Part 07

1025 Kata
Vote dan komen! * * * * Jelen menatap seluruh kamar yang menjadi kamar pengantinnya dengan Kenzo, kamar ini dihias sedemikian rupa. Jelen ingin rasanya tertawa ketika melihat balon-balon ditepi ranjang seperti pesta ulang tahun saja. Jelen mengambil salah satu balon berwarna merah dan memainkannya. Siapa yang membuat kamar pengantin seperti ini? Seharusnya kamar pengantin diberi bunga saja dan tidak usah mengikutkan balonnya. Ah, Jelen baru ingat kalau ibu mertuanya adalah spesies langka, yang dengan pemikiran sungguh menakjubkan. Wanita paruh baya itu yang menyiapkan semuanya, sampai dengan gaun pengantin untuk Jelen. Kecuali cincin, Kenzo sendiri yang memilihkan. Jelen tersenyum memainkan balon-balon dalam kamar, dan Jelen melambungkan balon-balon tersebut. Sudah lama sekali Jelen merasa tidak sebahagia ini. Jelen selalu merasa kalau hidupnya dirundung kesedihan terus, namun, semenjak mengenal Kenzo dan keluarganya. Jelen merasa lebih hidup. Kenzo memerhatikan gadis yang memainkan balon-balon di dalam kamar. Kenzo menggelengkan kepalanya, ibunya benar-benar luar biasa. Wanita paruh baya itu selalu mempunyai cara yang membuat orang merasa takjub. Kamar malam pengantin saja dibuat seperti kamar anak umur 5 tahun dengan banyaknya balon. Bagaimana hal-hal lainnya. Ibunya memang ajaib. Dahulu waktu Kenzo masih kecil, ibunya pernah membelikan Kenzo sebuah bando yang sungguh membuat Kenzo merasa jijik mengingatnya. Ibunya membelikan bando berlian yang sangat mewah, harganya juga sangat fantatis. Ibunya mengatakan kalau ingin melihat Kenzo memakai bando tersebut, dan mengatakan pasti lucu. Dengan bodohnya Kenzo mau saja menuruti kemauan ibunya. Hem, waktu itu Kenzo mengingat ekspresi ibunya yang ingin menangis, karena Kenzo tak mau ibunya bersedih. Kenzo kecil tertipu dengan air mata palsu ibunya. Sekarang Kenzo tidak akan tertipu oleh air mata palsu ibunya. "Kau menyukainya?" Kenzo bertanya pada Jelen yang masih asik memain balon. Jelen kaget mendengar suara Kenzo, lalu berbalik. Gadis itu menunduk dan mengangguk. Merasa gugup sekamar dengan pria yang sudah menjadi suaminya ini. Kenzo tersenyum dan berjalan mendekati Jelen, mengambil balon tersebut dari tangan gadis itu. Ia mendekatkan wajahnya ke telinga Jelen. "Kau tidak perlu gugup. Aku tidak akan mengambil hakku sekarang, kau bisa bermain balon sepuasmu atau menonton dan beristirahat." Kenzo menjauhkan dirinya dan berjalan menuju kamar mandi. Kenzo mengerti kalau Jelen belum terbiasa dengan kehadiran dirinya, makanya Kenzo tidak akan meminta haknya malam ini. Kenzo ingin Jelen terbiasa dulu dengannya. Jelen tercenung mendengar ucapan Kenzo, namun, tak urung dirinya merasa senang karena pria itu tidak memunta haknya malam ini. Demi apapun Jelen belum siap. Rencananya Jelen akan mengatakan kalau dirinya sedang datang bulan, tapi, tidak jadi. Ah, memiliki suami seperti Kenzo seperti mimpi bagi Jelen. Sudah kaya, pengertian, perhatian, dan membuat Jelen menyukai pria itu. Jelen baru menyukai belum mencintai Kenzo. Jelen meletakkan balon di atas ranjang dan berjalan menuju meja rias, dirinya membersihkan make-up di wajah. "Kau tidak ingin mandi?" Jelen menoleh ke arah Kenzo sudah selesai mandi dan berpakaian. Jelen mengangguk dan mengambil baju gantinya, untung saja Jelen sempat menyelipkan baju tidur panjang lengan di dalam koper yang disiapkan oleh ibu mertuanya. Setelah itu Jelen berjalan menuju kamar mandi. Jelen mengeringkan rambutnya menggunakan handuk dan melihat pada Kenzo yang fokus pada ponsel. Pria itu sedang memeriksa beberapa pekerjaan. Jelen mendesah, hari pernikahan saja pria itu masih memikirkan pekerjaan. Apakah Kenzo seperti itu sifatnya? "Hem, aku boleh meminjam ponselmu yang satunya?" Jelen mengambil duduk di samping Kenzo. Selama tinggal dengan Kenzo, Jelen selalu meminjam ponsel Kenzo untuk digunakan bermain games saat dirinya merasa bosan. "Kau tidak perlu meminjam ponselku, aku sudah membelikanmu ponsel baru." Kenzo mengambil kotak ponsel di samping kanannya dan memberikannya pada Jelen. Jelen menatap tidak percaya, ponsel yang di tangannya sekarang adalah ponsel keluaran terbaru, iPhone 11 pro max. "Kau membelikanku ponsel? Kau tidak mau aku memakai ponselmu lagi?" tanya Jelen dengan nada sendu. Kenzo berdecak, dan menoleh pada istrinya. Pria itu menyentil kening Jelen, membuat Jelen mengaduh. "Aku bukannya tidak mau meminjamkan ponselku lagi, tapi, kau perlu benda itu. Bagaimana caraku menghubungimu nanti atau kau menghubungiku," ucap Kenzo. Jelen menyengir. "Jadi, aku masih boleh meminjam ponselmu?" tanya Jelen kembali. Kenzo mengangguk, setiap kali Jelen memakai ponselnya. Jelen selalu berfoto dengan berbagai gaya yang membuat Kenzo tersenyum ketika melihat foto Jelen. "Kau boleh meminjamnya. Aku tidak akan marah, kau istriku." Jelen tersipu mendengar perkataan Kenzo, pria itu sungguh membuatnya sakit jantung. Setiap kali Kenzo berkata manis padanya, jantung Jelen berdetak lebih cepat dari lari maraton. "Ini ponselku." Kenzo memberikan ponselnya pada Jelen yang langsung diterima oleh gadis itu. Jelen memainkan ponsel Jelen, dan sekali-kali mengambil fotonya. Kenzo melirik Jelen dan tersenyum melihat Jelen kembali berfoto menggunakan ponselnya. Pria itu sungguh senang menjadikan Jelen sebagai istrinya. Wanita lain akan meminta hal-hal aneh dan membuat Kenzo kesal. Bukan kesal karena uangnya akan keluar, tapi, kesal pada wanita-wanita itu yang terus mengoceh tentang barang-barang yang tidak berguna sama sekali. Padahal mereka sudah memiliki selemari barang-barang itu dan masih saja dibeli. Dipakai tidak dan rajin sekali membelinya. Seperti wanita-wanita pilihan ibunya. Selalu bercerita kalau mereka pergi liburan, menginap di hotel mewah, memiliki berlian termahal, dan banyak lagi. Kenzo muak mendengarnya. Untung saja istrinya tidak seperti itu. Kenzo tetap membelikan Jelen tas, sepatu, pakaian, berlian, dan segala kebutuhan wanita. Pada akhirnya Kenzo yang diceramahi oleh Jelen, karena membuang uang. "Ini ponselmu, aku sudah mengantuk." Jelen memberikan ponsel Kenzo kembali, dirinya sudah mengantuk. Untung saja Kenzo sudah membuang bunga-bunga itu dari atas ranjang. Kenzo mengambil ponselnya dan tersenyum pada Jelen yang sudah memejamkan mata. Jelen sangat cantik, tanpa make-up wajah gadis itu tetap saja cantik. Kenzo membelai pipi Jelen dan mencium pipi gadis itu sekilas. Kenzo berhenti di leher Jelen, menghirup aroma tubuh gadis itu. Kenzo sangat menyukai wangi tubuh Jelen. Kenzo segera menjauh dari Jelen, ketika merasakan naluri sebagai lelaki keluar. Dirinya tidak boleh melakukan itu sekarang, ia harus menunggu Jelen sampai siap. Harus. Kenzo memainkan ponselnya yang dimainkan oleh Jelen tadi. Pria itu tersenyum sendiri melihat foto-foto Jelen di ponselnya. Cantik. Kata itu pantas dikatakan untuk Jelen. Istrinya memang sangat cantik. Kenzo tidak rela bila lelaki lain melirik pada istrinya, Jelen hanya miliknya. Milik dirinya seorang. Kenzo sudah tidak sabar memiliki Jelen seutuhnya. Melihat bagaimana bergairahnya ia berdekatan dengan Jelen. Sekali Kenzo menyentuh Jelen, maka Kenzo tidak akan bisa berhenti. Kenzo akan memasuki l**************n istrinya itu terus. Oh, Kenzo harus bersabar. Bersabar untuk memuaskan juniornya. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN