6. Parfum

1750 Kata
Selina melihat kedua angsa itu sedang berduaan dan bermesraan, lalu mendekat pelan-pelan dan mengejutkan mereka. "Hayooo kalian berdua sedang apa?" Spontan Momochi dan Momocha langsung memisahkan diri. "Ngoook... Ngoook." "Ngoooook." Momocha terbang ke atas meja dan Momochi terbang ke aras sofa. "Kalian berdua pasangan yang romantis. Pergilah ke kandang kalian!" "Ada apa ini, Bu?" "Tidak ada apa-apa. Aku hanya mengejutkan mereka yang sedang bermesraan." "Ibu ini ada-ada aja." Matthew kemudian bersikap manja pada istrinya. "Tolong pijitin aku ya Bu! Ayo kita ke kamar." "Baiklah." Mereka pergi ke kamar. Momochi turun dari meja. "Ayo Momocha, kita je kandang. Aku ingin bercerita selama aku berada di kantor Cecep Gasendra." Sesampainya di kandang, Momochi terkejut. Kandang mereka sudah dihiasi oleh bunga-bunga berwarna-warni dan lampu-lampu kecil. "Apa-apaan ini?" "Indah, bukan? Tadi siang ada tukang bunga yang menghias seluruh kandang angsa untuk persiapan musim kawin." "Ini terlalu berlebihan. " "Ini membuat kandang kita jadi cantik dan bagus." Momochi membuka pagar dan masuk ke kandanh. Selama sejenak, angsa itu mengamati kandangnya yang cukup besar dan merupakan kandang terbesar diantara kandang angsa-angsa lainnya. Ia menyentuh bunga-bunga itu. "Ini bunga palsu." "Kata Neng Minur supaya bunganya tahan lama dan tidak pernah layu." Di dalam kandang ada tempat tidur yang cukup besar yang sudah dibersihkan. Bagaimana pun juga tempat tidur itu tidak cukup menampung seluruh anggota keluarga Momochi yang terdiri delapan ekor termasuk dirinya. Momochi mendesah dan kepalanya menunduk. "Ada apa?" "Aku akan merayu cecep Gasendra untuk memperbesar kandang kita, karena aku selalu tidak bisa tidur bersama-sama." "Kamu benar." "Itu sebabnya aku memaksa cecep Gasendra untuk memperkerjakanku agar aku bisa merenovasi kandang kita ini." "Oh Momochi Sayang, kamu suami yang baik. Aku terharu." Momocha menangis dan memeluknya. "Aku beruntung sekali bertemu denganmu pertama kali di kebun pisang. Saat aku melihatmu, aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Kamu adalah angsa tertampan yang pernah aku lihat." Momochi yang mendengar kata tampan langsung membusungkan dadanya dan percaya dirinya semakin tinggi. "Aku memang angsa tertampan dan terseksi di dunia. Kamu beruntung sekali bisa menikah denganku." "Tapi sayangnya kamu suka menggoda banyak angsa betina." "Tapi cintaku hanya untukmu saja, Momocha Sayangku." "Jika mamu ketahuan lagi sedang menggoda dan merayu angsa betina lainnya, kamu akan kuceraikan." "Jangan begitu." Momochi mendekati Momocha lagi. "Aku janji tidak akan menggoda angsa betina lainnya." "Aku akan mengingat kata-katamu ini." "Ayo kita masuk! Sekarang aku ingin berduaan saja denganmu." Momochi menutup pintu kandangnya dan mulai bermesraan dengan Momocha. *** Minur dan Gasendra sedang berusaha menenangkan kedua bayinya yang sedang menangis dan tidak mau berhenti. Padahal ia sudah mengganti popoknya yang basah dan sudah memberinya s**u. "Kenapa mereka menangis terus?"tanya Minur. "Entahlah aku tidak tahu. Mungkin mereka sepertimu yang cengeng." Bibir Minur mengerucut. "Aku tidak cengeng." "Terserah padamu saja." " Sudah jangan memangis ya. Mama ada di sini." Averill dan Mezarine masih saja menangis. Tiba-tiba Minur teringat sesuatu. "Aku tahu siapa yang bisa membuat Averill dan Mezarine berhenti menangis." "Siapa?" "Momochi dan Momocha." "Tunggu apa lagi, panggil mereka!" Minur menyimpan bayinya di tempat tidur, lalu berlari secepat kilat keluar kamar. "Momocha, Momochi di mana kalian? Ada masalah gawat darurat." Salah seorang pelayan yang melihat Minur sedang berteriak-teriak mencari Momochi dan Momocha segera mendekatinya. "Nyonya Minur, Momochi dan Momocha ada di kandang mereka." "Aku akan segera ke sana." Minur kembali berlari dengan cepat sampai meninggalkan kepulan asap dan hembusan angin. Sesampainya di kandang Momochi yang berada dibagian belakang dapur, napas Minur terengah-engah. Ia mendengar suara desahan dari dalam kandang, Minur menempelkan telinganya di pintu. Terdengar suara-suara aneh dari dalam. Minur membuka pintunya dan melihat pemandangan tidak biasa dari dalam. Kedua angsa itu sedang bergumul di tempat tidur. Mereka juga terkejut dan membelalakkan matanya. "NENG MINUR,"teriak mereka terkejut. "Ini masih sore kalian berdua sudah bermesraan." Momochi dan Momocha langsung berdiri dan menutupi tubuh mereka dengan selimut. "Percuma aja kalian menutupi tubuh kalian dengan selimut, karena selama ini kalian tidak pakai baju." "Kami lupa." Momochi menyingkirkan selimutnya. "Ada apa Neng Minur tiba-tiba datang ke sini tanpa ada janji temu." "Sejak kapan kamu menerapkan ada janji temu ketika aku akan menemuimu?" "Sekarang aku sudah menjadi pegawai kantoran jadi kalau mau ketemu aku harus ada janji temu dulu." "Kamu ini,"seru Minur gemas. "Ada apa keperluan apa sampai Neng Minur datang ke sini?"tanya Momocha. Minur jadi ingat dengan tujuannya datang ke sini. "Aku perlu bantuan kalian? Ini masalah gawat darurat." "Masalah apa?"tanya Momocha cemas. "Iya masalah apa sampai-sampai Neng Minur menganggu kemesraan kami?"tanya Momochi. "Averill dan Mezarine tidak mau berhenti menangis hanya kalian yang bisa membuatnya berhenti menangis." "Kami akan ke sana." Momochi dan Momocha langsung berlari keluar. "KAKAK BULU SEGERA DATANG. BERTAHANLAH!" Minur berlari di belakang mereka. Kedua angsa itu langsung masuk ke kamar karena pintunya terbuka begitu mereka sampai. "Kalian berdua sudah datang. Syukurlah!"kata Gasendra. Momocha dan Momochi langsung terbang ke atas tempat tidur, lalu berdiri di depan mereka. Kedua angsa itu langsung memasang berbagai bergaya ekspresi wajah lucu-lucu mereka. Kedua bayi itu langsung terdiam melihat tingkah lucu Momochi dan Momocha. Kedua angsa itu juga menari dan menggoyang-goyangkan tubuh dan pantatt mereka. Kedua bayi itu mulai tersenyum dan tertawa. Momochi kemudian bernyanyi nina bobo dan tidak lama kedua bayi itu langsung tertidur. Minur meraih Momocha dan Momochi ke dalam pelukan mereka. "Kalian berdua memang hebat." "Tentu saja. Aku kan sering menjadi pengaduh mereka,"kata Momochi dengan bangga. Minur kembali menurunkan kedua angsanya. Momochi langsung mendekati Gasendra. "Ehem. Cecep Gasendra, boleh aku minta parfum sebotol?" "Hah untuk apa?" "Ya tentu saja supaya tubuhku selalu harum ketika sedang bekerja seperti cecep Gasendra." "Aku tidak akan memberikannya padamu. Mana ada angsa yang memakai parfum." "Yang dikatakan oleh cecep Gasendra benar. Angsa tidak memakai parfum,"kata Momocha. "Tapi aku ingin pakai parfum. Aku mohon berikan salah satu koleksi parfummu." Hati Gasendra hampir saja goyah melihat tatapan memohon Momochi yang terlihat menggemaskan di matanya. Gasendra menguatkan hatinya untuk tidak selalu memanjakan Momochi dan menuruti segala keinginannya. "Tidak,"jawabnya tegas. Mata Momochi berkaca-kaca. Ia berjalan menuju pojok kamar dan berdiri di sana dengan wajah muram. "Cecep Gasendra pelit,"gumamnya. "Aku mendengarmu, Momochi." Momocha berjalan mendekati Momochi dan menepuk-nepuk punggungnya dengan erat. "Meskipun kami tidak memakai parfum. Tubuhmu tetap wangi, karena kami rajin mandi sehari sampai lima kali." "Itu aku lakukan supaya aku jadi tambah tampan sesuai dengan resep yang diberikan oleh cecep Gasendra." "Andai saja aku menjadi manusia mungkin Cecep Gasendra mau memberikan salah satu parfumnya untukku." "Kamu ini bicara apa? Jangan bicara yang aneh-aneh lagi." Minur mendekati suaminya yang sedang duduk di sofa. "Berikan saja salah satu botol parfummu!" "Kamu bisa membelinya lagi nanti." "Aku tidak ingin memanjakannya." "Aku tahu kamu tidak ingin memanjakannya, tapi aku kasihan melihatnya. Apa kamu tidak kasihan melihat Momochi yang sedang sedih?" Gasendra melihat ke arah Momochi yamg masih berdiri di pojokkan kamar bersama Momocha. Ia menghela napas pendek, laku berdiri dan berjalan menuju lemari parfum yang berada di samping meja rias. Diambilnya salah satu botol parfum mahalnya dan memberikannya pada Momochi. Mata Momochi berkaca-kaca dan menatap Gasendra tidak percaya. "Benarkah parfum itu untukku?" "Iya. Ini untukmu." Momochi memandangi parfum itu seperti memandang barang yang sangat berharga. Kepalanya digesek-gesekkan ke botol itu. "Terima kasih cecep Gasendra." "Sekarang kamu jangan bersedih lagi." "Cecep Gasendra memang sangat baik dan tidak pelit." Momochi memeluk kaki Gasendra. Angsa itu kembali memandangi botol parfum itu lagi dengan wajah senang, lalu diciumnya berkali-kali botol itu. "Aku akan kembali ke kandangku dan menyimpan botol parfum ini baik-baik." Momocha dan Momochi meninggalkan kamar. Momochi berjalan dengan sangat lambat, karena memegang botol parfum dengan kedua sayapnya menbuat Momocha tidak sabaran. "Kamu jalan seperti keong saja,"protes Momocha. "Aku tidak ingin botol parfum yang sangat berharga ini pecah. Kamu duluan saja." "Baiklah kita ketemu di kandang." Momocha langsung melesat pergi dan sosoknya sudah menghilang, sedangkan Momochi masih berjalan selambat keong. Ketika ia melihat semut yang sedang melintas di depannya, Momochi langsung menggerutu kesal. "Kalian menghalangi jalanku saja. Apa kalian tidak tahu aku sedang membawa barang berharga kalau pecah kalian tidak bisa menggantinya." Momochi melangkahi semut-semut yang sedang melintas dan merasa lega botol parfumnya baik-baik saja. Angsa itu terus berjalan pelan-pelan dan lama-lama merasa kesal, karena ia tidak sampai-sampai juga ke kandangnya. Angsa itu berpapasan dengan seorang pelayan yang sedang membawa selimut. Pelayan wanita itu keheranan melihat Momochi yang berjalan sangat pelan dan menyapa angsa itu. "Kamu kenapa?" "Ngoook." "Aku tidak mengerti yang kamu katakan." "Ngoook." Pelayan wanita itu pergi. Momochi akhirnya tiba di kandangnya setelah hampir dua jam berjalan. Momocha terlihat lega melihat Momochi. "Kamu dari mana saja?" "Dari kamar Neng Minur. Kamu kan tahu." "Kamu membutuhkan waktu sampai dua jam untuk sampai ke sini. Di luar sudah malam." "Aku tahu. Aku menyimpan parfumku yang berharga Ini." Momochi masuk ke kandang dan ia mencari tempat untuk menyimpan parfumnya. Angsa itu melihat keranjang berisi jerami dan menyimpan parfumnya di sana. Momochi juga memberitahu keenam anaknya yang sedang makan malam agar tidak memainkan parfumnya. "Apa kalian mengerti?" "Baik Ayaaaaaah,"seru mereka serentak. "Bagus. Sekarang aku makan malam dulu." Momochi segera berlari ke ruang makan dan sayapnya dibentangkan. "MAKANAN AKU DATANG,"teriaknya. Di ruang makan, keluarga manusianya sedang makan. "Momochi, kamu datang terlambat,"kata Minur." "Aku baru sampai kandangku." Momochi terbang ke atas meja di mana makanannya telah disediakan. Di depannya ada sup krim jamur, salad, roti, sosis, dan kentang tumbuk. Momochi makan dengan sangat lahap dan semua makanannya habis. Ia duduk di lantai dengan perut kekenyangan. "Makanan yang luar biasa enak. Nyam...nyam...nyam." Momochi duduk di samping Gasendra di sofa ketika mereka pergi ke ruang keluarga. "Cecep Gasendra, bagikan resep supaya tubuhku tetap berkilau seperti kulit Cecep Gasendra yang nampak halus dan berkilau." "Tidak ada resepnya hanya pakai sabun biasa." Mata Momochi menyipit. "Aku tidak percaya. Kamu tahu, tapi tidak ingin membaginya denganku. Akui saja. Huh." Gasendra mulai gemas lagi dengan tingkah Momochi. Angsa itu pergi dengan kesal. "Ada apa dengannya?"gumam Gasendra. Minur beringsut mendekati suaminya dan berbisik di telinganya. "Momochi itu ingin seperti kamu. Dia sangat mengidolakanmu." "Benarkah begitu?" "Ayang Gasendra masih tidak mengerti Momochi juga. Seharusnya katan saja resep kulit berkilaumu itu." Gasendra melotot pada Minur dan tidak percaya bahwa istrinya pun percaya ia punya resep itu. "Kamu sama saja dengan Momochi. Aku mau tidur saja." Gasendra meninggalkan ruang keluarga dan sesampainya di kamar, ia melihat Momochi sudah tidur di tengah-tengah tempat tidurnya. "Bulu-buluku jadi berkilau. Nyam...nyam." Momochi kembali mengigau. Gasendra ingin mengusir Momochi keluar, tapi ia tidak tega untuk membangunkannya dan mengusirnya pergi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN