Bagian Ketiga

1006 Kata
-SEANNU?- Chloe baru saja menginjakkan kakinya di rumah. Hari ini di sudah selesai melengkapi alat medis sederhananya. Tidak hanya perban dan jarum juga alkohol. Ada alat jahit steril dan juga banyak hal alat untuk pertolongan pertama. Senyum Chloe luntur ketika bumi yang diinjaknya bergetar. Semakin hari, ledakan terasa semakin dekat dan semakin kuat. Semakin hari, rasa ingin tidur Chloe menghilang. Rasanya, Chloe malam ini juga tidak bisa tidur lagi. Chloe hanya takut jika dia tidak membuka matanya lagi esok hari. Chloe hanya tidak mau dia mati dalam keadaan yang menyenangkan. Dia sebenarnya ingin berjuang. Tapi apalah daya, takdirnya sudah menjadi perempuan. Tidak bisa ada di garis terdepan. Dan tidak akan pernah bisa. Chloe sekali lagi harus menutup telinga dan matanya berbarengan mendengar ledakan yang sudah semakin mendekat. Sebenarnya, apa yang terjadi? Apa barisan depan sana sudah tidak sanggup menahan serangan sehingga serangan yang diberikan lawan sudah semakin masuk ke dalam benteng dengan dinding tinggi dan kokoh itu? Chloe membereskan alat medisnya. Dia hanya akan mempraktekan sesi menjahit lebih tapi lagi lain waktu. Sekarang waktunya menyiapkan makan malam. Chloe turun ke bawah. Tapi hidungnya mencium aroma lezat dari dapurnya. Tumben sekali Chloe mencium bau ini. "Chloe. Naik lagi ke kamarmu." Kata ibunya saat melahap makanan cepat saji yang masih hangat di atas meja. "Kami tidak akan mau membaginya denganmu. Ini semua milik kami." Kakak pertamanya menunjuk beberapa makanan cepat saji yang jarang sekali di temui. Bukan hanya mahal, toko cepat saji disini terbatas pengunjungnya. Hanya lima puluh perhari. Dan mungkin ibunya sedang beruntung karena mendapatkannya. Chloe mengangguk. Sebenarnya, Chloe juga tidak akan meminta. Chloe hanya menatap mereka makan dengan enak juga ada rasa luar biasa senang. Tidak apa- apa. Biarlah mereka merasakan berbagai macam makanan selain masakan darinya untuk mereka yang tidak jauh dari sayur. Saat Chloe menaiki tangga anak tangga pertama, ledakan besar terjadi di dekat rumah mereka. Para warga yang lain berteriak keluar rumah untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing. Dan itu juga membuat panik ibu dan kakak-kakak mereka. Mereka langsung menyelinap menghempaskan tubuh Chloe ke samping agar mereka mendapat jalan untuk ke kamarnya masing-masing dengan menaikki tangga. Chloe terdiam menatap keluar jendela, banyak orang menjerit dan berlarian kesana kemari untuk meminta bantuan. Membawa barang-barang penting untuk mereka sendiri dan tentu saja barang berharga. Matanya menangkap kobaran api yang kian membara seiring dentuman besar di sekitar mereka. "Minggir, Chloe! Kau akan tetap berdiam diri saja di sana?" Ibunya membentak dirinya yang sedari tadi hanya diam di ujung tangga bawah sambil menatap jendela. Chloe dengan segera pergi ke kamarnya. Membawa barang-barangnya, termasuk alat medis, air minum dan buku kecil yang dapat di bawa. Dia beringsut tergesa-gesa turun ke bawah berniat mengajak keluarganya melarikan diri. Tapi, saat dia sudah sampai di ujung anak tangga bawah dia melihat sekeliling. Tidak ada siapapun. Ledakan kembali terdengar. Kali ini cukup jauh tapi masih mampu membuat rumah kecilnya bergetar. Dia melihat ke arah pintu keluar, sudah terbuka. Dan itu cukup membuktikan jika anggota keluarganya yang lain sudah keluar dari rumah. Hanya tinggal dirinya sendiri. Chloe bergegas berlari dengan tas gendong kecilnya lalu berhenti di depan rumah Gustof. Memastikan jika dia sudah melarikan diri. "Tuan Gustof. Anda ada di rumah?" Chloe mengetuk-ngetuk cepat pintu utama milik Gustof. Tidak ada jawaban. Apakah Gustof sudah melarikan diri? Atau bahkan ada di kota? Masih di restoran? Ledakan lagi- lagi terdengar. Mungkin sudah menghancurkan beberapa rumah. Dan sudah mengakibatkan meninggalnya orang-orang di sekitar sini. Chloe kembali berlari. Mengikuti beberapa orang yang entah akan kemana. Yang pasti, Chloe harus menyelamatkan dirinya sendiri untuk sekarang. Setelahnya, itu urusan nanti. Chloe dengan hatinya yang tidak bisa melihat sedikit kesusahan orang di sekitarnya merasakan bahwa dirinya juga harus menolong orang lain. Dan itu terjadi. Seseorang meminta pertolongan karena terjepit diantara tembok rumah yang runtuh. Beberapa orang hanya melihatnya sekilas lalu pergi berlari lagi. Iba namun egois menyelamatkan diri lebih berat. Dan mereka memilih pergi. Chloe memberhentikan langkahnya. Mencari cara dan alat untuk membantu seseorang itu. Seseorang itu adalah seorang wanita. Dia menangis meminta pertolongan. Tidak lama ada anak laki- laki yang menghampiri Chloe. "Tolong, itu ibuku." Katanya sambil terus memegang tangan Chloe Chloe diam. Dia mencari akal. Mencari cara mengangkat reruntuhan itu. Sampai akhirnya matanya menatap besi bulat panjang. Lalu dia mengambilnya dan menjadikan batu di dekat reruntuhan itu sebagai poros untuk mengangkat reruntuhan itu. Sekuat tenaga yang dimiliki Chloe, dia menekan besi itu hingga tembok reruntuhan itu terangkat sedikit. Anak laki-laki tadi menarik sang ibu keluar. Dengan susah payah, wanita itu berhasil keluar. Chloe terduduk. Nafasnya terengah. Dia rasa tenaganya terkuras habis. "Kau bisa berlari? Aku rasa ledakan akan semakin dekat." Kata wanita itu tergesa dan bernafas satu- satu. Seperti dirinya. Persis. Chloe tersenyum lalu mengangguk, "kau dan anakmu duluan saja. Aku menyusul nanti." Wanita itu menatap ragu pada Chloe. Chloe menarik nafas dan mengangguk, "katakan saja kemana aku harus berlari? Kau tau sesuatu?" Wanita itu mengangguk cepat. Lalu menunjuk arah ke utara. "Di ujung jalan sana. Kau akan menemukan satu gedung yang dinding terbuat dari besi. Dinding kokoh dan kira- kira bisa menampung banyak orang di dalamnya." Chloe mengangguk, "selamatkan dulu dirimu dan anakmu." "Kau harus cepat. Aku takut kau akan terlambat jika sampai gerbangnya tertutup." Chloe tersenyum lalu mengangguk lagi. "Kau harus janji, kita akan bertemu lagi disana." Ucap si anak laki- laki tadi Chloe mengusap kepalanya, "aku janji." Setelah itu, Chloe melihat wanita itu menggenggam erat tangan sang anak untuk berlari. Semoga mereka tidak akan berpisah lagi. Chloe mengambil botol minumnya. Kotanya sudah semakin sepi. Daerahnya sudah tidak lagi berpenghuni sepertinya dilihat dari sekitarnya sudah tidak ada orang-orang lagi yang berlarian. Saat Chloe beranjak berdiri, dia dengan cepat menutup mata dan telinganya lalu menunduk kembali. Dentuman itu cukup besar dan dekat. Sialnya, Chloe harus benar-benar pergi dari sana sekarang juga. Tapi ada satu hal yang menarik perhatiannya lagi. Satu tas besar tergeletak begitu saja di jalanan. Chloe penasaran dan berjalan pelan mendekati tas itu. Betapa kagetnya Chloe melihat tas berisi uang. Uang yang banyak. Dan Chloe kembali harus menunduk agar tidak terkena dentuman itu. Chloe dilema. Membawa atau meninggalkan tas itu. Sampai akhirnya, pikiran panjang itu berujung pada mengambil sebagian uang itu. Mungkin akan berguna. Dan pada saat Chloe beranjak matanya menangkap cahaya besar tepat menujunke arahnya. Dalam sekejap, tangan Chloe ditarik untuk bersembunyi. "Kalau kau ingin mati bukan begitu caranya, Chloe." Chloe kaget. "Sean?"  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN