Siang itu, Abhygael merebahkan tubuhnya setelah minum obat yang pahitnya bagaikan empedu. Jika bukan Leona, sudah dipastikan Abhygael membuang seluruh obat itu di dalam kloset. Bagi Abhygael lebih baik dia diminta push up dari pada harus menelan obat. Sejak kecil dia sangat membenci obat, biasanya jika dia demam, maka obat itu akan di masukkan ke dalam buah pisang tanpa sepengetahuan dirinya. Bahkan dulu semasa kuliah teman-temannya sampai harus mendekapnya dengan kuat dan memaksanya minum obat saat dia jatuh sakit. Leona di depannya tampak mengawasinya, meski dengan perasaan mendongkol, Abhygael berusaha menutup matanya. Leona tersenyum melihat ulah kekanak-kanakan suaminya ini. Kalau dipikir, dia masih sangat muda dibanding Abhygael, namun kini dia baru menyadari jika ternyata suaminya