Bab 68 - Berbaikan

1240 Kata
Pertandingan pun selesai. Wish sudah berada kembali bersama teman-temannya. Chery menepuk pundak Wish dan mengucapkan selamat. Yang lain, melakukan fist bump, cara yang lebih seru dalam mengucapkan selamat. Mereka tertawa lucu melihat keberhasilan Wish. Mereka tidak menyangka bahwa tim mereka, yang sama sekali baru, bisa menjadi pemenang di acara olahraga bergengsi itu. Mereka pun keluar dari arena dan akan kembali ke asrama. Sedangkan, untuk Ohn dan Chery mereka akan pergi ke ruangan kepala sekolah sesuai dengan pengumuman pemberitahuan sebelumnya. Tetapi, sebelum pergi, Ohn dihentikan oleh Panom. Chery yang melihat mereka berdua langsung refleks mengatakan, “Aku duluan ke kantor kepala sekolah ya!”  Ardy dan Wish yang juga melihat itu, berdiri di samping Panom ingin mendengar apa yang akan mereka bicarakan. Panom melihat mereka berdua dengan gerakan kepala memutar pelan. Ia merapatkan giginya dan berkata, “Aku akan menyusul kalian.”  Dengan wajah lugu mereka berkata, “Ya, ya, ya.. kami sudah mau pergi, ya kan Wish?” “Ya, kami mau pergi, lihatlah langkah kami sudah sangat jauh,” sambut Wish padahal dari tadi mereka tidak bergerak.  Panom melotot memberikan peringatan dan mereka pun pergi dengan cepat.  “Kami pergi,” teriak Ardy. “Kita tidak diperbolehkan ikut campur dengan masalah suami istri itu.” Ucap Ardy seraya berjalan cepat. Chery melirik Mool dan menarik tangannya agar mereka berdua bisa berbicara empat mata. “Apa yang baru saja kulihat? Pertengkaran suami istri?” Ucap Mool sambil mengikuti tarikan tangan Chery yang cepat. Ia seperti sedang di hipnotis karena wajahnya yang datar. “Bukankah tadi Panom memberikan coklat itu kepada mu?” Chery berhenti setelah jauh dari mereka. “Hei. Apa yang kau pikirkan. Sekarang aku sedang menyentuh tanganmu, apa itu menunjukkan kita ada hubungan?” Ucap Chery. “Bukan begitu, kamu tidak tahu, ada perasaannya saat Panom menghentikan Ohn.” Ucap Mool yang belum sadar ditandai dari wajah datarnya seperti orang yang hilang ingatan. “Sudah lah,” Ucap Chery yang melihat jalur mereka akan berubah. “Aku pergi, kau jalan ke arah kanan. Jangan ikuti aku, aku mau ke kantor kepala sekolah, Daaa!” Ucap Chery dan berjalan pergi. *** “Aku ingin bicara.” Ucap Panom. Ada suatu ganjalan di dalam hati Panom atas masalah mereka kemarin. “Baiklah.” Ucap Ohn. Mereka pun menepi dan mencari tempat yang sunyi untuk berbicara.  Panom menarik napas untuk mengumpulkan keberanian mengatakan perasaannya. Ada sedikit ketakutan juga yang dirasakannya dan ingin memastikan apakah ia perlu khawatir tentang itu atau tidak.  “Apa kau membaca buku itu?” tanya Panom. Ia merasa semua rahasia nya berada di buku diary itu. Sungguh memalukan jika benar Ohn sudah membacanya. Ohn keringat dingin. Ia ingin mengucapkan kebenarannya, tapi ia belum sanggup menanggung konsekuensinya. “Maafkan aku,” kata Ohn menggigit bibirnya. Panom langsung menghentakkan kaki kirinya ke lantai dan memukul dinding. Wajahnya merah dan kerutan-kerutan di wajahnya berkeluaran. Bibirnya bergetar bagaikan dinamika musik yang naik turun. Rambut yang menutupi wajahnya disisirnya ke belakang dengan tangan kanannya. “Maaf, aku sebenarnya..” Ia ingin mengatakan bahwa itu ketidaksengajaan, tetapi, ia menghentikannya. Karena sebenarnya, Ohn memang sengaja melakukannya. “Huff.. Apa saja yang kamu ketahui?” Kata Panom.  “Aku membaca semua. Tulisan di buku itu tidak terlalu banyak juga!” Kata Ohn, membuat Panom bertambah cemas. “Benarkah? Aku tidak menyangkanya, kau melakukan itu.” Ucap Panom sambil menggigit bibirnya. “Maafkan aku atas kesalahpahaman lain. Aku hanya tidak ingin kau menjadi penguntit. Aku akan bantu cara mendapatkan Chery.” Kata Ohn. Ia melihat reaksi Panom, tetapi belum ada perubahan. Dilanjutkannya berkata, “Aku tidak tahu kamu sebelumnya pernah bertemu dengan Chery. Mengapa kau tidak menceritakannya dari awal.” Ucap Ohn dengan menundukkan wajah, dengan suara yang lembut dan pelan ia berharap bisa menunjukkan kekhawatirannya. Ia berupaya mengeluarkan sisi ketulusan hatinya yang terdalam bahwa ia tidak ingin melihat temannya dalam kesulitan.  “Dimana kau pernah bertemu dengannya?” Tanya Ohn. Tetapi belum mendapat jawaban. Wajah Panom masih tampak sangat ketat seketat pengawalan presiden. “Bukankah kita teman?” Kata Ohn. “Kau tahu aku tidak pernah menceritakanmu kepada yang lain.” Panom membolangkan matanya sebesar-besarnya melihat Ohn. Ia menyimpan dendam kepadanya. “Tidak pernah menceritakan? Kau menjual teman mu sendiri sewaktu perempuan-perempuan itu menanyakan biodata ku demi uang ataupun hadiah yang mereka tawarkan. Padahal keluarga kita juga kaya, untuk apa mu itu. Aku tidak percaya kau melakukannya saat SMP kemarin!” Ucap Panom merasa lebih lega. Ohn menyeringai, ia tidak bisa berkata apapun untuk membantahnya.  “Bagaimana aku bisa percaya padamu.” “Aku seperti itu jika menyangkut hadiah. Kau kan tahu aku bagaimana? Sayang sekali makanan itu disia-siakan.” Ucap Ohn dengan harapan agar Panom merasa lebih baik. Tiba-tiba Panom langsung memeluk Ohn. “Apa yang kau lakukan?” Katanya cepat. “Terima kasih, kau membantuku untuk dekat dengan Chery.” Ucapnya “He? Apa yang kulakukan? Aku merasa tidak melakukan apapun.” Tanya Ohn kebingungan dan Panom melepaskan pelukannya. “Kau membantuku bekerja sama di lomba menciptakan lagu itu. Aku merasa beruntung bisa bekerja sama dengannya.” Kata Panom. Setelah menjelaskan ucapanya itu, Ohn merasa lega. “Oh, karena itu. Itu bukan hal yang besar juga.” “Kau juga membantuku duduk disebelahnya tadi, meski akhirnya Ardy mengganggu kami dengan duduk di antara kami berdua.” Kata Panom mengerutkan bibirnya.  Ohn hanya mengangguk.  “Kau pasti sudah tahu juga bagaimana caranya aku mengenal Chery. Aku mengenalnya saat ia mengamen di simpang jalan di daerah golongan budak.” Kata Panom. Ada sesuatu yang mengganjal Ohn. “Lalu, kau melihat wajahnya?” “Tidak.” “”Bagaimana kau bisa mengenalinya?” “Chery juga dari golongan b***k makanya ia mendapat beasiswa masuk sekolah ini. Aku juga melihatnya bernyanyi saat di cafe kapal mau ke sekolah Gifted. Aku ingat suara itu.” “Kau bisa mengenali suaranya hanya dengan sekali dengar?” Tanya Ohn “Benar. Aku juga tidak percaya. Aku sangat yakin bahwa Chery adalah wanita itu.” “Bagaimana jika kau salah?” “Aku akan mencoba mencari informasi selama bekerja sama dengannya membuat lagu.” Kata Panom. “Kau tenang saja, aku selalu mendukungmu.” Kata Ohn menepuk pundaknya. “Kau mengertikan perlakuanku saat kita marahan?” Tanya Ohn. “Sudahlah itu tidak usah dibahas. Aku saja yang berlebihan.” Jawab Panom. “Aku merasa bersalah karena tidak bisa menghiburmu saat om dan tante tidak ada waktu menemanimu. Kau seharusnya mengatakannya.” Ucap Ohn “Sudahlah, kau terlalu berlebihan. Aku merasa baik-baik saja.” “Oh iya, dia dan Yin Sin itu teman saja, mereka sedang bekerja sama memecahkan teka-teki. Tidak ada yang lain. Kau yang terlalu posesif.” Ucap Ohn. Kata posesif yang ia dengar di kalimat Ohn membuatnya kesal. “Bukan, bukan, maksudku cara pandangmu yang terlalu banyak berkhayal.” “Tenanglah, aku tidak marah. HAHA” Kata Panom. “Teka-teki apa yang mereka kerjakan?” Tanya Panom menyelidiki. “Ada teka-teki yang diberikan Mool dan mereka berusaha menerjemahkannya menjadi kalimat. Chery sangat suka semua yang berbau detektif, karena itu dia sangat terobsesi dengan teka-teki itu. Tenang saja, tidak ada apa-apa diantara mereka.” Jelas Ohn dan ia melihat temannya itu menggelengkan kepala. Wajahnya kembali cerah. “Yin Sin salah satu dari sembilan keturunan istimewa. Kau tidak usah khawatirkan itu.” Tambah Ohn lagi.  “Baiklah, aku senang mendengarnya.” Kata Panom merapatkan bibirnya berhenti sejenak. Ia merasa tidak ada yang perlu dicemaskan lagi. “Kau mungkin bisa jadi terlambat. Nanti kita bicara lagi.” Kata Panom.  Mereka pun berpisah. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN