Delapan

738 Kata
maaf banyak typo Damar mencuri pandang pada kekasihnya, ah lebih tepatnya pada calon istrinya, calon istri yang akan Damar nikahi 4 hari lagi. Benak Damar di penuhi oleh pertanyaan, apakah... apakah Pelangi melihat ia yang menahan tangan Bulan dan berbisik di telinga Bulan dengan wajah yang nyaris menempel dan bersentuhan 30 menit yang lalu? Raut wajah Pelangi yang selalu ceria, teduh, dan hangat terlihat tidak bersemangat saat ini. Kalau benar Pelangi melihat ia yang menahan tangan Bulan dan berbisik dengan jarak yang dekat dengan wajah Bulan. Damar menyesali, kenapa ia harus bertemu dengan Bulan tadi. Atau kenapa Bulan harus beberlanja di butik ini?! Apakah wanita itu sengaja datang kemari hanya untuk melihat dirinya? Bulan belum move on? Ah, kalau benar Bulan belum move on padanya, seperti ia yang sudah move on pada Bulan. Dan sudah jatuh cinta pada wanita lain. Entah kenapa, Damar sangat senang mengetahui hal itu, Bulan masih cinta dan sayang padanya, dan perempuan itu seperti men- stalking dirinya 30 menit yang lalu. Dan sebenarnya, tidak ada niat Damar ingin menyapa, apalagi menahan tangan Bulan tadi. Damar hampir menghindar dan bersembunyi untuk menjaga perasaan calon istrinya Pelangi. Tapi, entah dorongan perasaan dari mana. Perut dan hati Damar tergelitik. Sekali dan sedikit saja, Damar ingin menghirup harum sampo pentine di rambut Bulan, Damar ingin memegang tangan hangat dan lembut Bulan, dan apabila Damar tidak melakukannya tadi, Damar mungkin akan menyesal untuk seumur hidunya , Damar merasa mual, pusing dan nyaris muntah. Padahal, tanpa Damar tahu, laki-laki itu sedang mengidam, itu keinginan sang jabang bayi yang sedang Bulan kandung saat ini. "Aku berharap, kamu mau terbuka padaku, tapi sekian menit aku bungkam... kamu... kamu ngga ada inisiatif untuk menceritakan apa yang kamu alami tadi, Mar..."Pelangi membuka suara, suara yang terdengar sangat lirih dan sedih, membuat Damar tersentak kaget dari lamunannya panjangnya, dan menatap dengan tatapan menyesal dan memohon maaf pada Pelangi. "Sepertinya, kamu hanya terobsesi denganku, kembali lah dengan adikku...," "Tidak! Apa yang kamu katakan salah besar. Maaf, aku melamun karena merasa bersalah sama kamu, Sayang." "Nggak seharusnya aku nyapa Bulan tadi, aku salah, aku minta maaf,"Potong Damar cepat ucapan Pelangi. Pelangi? Mendengar ucapan Damar, perempuan itu tersenyum getir. "Lalu, apa yang kamu bisikan pada adikku, Bulan tadi? Kenapa kamu menahan tangan Bulan yang beranjak ingin meninggalkanmu tadi?"Cecar Pelangi dengan geraman tertahannya kali ini. Damar mendengar ucapan Pelangi di atas, tercekat kaget di tempatnya. Apa yang ia takutkan terjadi. Nyatanya Pelangi melihat semuanya. Damar menelan ludahnya susah payah. Dan nggak ada pilihan lain. Damar... "Kamu ternyata lebih dulu melihat keberadaan, Bulan.."Ucap Damar dengan senyum kecilnya. Mendapat anggukan pelan dari Pelangi. "Ya, aku lebih dulu melihatnya. Sejak Bulan turun dari taksi... ,"Ucap Pelangi pelan. "Apa yang kamu bisikan pada, Bulan?"Tanya Pelangi tak sabar. "Agar Bulan jangan dekat-dekat denganku. Kamu tahu, ini butik langganan Bulan denganku dulu. Aku nggak mau para pekerja di sini salah paham, sebab kamu lah wanita yang akan jadi istriku,"Dusta Damar terpaksa. Dan berhasil, dusta Damar membuat Pelanginya sudah tersenyum lega dan senang saat ini. Tapi, s**t! Damar tidak suka. Senyum bahagia hanya bertahan sekian detik saja di wajah Pelangi. Wajah Pelangi yang kini terlihat mendung dan hampir menangis. Ada apa? "Apa... Apa aku jahat karena udah rebut kamu dari, Bulan?"Tanya Pelangi tercekat. 3 detik, pertanyaan Pelangi di atas berhasil membuat Damar menegang kaku, dan merasa dadanya sempit. Tapi, tidak! Pelangi bukan orang jahat. Dirinya juga bukan orang jahat dan b***t. Ia dan Pelangi adalah orang baik. "Nggak Pelangi sayang. Kamu nggak jahat, Sayang," "Kami kan, baru pacaran. Coba aku suami Bulan. Baru kamu atau aku jahat. Wajar menurutku apa yang berdua kita lakukan, kita kan, bebas pilih, mana yang baik dan pantas untuk kita, untuk jadi pasangan hidup kita, toh, masih pacaran. " "Dan misal aku posisinya sudah jadi suami Bulan. Orang yang nikah puluhan tahun aja bisa cerai. Kan hati nggak ada yang bisa nebak gimana maunya, dan aku maunya kamu, hatiku yang udah lama nggak berdebar menyenangkan di dekat Bulan. Kayak udah mati rasa, hambar. Dan kamu yang membuatnya kembali berbunga dan mekar. Aku bersemangat, jadi... aku akan tetap nekat nikahin kamu. Kamu cantik, dan lebih asik dari Bulan... semuanya... kamu lebih segalanya dari, Bulan... nyesal aku, kenapa aku lebih dulu bertemu Bulan di banding kamu, Pelangi?" Tbc Satu kata untuk Pelangi dan Damar apa? banyak yg mau pelangi di buat mandul dan lumpuh, apakah gk terlalu seram karmanya Pelangi.. wkwkw mau damar di buat impot*n aja? itu nya gak bisa bangun? hehehe
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN