak membuahkan hasil. Bukannya sadar, Deasy malah semakin menggila. "Bu, ini serius kalau ibu terus paksa saya buka baju, saya nggak tanggung jawab kalau ibu bakal kenapa-kenapa. Lagian, kalau mau ngajak make out, saya nggak bawa kondom," kata Lucas malam itu. "Udah deh Danu, kamu nggak usah banyak omong. Ngoceh mulu macam Beo!" "Kok Danu, sih? Saya Lucas, Bu. Lucas Fernando. Bukan si Danu, Kadas, Kudis, Kurap, mantan ibu." "Ya terserah lah nama kamu siapa. Pokoknya, kamu harus temani aku malam ini. Aku juga bakal pastikan kalau nanti kamu nggak akan bisa berkutik. Harusnya, dari pada ngoceh terus, kamu siapkan aja tenaga buat imbangi permainanku setelah ini." Dalam keadaan mabuk, Deasy benar-benar membuktikan ucapannya. Tidak perduli dengan larangan serta halangan yang sudah Lucas sampaikan berulang kali, wanita itu membuka paksa seluruh pakaian yang Lucas kenakan. "Ya ampun, kakak tua kamu kecil juga ternyata. Ini sekali patuk, mana ada rasanya." Deasy tergelak. Malah geli sendiri melihat pemandangan di depannya. Lagi pula, sebenarnya Deasy beneran mabuk atau pura-pura, sih? Bisa-bisanya wanita itu memerhatikan dengan teramat, lalu mengejek benda pusaka yang Lucas bangga-banggakan. "Enak aja, kecil. Ini udah standar SNI, bu. Sekali masuk, bisa buat jantung ibu jedag jedug nggak karuan," kata Lucas jumawa. "Eleh, nggak meyakinkan. Orang kecil begitu. Aku nggak bakalan percaya sebelum kamu bisa buktikan omonganmu." Lucas yang awalnya menolak lantas bisa apa? Disodori terus-terusan, bahkan ditantang untuk membuktikan. Yaa ... tentu saja adrenaline nya langsung terpacu untuk menunjukkan kalau dirinya juga perkasa dan tidak mudah tumbang. Tanpa banyak berpikir lagi, Lucas menuruti dan langsung meladeni kala Deasy kembali menggoda. Bahkan, seluruh gaya yang selama ini ia pelajari, semalam akhirnya bisa dipraktikkan. Dari gaya misionaris, legs up, cowgirl, gaya pesawat terbang, kapal pesiar, kupu-kupu sampai gaya bebas sekali pun ia coba semalam saat bersama Deasy di atas tempat tidur. Lantas, hasilnya apa? Wanita yang berstatus sebagai bosnya di kantor itu sampai kewalahan sendiri dan akhirnya lemas karena puas. "Nggak mungkin!" rapal Deasy saat potongan-potongan akan kejadian bersama Lucas satu per satu berputar di otaknya. Lama-lama ia teringat apa yang sudah dilakukannya semalam. "Aku nggak mungkin sebodoh itu. Apalagi sampai making love sama kamu, Lucas!" "Tapi kenyataannya emang begitu, bu. Kalau nggak percaya, saya punya rekaman adegan semalam. Sengaja saya rekam karena tau ibu pasti bakal mengelak." Mata Deasy membelalak, "Jangan gila, Lucas! Ngapain kamu rekam segala? Kamu mau peras aku dengan rekaman itu?" Tak lama Deasy memejamkan matanya erat. Lalu terdengar wanita itu berteriak frustrasi, menyesali kebodohan yang sudah ia perbuat. Mau disesali seperti apa pun rasanya percuma. Semua sudah terjadi. Salah sendiri semalam pakai mabuk segala macam. "Demi Tuhan, Lucas. Kamu udah ambil keperawananku. Aku nggak akan diam aja. Aku bakal laporin kamu ke polisi!" Lucas mendelik. Menatap sebal sembari berusaha membela diri. Kok enak saja cuma dirinya yang disalahkan atas peristiwa yang sudah terjadi. Padahal, semalam Deasy begitu menikmati service yang ia beri. "Lah? Bukannya ibu juga sudah ambil keperjakaan yang sudah susah payah saya jaga? Kalau ibu lupa, ibu yang paksa dan perkosa saya semalam." "Mana ada sejarahnya perempuan perkosa laki-laki." "Ada, Bu. Saya bahkan punya bukti kalau ibu yang ngajak dan paksa saya untuk make out. Terus ---" "Cukup Lucas!" Deasy kembali menggeram. Diraihnya bantal yang ada di sebelah tangannya, untuk kemudian ia lempar ke arah Lucas. Kesal bukan main mendengar ocehan pria di sebelahnya. Kalau bisa, ingin ia hajar dan cabik-cabik saja pria itu. "Cepat pergi dari apartemenku! Cepat keluar atau aku mutilasi kamu sekarang juga." "Tapi, Bu ..." tahan Lucas sebelum dirinya beranjak. "Saya cuma mau mengingatkan, di kemudian hari, mau ibu nanti hamil atau nggak, saya akan tetap bertanggung jawab karena sudah meniduri ibu." Deasy mendesah lalu berdecih. Mana pernah sekali pun terlintas dalam otaknya berkencan apalagi sampai menikah dengan staff rendahan macam Lucas. Mau taruh di mana nanti harga dirinya? "Masalahnya, mau hamil sekali pun, aku nggak sudi nikah sama babu, apalagi yang kakak tuanya kecil macam kamu!" "Bu! Sesama babu corporate dilarang saling hina." "Cepat pergi, Lucas. Atau aku bakal teriak rampok sekarang juga?" Lucas mendesah panjang lalu menurut. Dengan tergesa beringsut turun dari ranjang sembari memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai kamar. Untung sebelum tidur tadi malam ia sudah memakai celana. Begitu pakaiannya terpasang sempurna, ia pun buru-buru pergi dari apartemen Deasy dengan perasaan bercampur aduk. *** Lucas memejamkan matanya erat. Di atas tempat tidur, ia malah teringat apa yang sudah dilakukannya semalam bersama Deasy. Sejak awal, sejak pertama kali dirinya bergabung di FourtyNine Group, sejujurnya Lucas memang tertarik pada bosnya itu. Ah, bukan hanya Lucas, ada banyak juga staff lain yang tertarik pada Deasy. Walaupun terkenal ketus dan sering kali jutek ke sesama staff, ada sisi di mana menampilkan sosok Deasy yang begitu cantik dan terlihat elegan apalagi kalau sudah serius menangani sesuatu, Deasy, adalah wanita yang penuh dedikasi, loyalitas dan juga totalitas dalam menjalankan pekerjaan. Walaupun sering marah-marah, wanita itu selalu mensupport seluruh timnya. Sebagai leader, ia bahkan tidak segan pasang badan kalau sesuatu yang buruk menimpa anak buahnya. Dan sekarang, entah Lucas harus mengucap syukur atau memohon ampun kepada Tuhan. 30 tahun menjaga diri, pertahan yang selama ini ia bangun akhirnya ambruk tidak bersisa. "Ini, kalau setelah kejadian semalam bu Deasy beneran hamil, gimana coba? Mana aku lupa pula semalam 'keluarnya' di dalam atau di luar," desah pria itu kepusingan sendiri. Asyik bergulat batin dengan segala pikiran buruk yang menghantui, ponsel Lucas terdengar berdering. Melirik, dan memastikan bahkan telpon yang masuk dari orang yang sangat penting, ia pun gegas menerima panggilan tersebut. "Hallo?" "Gimana? Kamu udah dapat informasi terbaru soal penyelidikan yang kamu lakukan?" tanya sosok pria di seberang sana. Lucas refleks menggaruk alis matanya yang tidak gatal. Sungguh, sebenarnya ia sampai detik ini belum juga menemukan titik terang atas tugas penting yang diberikan kepadanya. "Sejauh ini belum ada informasi tambahan. Tapi, penyelidikan masih terus berlanjut. Dan nggak akan berhenti sampai menemukan bukti-bukti baru." "Kalau begitu, terus pantau dan ubah taktik dalam melakukan penyelidikan berikutnya. Pokoknya semua ini harus segera selesai sebelum akhir tahun. Kalau nggak, jangan pernah berharap kamu bisa mendapatkan apa yang kamu impikan." Begitu panggilan terputus, Lucas kembali mendesah panjang. Kepalanya terasa ingin pecah karena menumpuk segala macam hal-hal penting yang harus segera diselesaikan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN