Tidak alien berwarna hijau atau makhluk berbentuk aneh lainnya. Yang keluar dari pesawat tempur itu adalah seorang pria tampan dengan rambutnya yang berwarna pirang keemasan. Bukan hanya Lucia yang takjub, tetapi gadis-gadis lainnya juga. Mereka tidak menyangka kalau akan berhadapan dengan seorang musuh yang rupawan.
"Kenapa setiap pria tampan selalu jahat?" tanya Thea dengan diawali decakan sebelumnya.
"Kau bertanya padaku?"
Sekali lagi Thea berdecak. Dia tidak menyangka kalau jin tempurnya yang akan menyahut. Pertanyaan itu dia tujukan untuk teman-temannya, bukan untuk Ceres.
Terdengar tawa cekikikan Tita yang bergabung dengan Carme, membuat Thea semakin kesal saja.
"Menurutku tidak semuanya, Thea," sahut Lucia dengan nada suaranya yang selalu penuh semangat. "Dione itu tampan, tapi tidak jahat. Zidane juga tampan, tidak jahat juga."
Thea memutar bola mata bosan mendengarnya. Semua perkataan Lucia selalu terdengar mudah. Gadis itu selalu menganggap semuanya mudah dan semua orang adalah baik. Yang pasti satu hal, Lucia terlalu polos.
"Terserah kau saja, Lucy. Memang bagimu semua laki-laki itu sama tampan."
"Apakah kita hanya akan membahas masalah pria tampan saja? Kalau begitu kau melupakan satu orang, Lucy." Tita ikut-ikutan terlibat dalam pembicaraan yang menurutnya sangat tidak masuk akal, tetapi juga menyeretnya.
"Benarkah?" tanya Lucia dengan mata mengerjap beberapa kali. "Siapa?"
"Antares!"
Tita tersenyum menyebut nama itu. Sejak pertama melihat pria itu, dia sudah merasa tertarik padanya. Meskipun perkataan Antares sangat buruk dan tajam, bahkan pria itu terlihat seperti memusuhi mereka, tapi dia dapat mengerti. Dia paham mengapa Antares seperti itu dan dapat memakluminya. Dia juga pasti akan bersikap yang sama kalau saudaranya terbunuh dan pembunuh itu berada di depannya. Namun, Tita yakin luka itu pasti akan sembuh seiring waktu. Rasa indah bisa saja hadir diantara mereka. Sungguh mimpi yang sangat manis.
"Antares termasuk pria tampan ke dalam golongan yang kusebutkan tadi." Thea tertawa, disambut dengan tawa Ceres yang lumayan keras.
"Aku yakin Antares tidak berniat seperti itu," sahut Tita membela.
Thea memutar bola mata mendengarnya. Dia yakin kalau temannya itu menyukai Antares. Astaga! Sepertinya Tita memang selalu ditakdirkan jatuh cinta pada penjahat.
"Bisakah kita berhenti tentang pria-pria yang kalian ributkan?" tanya Fre. "Kurasa kita berada di sini bukan untuk itu!" ucapnya tajam.
"Kita ke sana sekarang, Fre?"
Fre mengangguk menyetujui tawaran Andromeda. Makin cepat masalah ini selesai akan semakin baik. Bukan hanya untuk Ameris, tetapi juga untuk mereka. Mungkin, dengan mengembalikan kedamaian di Ameris rasa bersalahnya karena sudah merenggut penopang planet mereka sedikit terobati.
Andromeda terbang dengan cepat ke arah seorang pria yang berdiri di atas kapal perangnya. Pria itu bernama Orion Umbriel. Ia tersenyum menyambut kedatangan mereka. Suara berdebum ringan terdengar kala Andromeda menapakkan kaki di atas kapal perang persis seperti pesawat ruang angkasa yang sering dilihatnya di film-film bergenre fiksi ilmiah tentang alien. Namun, pria di depannya ini tidak tampak seperti alien yang digambarkan di film. Sungguh, Orion terlalu tampan untuk menjadi tokoh antagonis. Fre menarik napas, melirik ke kanan dan kirinya, mencari tahu apakah keempat temannya juga sudah tiba.
Bunyi berdebum bersahutan sebanyak empat kali menandakan kalau keempat gadis lainnya juga sudah mendarat di pesawat tempur ini. Fre mengembuskan napas panjang dan pelan sebelum keluar dari tubuh Andromeda. Disusul oleh gadis-gadis lainnya.
"Halo, Nona-nona, selamat datang. Izinkan aku, Orion Umbriel, menyambut kalian di pesawatku yang tidak seberapa ini."
Hangat dan memiliki senyum yang ramah, juga terlalu merendah. Itulah kesan pertama yang didapat Fre dari Orion. Sama sekali tidak menggambarkan kalau ia adalah seorang yang ingin merebut planet orang lain. Fre mendengkus kesal, kata-kata don't judge book from the cover melintas di kepalanya. Wajah alim Orion seperti seorang psikopat tampan yang pernah dibacanya di sebuah buku n****+. Dia tidak menyangka kalau akan bertemu secara langsung dengan pria pemilik wajah seperti itu.
"Namaku Fre!" ucap Fre berseru memperkenalkan namanya. Jarak mereka yang nyaris sepuluh meter membuatnya melakukan itu. Di sini tidak ada angin yang akan menyamarkan suara mereka. Mereka berada di luar angkasa planet Ameris. "Mereka adalah teman-temanku!" Fre menunjuk empat orang gadis lainnya yang berdiri di sisi kanan dan kirinya.
"Fre, nama yang bagus."
Senyum manis yang sialnya membuat wajah itu semakin tampan menghiasi wajah Orion. Fre membuang muka, tak ingin lebih terpesona.
Sementara Thea justru tersenyum mengejek. Menurutnya Orion hanya ingin mengalihkan perhatian mereka. Kebanyakan pria tampan memang suka menipu, bukan? Seperti Gama. Sial! Kenapa dia harus teringat lagi pada pemuda b******k itu? Namun, sungguh,.penolakan Gama tidak dapat dilupakannya sampai sekarang. Dia harus bisa membalas pemuda sok tampan itu. Mempermalukan Gama seperti ia mempermalukannya. Thea mendengkus kasar.
"Jadi, kau yang memimpin mereka?" tanya Orion penuh rasa ingin tahu.
Sejak pertama melihat gadis berambut pirang itu keluar dari benda raksasa yang ditumpanginya, Orion sudah merasa tertarik padanya. Gadis itu yang pertama tiba di sini, berarti dia yang paling pemberani. Tak salah, 'kan, kalau ia mengira gadis yang mengaku bernama Fre ini adalah pemimpin gadis-gadis lainnya? Namun, dugaannya keliru. Fre justru menggeleng.
"Bukan!" sahut Fre lantang. "Tidak ada pemimpin diantara kami. Kekuatan kami semua sama!"
Orion mengangkat sebelah alisnya mendengar perkataan itu. Benarkah? tanyanya dalam hati. Kekuatan mereka semua sama? Entah kenapa ia meragukannya. Sebagai seorang komandan pertempuran yang sudah memimpin beberapa kali, ia dapat mengukur kekuatan lawannya hanya dari cara mereka bicara. Gadis berambut pirang ini hanya merendah, ia yakin. Aura yang terpancar di sekelilingnya menunjukkan kalau kemampuannya melebihi keempat gadis lainnya. Atau kali ini ia salah lagi?
"Benarkah?" Orion kembali tersenyum. "Kalau begitu ...."
Orion tidak melanjutkan perkataannya.Tanpa aba-aba ataupun peringatan, ia langsung menyerang Anne yang tampak lengah. Menurut penglihatannya, gadis berambut cokelat gelap itu adalah yang paling lemah diantara kelima gadis ini.
Anne sangat terkejut dengan gerakan tiba-tiba itu. Dia terlambat untuk menghindar, akibatnya lengannya terkena sabetan pedang Orion. Beruntung tidak dalam, pedang Orion hanya menyerempet. Thea sempat memasang pelindung airnya,. Tita juga segera menarik Anne yang berada di sebelahnya.
"Kau!" Fre tersengal menatap Orion yang kembali memasang senyum. Kemarahan menguasainya. Dia merasa gagal melindungi teman-temannya.
Orion hanya memberi jeda beberapa detik bagi gadis-gadis itu untuk menikmati keterkejutan mereka. Ia kembali menyerang, bergerak cepat ke arah Thea yang kelihatan sudah sangat siaga. Namun, satu meter lagi jarak mereka Orion mengubah arah serangannya, mengarahkan pukulan pada Lucia yang justru kurang siaga.
Gadis berambut merah itu terpental beberapa meter. Fre segera menangkapnya sebelum Lucia mendarat di atas kapal perang Orion.
"Kau tidak apa-apa, Lucy?" tanya Fre khawatir.
Lucia mengangguk. "Dia cepat sekali," jawabnya sambil berdiri, tanpa mengurangi rasa kagum dalam suaranya.
Fre mengangguk, dia mengakuinya. Orion memiliki kecepatan yang sangat luar biasa. Gerakannya nyaris tak terlihat oleh mata, dan tak terbaca. Ia berhasil mengelabui mereka. Dikira akan menyerang Thea, Orion justru mengincar Lucia. Sialan!
"Berhati-hatilah," ucap Fre lirih memperingatkan. Bukan hanya untuk Lucia, tetapi juga untuk dirinya sendiri. Mereka tidak tahu siapa yang akan menjadi sasaran Orion berikutnya.
"Iya!" jawab Lucia bersemangat seperti biasa. Dia sudah siap sekarang, tidak akan lagi lengah seperti sebelumnya.
Orion menaikkan sebelah alisnya menatap interaksi Fre dan gadis berambut merah yang bertubuh lebih mungil. Mereka terlihat seperti kakak adik, sangat mengharukan. Senyumnya berubah menjadi senyum mengejek. Jeda berakhir, Orion kembali menyerang. Kali ini Tita yang menjadi sasaran.
Meskipun Tita sudah bersiaga, tetap saja dia kalah tenaga. Tita memilih untuk mundur beberapa langkah, menghindari terkaman pedang Orion. Tita mengangkat tangan kirinya tinggi,. menghempasnya kuat ke arah Orion.
"Lumpur pengisap!" Tita berseru kencang bersamaan dengan semburan lumpur keluar dari jari-jarinya yang terarah ke depan, ke arah Orion.
Pria berambut pirang itu bergerak cepat untuk menghindar. Ia sudah mendengar kekuatan para gadis ini, kehebatan mereka sudah melegenda sampai ke planetnya. Ia juga sudah mempelajari kekutan sihir mereka dan mencari kelemahannya. Sebagai planet yang lebih mengandalkan teknologi, ia tidak memercayai dengan kekuatan sihir seperti itu. Menurutnya, semua itu hanyalah manipulasi kekuatan saja. Orion melesat ke depan agar lebih dekat dengan Tita. Ia segera melancarkan serangannya begitu tepat berada di depan gadis itu.
Tita memekik antara terkejut dan sakit. Dadanya terasa terbakar. Perutnya pun rasanya bergolak, sangat mual.
"Tita, kau tidak apa-apa?" Anne cepat menghampiri. Meniupkan angin tipis dari mulutnya, berusaha meredakan sakit yang dirasakan Tita. Kekuatan sihir Anne selain bisa digunakan untuk bertarung, juga bisa menyembuhkan.
"Aku tidak apa-apa," jawab Tita serak. "Terima kasih, Anne."
Anne mengangguk. "Sebaiknya kita lebih waspada lagi. Lawan kita sangat tangguh."
"Tampan yang sangat menyebalkan!" Tita mengepal. Dia sangat marah sekarang. Pria sialan tampan di depannya ini sudah merendahkan harga dirinya. Dia yang ingin menunjukkan kekuatannya pada Antares jadi merasa dipermalukan. Beruntung saja pria itu tidak melihat pertempuran ini, kalau tidak dia pasti akan sangat malu.
Orion tersenyum miring. Kembali bergerak cepat menyerang Thea. Kali ini ia benar-benar menyerang gadis berambut pirang itu. Sebelah alis Orion terangkat, gadis yang satu ini sepertinya sudah sangat siap bertempur. Buktinya dia tersenyum manis, mencelat mundur beberapa kaki, mengarahkan tangan ke.depan seperti yang tadi dilakukan Tita, berseru tertahan seolah mengejek.
"Sapuan gelombang tornado!"
Gelombang besar yang entah datang dari mana langsung menerjang Orion. Pasti akan membuatnya tenggelam seandainya ia tidak segera menghindar. Sedetik saja ia terlambat, Orion yakin nyawanya bisa melayang. Gadis berpakaian berwarna biru itu ternyata tidak bisa dianggap remeh seperti tiga orang gadis lainnya, di lebih waspada. Namun, bukan Orion kalau tidak bisa membalasnya. Gerakannya yang secepat kilat membuat gadis itu tak sadar kalau kini mereka sudah berhadapan dengan jarak tak sampai satu meter. Orion menyerang Thea dan menghantam dadanya.
Thea mundur beberapa langkah. Apa yang dirasakannya sama seperti Tita. d**a yang seakan terbakar. Cepat Thea mengeluarkan sihir penyembuhnya untuk mengobati dirinya sendiri. Berbeda dengan Anne yang bisa menyembuhkan yang lain, sihir penyembuh Thea hanya berfungsi pada dirinya sendiri.
"Thea! Kau tidak apa-apa?"
Seruan Fre membuat fokus Orion beralih pada gadis itu. Fre terlihat marah, benarkah? Ini yang ditunggunya, ia penasaran pada apa yang akan dilakukan Fre kalau ia melukai teman-teman gadis itu. Fre yang sudah mengalahkan dan menghabisi penopang Ameris sudah sampai ke telinganya. Ia yakin Fre berbohong saat mengatakan kalau kekuatannya dan teman-temannya itu sama. Kekuatan dan sihir gadis yang dipanggil Thea saja sudah sedemikian hebatnya, lalu bagaimana dengan Fre?
Kesabaran Fre sudah mencapai batas. Pria itu sudah melukai semua teman-temannya, dia tidak bisa membiarkannya. Fre menatap Orion tajam, tak berkedip selama tiga detik.
"Buta!" seru Fre. Dia mengambil cahaya dari mata orion melalui tatapannya itu.
Orion gelagapan. Ia tidak bisa melihat. Sekelilingnya sangat gelap. Astaga, apa yang sudah dilakukan Fre padanya?
"Kita pergi dari sini!"
Itu adalah seruan Fre, Orion sangat mengenali suaranya. Apalagi dalam keadaan gelap seperti sekarang, indra pendengarannya menjadi dua kali lebih peka.
"Kenapa?" Thea memprotes perkataan Fre. Dia tidak terima dengan keinginan sepupunya. Musuh mereka sudah terlihat terpojok, hanya tinggal menyelesaikan saja. "Kita bisa menghabisinya sekarang!"
"Obati luka-luka kalian dulu," sahut Fre. "Ini semua sudah cukup, kita sudah tahu bagaimana kekuatan lawan kita. Sekarang saatnya kembali!"
"Apa yang dikatakan Fre benar, kita sebaiknya kembali sekarang." Anne membela Fre. Dia setuju dengan apa yang dikatakan sahabatnya. Mereka harus kembali sekarang untuk menyembuhkan luka-luka mereka dan beristirahat untuk memulihkan kekuatan. "Kita perlu memulihkan tenaga kita."
Thea berdecak melihat Lucia dan Tita mengangguk. Dia kalah suara. Sialan! Padahal dia masih kesal pada kekalahannya, ingin menghajar Orion yang tampak sangat lemah, membalas perbuatan pria itu tadi.
"Baiklah!" sahut Thea malas. "Kita kembali."
Fre tersenyum. Menghampiri Orion dan menatapnya tajam. "Melihat!" serunya.
Orion mengerjap beberapa kali, menyesuaikan cahaya terang yang memasuki matanya. Menatap Fre kagum, dalam hati memuji kekuatan gadis itu. Jadi, benar, kekuatan sihir Fre adalah cahaya. Dia dapat mengambil cahaya dari mata seseorang kemudian mengembalikannya, seperti yang tadi dialkukan padanya. Kekuatan cahaya yang sudah menghabisi putri Amery dan Ades Hyperion.
"Senang bertemu denganmu, Orion."
Senyum Orion mengembang mendengar kata-kata itu. "Kita pasti akan bertemu lagi, Fre," sahutnya. "Dalam keadaan yang berbeda."
Fre tidak menyahut, dia juga tidak bereaksi. Gadis itu berbalik, berseru memanggil jin tempurnya dan berubah menjadi cahaya, kembali ke dalam tubuh robot raksasa itu.
'Kau baik-baik saja, Fre?"
Fre menghela napas sebelum menjawab. Dia ingin mengatakan kalau dirinya baik-baik saja, tapi kenyataannya tidak seperti itu. Fisiknya memang tidak terluka, dalamnya yang terluka. Kekuatan yang baru saja digunakannya untuk menghentikan Orion adalah kekutan yang sama yang digunakannya untuk melumpuhkan Ades, dan menikamnya dengan pedangnya setelah itu.
"Sebaiknya kau beristirahat agar kondisimu seperti sediakala."
"Terimakasih, Andromeda. Tapi sungguh aku baik-baik saja," jawab Fre berbohong.
Dia tidak siap untuk berbagi dengan siapa pun. Saat ini bukan hanya Orion yang berbahaya baginya dan teman-temannya. Ada yang lebih membahayakan lagi.
Antares Hyperion.