4. Aku Ingin Bercerai

1094 Kata
“Apa wajahku seperti pria panggilan?” Pakio tersenyum tipis membaca memo, kemudian mengambil ponsel menghubungi seseorang. “Cari wanita yang tidur denganku semalam,” titahnya. Pria di seberang telpon kebingungan dengan apa yang diperintahkan. Seingatnya, tidak ada wanita yang bersama dengan boss-nya semalam. “W-wanita?” “Iya, wanita. Wanita yang berani menggodaku dan mencampakkanku begitu saja,” ucapnya tegas disertai dengan rasa penghinaan. Pria diseberang telpon menelan saliva dengan kasar. Dia bisa menebak apa yang akan terjadi pada wanita itu, mungkin hidup wanita itu akan sengsara. “Apa yang Anda akan lakukan pada wanita itu, boss?” Pakio terdiam sesaat. “Ingin bermain-main dengannya!” Biasanya Pakio tidak akan penasaran dengan wanita yang tidur dengannya tetapi untuk pertama kali Pakio memintanya mencari informasi mengenai wanita itu. Sedangkan Venus, yang keluar hotel. Terburu-buru, sampai lupa jika masih memakai pakaian yang sama seperti kemarin. “Sial, kenapa aku harus ketiduran di hotel,” umpatnya. “Sialnya, kenapa aku malah memanggil pria untuk tidur denganku. Apa yang akan terjadi jika ada yang mengetahuinya,” gerutu Venus dalam batinnya, seraya melangkah masuk ke dalam kantor sambil merapikan pakaian. Beberapa pasang mata melihat ke arah Venus. Bagi Venus yang seorang sekretaris perusahaan, setiap orang mengenalnya. Wanita karir, elegant serta stylis, hampir tidak pernah mereka melihat pakaian yang tidak cocok jika dipakai oleh Venus. Karena itu, melihat pakaian yang dipakai oleh Venus tidak berubah membuat semua orang bertanya-tanya. “Ugh, apa mereka harus memperhatikanku seperti itu?” gerutunya. Akan tetapi Venus tidak mempedulikan hal itu, ia tetap melangkah penuh percaya diri. Dia terburu-buru keruangan Presdir. Tangan kanan Venus mengetuk pintu itu, pelan, lalu membukanya. “Ven, kau baik-baik saja?” tanya seorang pria, saat Venus baru saja masuk. Walaupun tidak paham dengan pertanyaan dari sang atasan, Venus tetap tersenyum. “Ya, saya baik-baik saja, Pak!” jawabnya dengan sedikit gugup, melihat pria itu lebih dulu tiba daripada dirinya. "Saya tidak menyangka Bapak akan datang pagi ini." “Saya hanya ingin membereskan beberapa hal dan juga saya ingin berbicara mengenai kedatangan Presdir baru, setelah meeting selesai. Bagaimana menurutmu?” ucap pria itu dengan suara tenangnya yang khas. Tidak ada jawaban dari wanita yang ditanyai, pria itu melirik Venus yang tengah mematung, dahinya berkerut. “Kau masih memakai pakaian kemarin?” tanya pria itu lagi sambil kembali focus pada berkas dihadapannya. Sadar dengan topik yang dibahas, Venus hanya tersenyum. “Saya menginap di hotel!” jawab Venus sekadarnya. Alis pria itu terangkat. “Hhmm. Kau minum-minum?” Hanya cenggegesan. “Apa terjadi sesuatu?” tanya pria itu lagi. Lagi-lagi Venus hanya tersenyum. Walaupun selama dia bekerja, atasannya memperlakukannya seperti anak sendiri, Venus tidak mungkin menceritakan jika terjadi sesuatu pada rumah tangganya. “Baiklah jika kau tidak ingin menceritakannya! Aku tidak memaksamu!” ucap pria itu seakan tidak ingin membebani wanita yang hampir seusia putrinya. “Hari ini meeting terakhirmu bersamaku ‘kan?” Suasana menjadi hening sesaat. “Apa bisa Bapak tidak pensiun saja?” tanya Venus dengan suara lirih. “Aku ini sudah tua, Ven. Aku harus pensiun di usiaku sudah lanjut. Jika terus berkerja, bisa-bisa aku yang tua ini mati karena kelelahan bekerja.” Bukan waktu sedikit, Venus bekerja dengan pria dihadapannya. Bahkan dia pernah mendapatkan gunjingan, yang dianggap sebagai simpanan. “T-tapi—“ “Apa yang kau takutkan?” “Saya hanya takut jika Presdir baru tidak sebaik Bapak. Saya takut tidak bisa beradaptasi dengannya. Saya mendengar jika dia seseorang yang abisius, tampaknya dia punya banyak ide dan perubahan yang ingin diterapkan." Pria itu mengangguk pelan. “Bukankah itu bagus, membawa perubahan yang positif untuk perusahaan ini." "Benar, Pak," kata Venus, sedikit ragu. "Tapi, tim di sini masih terbiasa dengan cara kerja Bapak. Mungkin butuh waktu untuk menyesuaikan diri." Lagi-lagi pria itu tertawa kecil, senyumnya menenangkan. "Perubahan memang sering kali sulit tapi kita tidak bisa bertahan tanpa beradaptasi. Apa yang kamu khawatirkan dari kedatangan Presdir baru?" Venus berpikir sejenak sebelum menjawab, "Sepertinya dia akan merombak beberapa struktur manajemen. Banyak dari kami khawatir akan adanya PHK atau perubahan besar yang mengganggu stabilitas kerja." Pria itu mengangguk lagi, kali ini dengan wajah lebih serius. "Saya mengerti kekhawatiranmu. Tapi saya percaya kalau Presdir baru melihat potensi yang ada di perusahaan ini, dia tidak akan merusak apa yang sudah berjalan baik. Kamu sudah berapa lama bekerja di sini, Venus?" "Tujuh tahun, Pak," jawab Venus dengan bangga. "Sejak Bapak pertama kali menjabat." "Betul, tujuh tahun. Kamu pasti sudah melihat banyak perubahan dan tantangan. Ini hanya satu lagi di antaranya. Yang penting adalah bagaimana kita mendukung perubahan tersebut dan memastikan semua berjalan lancar." Pria itu berdiri dan menepuk bahu Venus dengan lembut. "Kamu sekretaris terbaik yang pernah saya miliki. Tetaplah seperti itu. Jika ada yang perlu dibicarakan lagi, jangan ragu untuk menghubungi saya." Melihat raut wajah Venus, yang belum juga berubah Pria paruh baya nan tambun itu tertawa kecil. “Lebih baik lagi, jika kau tidak mendapatkan gosip menjadi wanita simpanan pria tua gendut sepertiku!” “Pak—“ Pria itu hanya tertawa. “Walaupun kau tahu bahwa gosip itu tidak benar, kau masih bertahan sampai sekarang di perusahaan ini, tidak hanya sekretaris biasa tapi kau sudah menjadi sekretaris senior. Jangan ragu dengan kamampuanmu sendiri, bahkan banyak klien yang menyukaimu.” Venus tersenyum gentir. “Tidak perlu khawatir, Presdir baru tidak seperti yang kau bayangkan. Dia masih muda, kau pasti akan bisa bekerjasama lebih baik daripada bersamaku!” Venus hanya bisa menganggukan kepala, walaupun dia sedikit ragu seperti apa rupa pria yang menjadi atasannya nanti. “Apa Bapak pernah bertemu dengan Presdir baru?” “Ya!” jawab pria itu sambil menganggukan kepala. “Tidak mungkin kami belum bertemu jika dia yang akan menggantikanku ‘kan?” Mendengar perkataan atasannya, Venus hanya cenggegesan. “Sebaiknya kau siap-siap untuk meeting nanti siang. Jangan lupa untuk ganti pakaianmu!” ucap pria itu sambil tersenyum. Untuk sesaat Venus, merasa lega. Dia tidak memikirkan masalah pribadi dan focus bekerja. Beberapa berkas harus diselesaikan sesegera mungkin, bahkan beberapa jam lagi akan ada pertemuan. Walaupun sedari tadi ponsel Venus terus bergetar, memperlihatkan satu nama di sana. Saat panggilan tersebut mati, notifikasi dari panggilan tak terjawab begitu banyak, tidak hanya itu saja bahkan pesan pun sangat banyak. Namun, dia tidak ingin membalasnya. Setelah selesai menyiapkan berkas yang dibutuhkan, Venus akhirnya memeriksa ponselnya. Dia pun menghubungi nomor yang sejak semalam menghubunginya. “Apa yang kau lakukan? Aku sedang di kantor. Apa kau tidak sadar kau sangat menganggu pekerjaanku sejak tadi!” omel Venus saat panggilannya diangkat. “Tidur di mana kau semalam?” “Aku tidur di mana, memangnya aku harus memberitahumu? Keputusanku tidak berubah, aku ingin bercerai!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN