Jelen terbangun dari tidurnya, menatap ke samping dan tidak Kenzo di sampingnya. Jelen melihat jam dinding di kamar, sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.
Sial. Dirinya telat bangun. Seharusnya Jelen tidak kesiangan seperti ini, biasanya Jelen bangun subuh dan tidak pernah bangun sesiang ini.
Kenzo yang baru siap mandi, menatap pada wanita yang sudah menjadi istrinya. Pria itu tersenyum dan berjalan menghampiri Jelen.
"Kau mandilah, setelah mandi kita akan sarapan dan keluar dari hotel."
Jelen melihat pada Kenzo dan mengangguk, Jelen bangkit dari ranjang lalu berjalan menuju kamar mandi. Tapi, dirinya kembali keluar teringat pakaiannya belum ia bawa.
Kenzo tersenyum melihat Jelen yang lupa membawa pakaian. Terlihat sekali istrinya itu gugup padanya, padahal Kenzo tidak akan menerkam Jelen sekarang. Lebih baik mereka melakukan malam pertama di mansion mereka.
Kenzo berjalan menuju telepon kamar, memesan makanan untuk dirinya dan Jelen. Keluarga Kenzo sudah pulang jam delapan tadi pagi. Rose tidak tega membangunkan Jelen, akhirnya pulang tanpa pamit pada menantunya itu.
Revon juga mengatakan pada Kenzo, agar menjaga sahabat kecilnya. Sahabatnya dan tidak disakiti. Jelen sudah merasakan berbagai penderitaan selama ini, Revon tidak mau Jelen menderita lagi. Mendapatkan suami yang kaya raya saja, sudah membuat Revon bersyukur dan berharap atas kebahagiaan Jelen.
Kenzo hanya mengangguk dan berjanji akan membahagiakan Jelen, walau dirinya belum mencintai Jelen. Tapi, tidak mungkin dirinya akan mencintai Jelen dalam waktu dekat. Sekarang saja Kenzo sangat menyukai Jelen. Segala kelakuan Jelen membuatnya tertawa dan ingin melihat gadis itu terus.
Kenzo benar-benar mendapatkan wanita seperti apa yang diinginkan olehnya, walau Jelen bukan dari kalangan orang berada seperti dirinya. Tapi, Jelen lebih baik perangainya daripada gadis-gadis yang memiliki tas harga fantastis.
"Kenzo, kita akan pindah ke rumah yang kau maksud?" tanya Jelen sudah selesai mandi dan sudah berpakaian.
Kenzo menatap pada Jelen dan mengangguk, satu rumah dengan ibunya hanya membuat Kenzo akan uring-uringan. Wanita paruh baya itu selalu bertingkah ajaib dan seenaknya memutuskan sesuatu.
Kenzo tidak ingin istrinya ini, bertingkah sama seperti ibunya. Demi saham perusahaan yang terus meranjak naik, Kenzo tidak mau punya dua wanita yang bertingkah aneh.
"Aku sudah memiliki mansion sendiri, jadi, kita akan tinggal di mansionku," jawab Kenzo berjalan menuju balkon diikuti oleh Jelen.
Jelen melihat berbagai hidangan yang tertata rapi di atas meja, gadis itu menelan air liurnya. Betapa nikmat hidangan yang tertata rapi itu. Jelen ingin menyantapnya segera.
Kenzo yang memerhatikan istrinys tersenyum tipis. "Kau kenapa berdiri saja, makan dan kita akan segera keluar dari hotel ini."
Jelen tersadar dan tersenyum. Lalu Jelen berjalan menuju kursi dan mulai mengambil beberapa hidangan yang tampak sangat nikmat. Jelen memakan dengan lahap tanpa memikirkan image-nya sendiri. Lagian, kalau dirinya memikirkan malu, perutnya tidak akan kenyang.
Kenzo terkekeh melihat istrinya makan dengan lahap, seperti orang yang tidak makan seminggu saja.
"Jelen makannya pelan-pelan. Tidak akan ada mencuri makanan ini, aku akan memberimu makanan lezat setiap harinya. Tidak perlu kau kelaparan lagi," ucap Kenzo menglap sudut bibir Jelen yang terkena noda makanan.
Jelen menghentikan makannya sejenak, dan mengangguk. Jelen terharu, karena Kenzo tidak jijik melihatnya dan mendengar cerita dirinya yang menderita dan sering kelaparan.
"Terimakasih, aku sangat beruntung menjadi istrimu," ucap Jelen menghapus air matanya.
Kenzo menggeleng. "Aku yang justrunya berterimakasih. Karena kau hadir, aku tahu bagaimana itu hidup. Sebelumnya aku hanya terfokus pada saham perusahaan dan pekerjaan."
Jelen tersipu malu mendengarkan ucapan dari Kenzo, gadis itu tidak menyangka kalau Kenzo pandai berkata manis. Ahh, kalau seperti ini, Jelen akan jatuh cinta pada Kenzo secepatnya.
"Kau tidak pernah berkencan dengan wanita?"
Kenzo menatap pada Jelen, mengangkat sebelah alisnya. "Berkencan yang tidur bersama?" tanya Kenzo balik.
Jelen mengangguk, mana mungkin Kenzo tidak pernah tidur dengan wanita. Di zaman sekarang pria seperti Kenzo sudah berpengalaman dalam hal seks.
Kenzo tertawa, sememalukan itukah hidupnya? Kenzo mudah saja meniduri wanita-wanita luaran sana, tapi, Kenzo tidak berminat. Palingan desahan mereka tidak bagus dan barang mereka sering dipakai.
"Aku males berkencan dengan wanita-wanita sampah itu. Wanita yang hanya ingin harta demi menjual tubuh mereka. Banyak wanita yang dikenalkan oleh Mommy, mereka semua sama saja. Mengajakku berbelanja dan minta beli ini itu. Dan setelah itu mereka mengajakku ke hotel, ah, aku benci mengingatnya."
Jelen tercenung mendengar ucapan Kenzo. Mana mungkin Kenzo tidak pernah meniduri perempuan, pasti pria itu pernah meniduri seorang wanita.
Kenzo menatap pada Jelen dan mendesah kasar. "Cepat selesaikan makanmu. Kita harus pergi dari sini, aku tidak mau berlama-lama di sini. Mansion lebih nyaman daripada hotel!"
Jelen mengangguk dan memakan makanannya dengan cepat. Jelen tidak ingin Kenzo kesal padanya, walau selama ini Kenzo tidak marah-marah padanya dan tidak pernah kesal pada Jelen.
Lima belas menit kemudian, Jelen sudah menyelesaikan acara makannya dan tersenyum pada Kenzo yang memerhatikan dirinya.
"Sudah," ucap Jelen penuh semangat.
Kenzo mengangguk, lalu berdiri dari duduknya. "Koper kita sudah dibawa oleh orang suruhanku. Ayo, kita berangkat."
Jelen mengangguk dan mengikuti langkah Kenzo dari belakang. Namun, langkah terhenti ketika pria yang menjadi suaminya itu menghentikan langkahnya.
Jelen menatap tidak mengerti, kenapa Kenzo menghentikan langkahnya, padahal mereka akan segera pergi dari hotel ini.
"Kau berjalan disampingku, bukan dibelakangku. Kau itu asistenku bukan pelayan!" Kenzo menarik tangan Jelen dan menggenggamnya.
Jelen tersenyum melihat bagaimana Kenzo memperlakukan dirinya. Kenzo kembali berjalan dengan mengandeng tangan Jelen.
***
Satu jam kemudian, mereka berdua sampai di mansion. Jelen yang menatap bagaimana megah dan mewahnya mansion Kenzo, merasa rendah diri. Dulu keluarganya memang kaya. Tapi, tidak sekaya Kenzo.
Jelen dahulunya hanya mempunyai rumah dua tingkat dengan halaman yang sangat luas. Tapi, mansion Kenzo sepuluh kali lebih besar dari rumah Jelen dahulunya. Jelen merasa beruntung menjadi istri Kenzo, banyak wanita luar sana mau menjadi istri Kenzo, tapi, ditolak oleh pria itu.
Dan Kenzo memilih Jelen sebagai istrinya, betapa Jelen harus bersyukuri menikah dengan Kenzo bukan membuat kehidupan Jelen berubah, tapi, juga kehidupan Revon. Kini Revon sudah bisa makan enak dan tidur nyenyak di mansion orangtua Kenzo.
"Ini mansion milikmu?" tanya Jelen tidak percaya dirinya akan tinggal di sini mulai sekarang.
Kenzo mengangguk, menggenggam tangan wanita itu membawanya untuk masuk ke dalam mansion. "Ya, dan ini sekarang adalah milikmu juga."
Jelen antara berada dunia mimpi dan nyata. Di luar mansion saja sudah membuatnya takjub, apalagi nanti saat berada dalam mansion pasti akan membuatnya menahan napas atau pingsan.


"Ayo, masuk. Kau tidak akan mungkin berdiri di sini saja Jelen! Sudah melihat bagian depannya. Kita akan melihat bagian dalam dan belakang mansion!"
Kenzo menarim tangan Jelen untuk segera masuk, demi apa pun Kenzo ingin segera membawa istrinya masuk dan kalau bisa masuk ke kamar mereka dan menikmati malam pertama yang tertunda. Sialan. Pikirannya selalu tertuju pada hal itu.
Jelen menginjakkan kakinya masuk ke dalam mansion. Benar saja, Jelen langsung terpukau melihat bagian dalam mansion yang membuatnya harus menahan napas.
Semuanya terlihat nyaman dan bernuansa putih, Jelen melihat ke segala sudut mansion dan tersenyum. Ternyata dirinya mendapatkan suami yang kaya raya. Ahh, Jelen seakan lupa siapa yang dinikahi olehnya.
"Kita ke bagian belakang sekarang. Kau bisa melihat seluruh isi rumah ini sepuasmu!" Kenzo kembali menarik tangan Jelen dan membawanya ke bagian belakang rumah.
Jelen juga tidak berhenti berdecak kagum. Bagian belakang tidak kalah menakjubkan dan lebih indah, dengan kolam kecil di tengah-tengah dua tangga dan tanaman di atas kolam. Di depan kolam ada empat kursi dan juga meja.
Di samping kanan terdapat lapangan bola tenis. Di sebelah kiri mansion terdapat seperti hutan buatan dan Jelen tertarik ke sana nantinya. Akankah ada kejutan lainnya dalam hutan tersebut.
"Kolam renang ada di lantai dua. Aku tidak mau membuat kolam renang di luar, karena aku ingin memiliki privasi."
Jelen mengangguk saja, lagian dirinya hanya ingin melihat seluruh isi mansion ini. Tapi, paling yang ingin dilihatnya sekarang adalah...
"Kamar kita dimana?" tanya Jelen langsung.
Kenzo terkesiap mendengar pertanyaan dari istrinya, lalu pria itu menyeringai setelah sadar Jelen menanyakan kamar bukan tempat-tempat lainnya. Ahh, mendengar kata kamar sudah membuat pikiran Kenzo melalang buana ke arah hal-hal berbau menyenangkan.
"Kenapa? Kau ingin memuaskan aku sekarang?"
"Eh?!" Jelen memekik kaget dan tidak tahu harus menjawab apa. Jelen tidak ada arah pikiran ke sana, Jelen hanya ingin melihat bagaimana kamarnya dan Kenzo. Apakah luas atau mewah?
Tapi, pria itu sudah memikirkan hal lain saja. Dasar pria dengan segala nafsunya.
***
Bersambung.