My Prince Season 2 - 15

2997 Kata
Tidak menghabiskan waktu lama sampai Arga dan Jiola sampai di lokasi khusus acara pengeksekusian mati seseorang di tengah kota yang dikerumuni oleh banyak orang dari berbagai ras, situasi di sana cukup ramai, meskipun langit sudah menguning alias telah memasuki waktu sore, tampaknya semua orang yang hadir di sini tidak sabar ingin segera menyaksikan orang lain disiksa hingga tewas, terlihat jelas di masing-masing mata dan wajah mereka yang begitu senang, seperti para serigala yang tidak tahan ingin segera menerkam mangsanya dengan berkeroyok. Tidak ada yang merasa kasihan ataupun tidak tega melihat seseorang akan dieksekusi, malah mereka semua terlihat antusias dan gembira, itu membuat Arga dan juga Jiola jadi semakin tidak nyaman berada di sekitar orang-orang tersebut. Saat bola matanya di arahkan ke depan, Arga bisa melihat ada seseorang yang kepalanya ditutup oleh sebongkah karung sedang diberdirikan di sebuah panggung kecil yang di belakangnya ada sebuah ruangan bulat transparan yang di dalamnya terdapat banyak sekali lebah bergerumung. Apakah itu artinya cara penyiksaan yang akan dilakukan oleh para prajurit di samping orang yang akan dieksekusi adalah memasukannya ke dalam ruangan itu dan diserang, digigit, dan digerumuti oleh ratusan lebah, sebelum akhirnya mengunci pintu ruangannya rapat-rapat agar orang tersebut tewas mengenaskan di dalam sana? Arga agak sedikit kaget membayangkannya, itu pasti sangat mengerikan. Jiola bahkan hanya menutup mulutnya rapat-rapat dengan dua tangannya, air matanya bahkan tak bisa berhenti mengalir saking tidak teganya melihat hal yang akan terjadi di depan matanya. Tidak seperti orang-orang, Jiola tampak begitu sedih dan miris pada acara seperti ini, sepertinya dia berharap hal-hal semacam ini bisa segera berakhir agar manusia dari berbagai ras dapat hidup dengan aman tanpa harus dipermalukan juga disiksa seperti ini. Bahkan jikalau ada manusia dari salah satu ras melakukan pelanggaran hukum, seharusnya tidak perlu diperlakukan sekejam ini, cukup diberi hukuman yang tidak membahayakan nyawa orang juga tidak mempermalukan dirinya di hadapan banyak orang. Itu yang Jiola inginkan pada kota ini, meski dia sadar itu pasti membutuhkan waktu yang cukup lama untuk terjadi, tapi dia yakin, suatu hari pasti semuanya akan segera berubah. “Baiklah, saudara-saudara!” seru salah satu prajurit kerajaan yang berdiri di sebelah orang yang akan dieksekusi, menyapa para penonton yang merupakan para warga kota Vanterlock dengan wajah yang begitu  tegas dan penuh kemarahan. “Dua hari yang lalu, kami mendapatkan laporan bahwa seorang laki-laki berusia 20 tahun yang berasal dari ras Teriana, telah mencuri dan hendak memperkosa seorang gadis dari ras Viola di tepi kota yang sepi. Dan berkat kalian, kami telah berhasil menangkap pelakunya, dan sekarang kita bersama-sama akan menyaksikan hukuman yang akan didapatkan dari perbuatannya sendiri! Ini memang kejam, tapi patut untuk dilakukan! Agar tidak ada lagi orang yang berbuat jahat di Kota Vanterlock yang agung ini! Terutama untuk orang-orang yang berasal dari Ras Teriana, yang telah banyak membuat warga jengah dengan keberadaan kalian! Aku harap kalian tidak lagi melakukan kesalahan yang sama seperti saudara kalian ini! Jika kalian masih saja berbuat jahat di kota ini, suatu saat kami tidak akan segan mengusir semua Teriana dari kota ini!” Seruan-seruan itu disambut meriah oleh semua orang yang hadir di sini, seolah-olah mereka semua setuju dan senang pada semua ucapan yang dikatakan oleh prajurit tersebut. Sementara beberapa orang yang sepertinya berasal dari Ras Teriana hanya terdiam dan menundukkan kepalanya, karena merasa dibenci oleh semua orang dikota ini, termasuk juga Jiola dan juga Arga yang merupakan seorang Teriana. Hanya saja, Arga tidak begitu sedih mendengar semua omongan dari prajurit b******n itu, dia hanya terheran mengapa orang dewasa tidak bisa berpikir secara rasional terhadap sebuah kejahatan dan malah memilih bersikap memukul rata pada sebuah kelompok sehingga kelompok tersebut jadi begitu dibenci oleh semua orang. Itu hal yang sangat bodoh dan tidak efisien, bagi Arga. “Aku tidak kuat berada di sini, bagaimana kalau kita pulang saja? Jika kita tetap berada di sini, kita akan diperlakukan kasar oleh orang-orang yang ada di sini.” Pinta Jiola kepada Arga dengan nada yang gemetaran saking takutnya berdiri di sekitar orang-orang yang membenci rasnya. Sungguh, Jiola benar-benar ingin pulang dan mengurung  diri dibandingkan harus melihat saudara satu rasnya disiksa di depan matanya juga menyaksikannya bersama orang-orang yang begitu membenci rasnya, itu sangat menakutkan. Tubuh Jiola benar-benar bergetar ketakutan, dia tidak tahan lagi. “Tidak apa-apa, kau pulang saja duluan, aku ingin tetap berada di sini,” jawab Arga dengan santai, tanpa menyadari kalau orang-orang yang ada di sekitar dirinya sedang memandanginya dengan raut muka yang penuh kebencian karena penampilan dirinya mencerminkan seorang ras Teriana, bertanduk dan berekor kelinci. "Aku tahu ini mengerikan, tapi aku ingin menyaksikannya sampai akhir karena aku ingin mengetahui kebenarannya.” “Kebenaran apa yang kau maksud? Tidak ada yang perlu kamu lakukan di sini, bukankah sudah aku bilang, sebelum kita datang ke sini, bahwa kamu tidak boleh bersikap nakal di sini. Itu hanya akan membawamu ke masalah yang besar, mengingat orang-orang di sekeliling kita begitu membenci ras kita.” Ujar Jiola dengan nada yang berbisik sambil memegang bahu Arga erat-erat untuk memohon pada anak itu agar mematuhi keinginannya untuk pergi dari tempat ini. Namun sayangnya, Arga terlihat tidak begitu peduli dengan apa yang dijelaskan oleh Jiola, dia bersikeras ingin tetap di sini tanpa mempedulikan resikonya. “Jika kau mau pulang, pulang saja sendirian, aku ingin tetap berada di sini.” “Biar kuberitahu padamu, dengan menunjukkan dua tanduk dan ekor kelincimu saja, itu sudah akan membawamu ke sebuah masalah besar, karena orang-orang akan bermain-main denganmu dan menganggapmu sebagai alat untuk memuaskan kebencian mereka terhadap ras kita. Banyak sekali kejadian di mana Para Teriana yang telah menonton acara eksekusi mati, menghilang entah kemana, tidak kembali pulang ke rumahnya masing-masing. Dan rumor mengatakan kalau mereka dibunuh oleh para warga secara diam-diam, dan para prajurit pun mendukung tindakan para warga. Jadi kumohon,  aku tidak mau kita berakhir seperti itu.” “Baiklah, aku akan menunjukkan padamu bahwa kita tidak akan berakhir seperti itu, karena,” Tiba-tiba saja Arga melompat ke pundak orang yang ada di depannya dan berdiri di sana sambil berteriak dengan begitu kencang. “KAMI RAS TERIANA BUKANLAH PENJAHAT DI KOTA INI! BAJINGAAAAAAAAAAAAAAN!” Tidak menghabiskan waktu lama sampai Arga dan Jiola sampai di lokasi khusus acara pengeksekusian mati seseorang di tengah kota yang dikerumuni oleh banyak orang dari berbagai ras, situasi di sana cukup ramai, meskipun langit sudah menguning alias telah memasuki waktu sore, tampaknya semua orang yang hadir di sini tidak sabar ingin segera menyaksikan orang lain disiksa hingga tewas, terlihat jelas di masing-masing mata dan wajah mereka yang begitu senang, seperti para serigala yang tidak tahan ingin segera menerkam mangsanya dengan berkeroyok. Tidak ada yang merasa kasihan ataupun tidak tega melihat seseorang akan dieksekusi, malah mereka semua terlihat antusias dan gembira, itu membuat Arga dan juga Jiola jadi semakin tidak nyaman berada di sekitar orang-orang tersebut. Saat bola matanya di arahkan ke depan, Arga bisa melihat ada seseorang yang kepalanya ditutup oleh sebongkah karung sedang diberdirikan di sebuah panggung kecil yang di belakangnya ada sebuah ruangan bulat transparan yang di dalamnya terdapat banyak sekali lebah bergerumung. Apakah itu artinya cara penyiksaan yang akan dilakukan oleh para prajurit di samping orang yang akan dieksekusi adalah memasukannya ke dalam ruangan itu dan diserang, digigit, dan digerumuti oleh ratusan lebah, sebelum akhirnya mengunci pintu ruangannya rapat-rapat agar orang tersebut tewas mengenaskan di dalam sana? Arga agak sedikit kaget membayangkannya, itu pasti sangat mengerikan. Jiola bahkan hanya menutup mulutnya rapat-rapat dengan dua tangannya, air matanya bahkan tak bisa berhenti mengalir saking tidak teganya melihat hal yang akan terjadi di depan matanya. Tidak seperti orang-orang, Jiola tampak begitu sedih dan miris pada acara seperti ini, sepertinya dia berharap hal-hal semacam ini bisa segera berakhir agar manusia dari berbagai ras dapat hidup dengan aman tanpa harus dipermalukan juga disiksa seperti ini. Bahkan jikalau ada manusia dari salah satu ras melakukan pelanggaran hukum, seharusnya tidak perlu diperlakukan sekejam ini, cukup diberi hukuman yang tidak membahayakan nyawa orang juga tidak mempermalukan dirinya di hadapan banyak orang. Itu yang Jiola inginkan pada kota ini, meski dia sadar itu pasti membutuhkan waktu yang cukup lama untuk terjadi, tapi dia yakin, suatu hari pasti semuanya akan segera berubah. “Baiklah, saudara-saudara!” seru salah satu prajurit kerajaan yang berdiri di sebelah orang yang akan dieksekusi, menyapa para penonton yang merupakan para warga kota Vanterlock dengan wajah yang begitu  tegas dan penuh kemarahan. “Dua hari yang lalu, kami mendapatkan laporan bahwa seorang laki-laki berusia 20 tahun yang berasal dari ras Teriana, telah mencuri dan hendak memperkosa seorang gadis dari ras Viola di tepi kota yang sepi. Dan berkat kalian, kami telah berhasil menangkap pelakunya, dan sekarang kita bersama-sama akan menyaksikan hukuman yang akan didapatkan dari perbuatannya sendiri! Ini memang kejam, tapi patut untuk dilakukan! Agar tidak ada lagi orang yang berbuat jahat di Kota Vanterlock yang agung ini! Terutama untuk orang-orang yang berasal dari Ras Teriana, yang telah banyak membuat warga jengah dengan keberadaan kalian! Aku harap kalian tidak lagi melakukan kesalahan yang sama seperti saudara kalian ini! Jika kalian masih saja berbuat jahat di kota ini, suatu saat kami tidak akan segan mengusir semua Teriana dari kota ini!” Seruan-seruan itu disambut meriah oleh semua orang yang hadir di sini, seolah-olah mereka semua setuju dan senang pada semua ucapan yang dikatakan oleh prajurit tersebut. Sementara beberapa orang yang sepertinya berasal dari Ras Teriana hanya terdiam dan menundukkan kepalanya, karena merasa dibenci oleh semua orang dikota ini, termasuk juga Jiola dan juga Arga yang merupakan seorang Teriana. Hanya saja, Arga tidak begitu sedih mendengar semua omongan dari prajurit b******n itu, dia hanya terheran mengapa orang dewasa tidak bisa berpikir secara rasional terhadap sebuah kejahatan dan malah memilih bersikap memukul rata pada sebuah kelompok sehingga kelompok tersebut jadi begitu dibenci oleh semua orang. Itu hal yang sangat bodoh dan tidak efisien, bagi Arga. “Aku tidak kuat berada di sini, bagaimana kalau kita pulang saja? Jika kita tetap berada di sini, kita akan diperlakukan kasar oleh orang-orang yang ada di sini.” Pinta Jiola kepada Arga dengan nada yang gemetaran saking takutnya berdiri di sekitar orang-orang yang membenci rasnya. Sungguh, Jiola benar-benar ingin pulang dan mengurung  diri dibandingkan harus melihat saudara satu rasnya disiksa di depan matanya juga menyaksikannya bersama orang-orang yang begitu membenci rasnya, itu sangat menakutkan. Tubuh Jiola benar-benar bergetar ketakutan, dia tidak tahan lagi. “Tidak apa-apa, kau pulang saja duluan, aku ingin tetap berada di sini,” jawab Arga dengan santai, tanpa menyadari kalau orang-orang yang ada di sekitar dirinya sedang memandanginya dengan raut muka yang penuh kebencian karena penampilan dirinya mencerminkan seorang ras Teriana, bertanduk dan berekor kelinci. "Aku tahu ini mengerikan, tapi aku ingin menyaksikannya sampai akhir karena aku ingin mengetahui kebenarannya.” “Kebenaran apa yang kau maksud? Tidak ada yang perlu kamu lakukan di sini, bukankah sudah aku bilang, sebelum kita datang ke sini, bahwa kamu tidak boleh bersikap nakal di sini. Itu hanya akan membawamu ke masalah yang besar, mengingat orang-orang di sekeliling kita begitu membenci ras kita.” Ujar Jiola dengan nada yang berbisik sambil memegang bahu Arga erat-erat untuk memohon pada anak itu agar mematuhi keinginannya untuk pergi dari tempat ini. Namun sayangnya, Arga terlihat tidak begitu peduli dengan apa yang dijelaskan oleh Jiola, dia bersikeras ingin tetap di sini tanpa mempedulikan resikonya. “Jika kau mau pulang, pulang saja sendirian, aku ingin tetap berada di sini.” “Biar kuberitahu padamu, dengan menunjukkan dua tanduk dan ekor kelincimu saja, itu sudah akan membawamu ke sebuah masalah besar, karena orang-orang akan bermain-main denganmu dan menganggapmu sebagai alat untuk memuaskan kebencian mereka terhadap ras kita. Banyak sekali kejadian di mana Para Teriana yang telah menonton acara eksekusi mati, menghilang entah kemana, tidak kembali pulang ke rumahnya masing-masing. Dan rumor mengatakan kalau mereka dibunuh oleh para warga secara diam-diam, dan para prajurit pun mendukung tindakan para warga. Jadi kumohon,  aku tidak mau kita berakhir seperti itu.” “Baiklah, aku akan menunjukkan padamu bahwa kita tidak akan berakhir seperti itu, karena,” Tiba-tiba saja Arga melompat ke pundak orang yang ada di depannya dan berdiri di sana sambil berteriak dengan begitu kencang. “KAMI RAS TERIANA BUKANLAH PENJAHAT DI KOTA INI! BAJINGAAAAAAAAAAAAAAN!” Tidak menghabiskan waktu lama sampai Arga dan Jiola sampai di lokasi khusus acara pengeksekusian mati seseorang di tengah kota yang dikerumuni oleh banyak orang dari berbagai ras, situasi di sana cukup ramai, meskipun langit sudah menguning alias telah memasuki waktu sore, tampaknya semua orang yang hadir di sini tidak sabar ingin segera menyaksikan orang lain disiksa hingga tewas, terlihat jelas di masing-masing mata dan wajah mereka yang begitu senang, seperti para serigala yang tidak tahan ingin segera menerkam mangsanya dengan berkeroyok. Tidak ada yang merasa kasihan ataupun tidak tega melihat seseorang akan dieksekusi, malah mereka semua terlihat antusias dan gembira, itu membuat Arga dan juga Jiola jadi semakin tidak nyaman berada di sekitar orang-orang tersebut. Saat bola matanya di arahkan ke depan, Arga bisa melihat ada seseorang yang kepalanya ditutup oleh sebongkah karung sedang diberdirikan di sebuah panggung kecil yang di belakangnya ada sebuah ruangan bulat transparan yang di dalamnya terdapat banyak sekali lebah bergerumung. Apakah itu artinya cara penyiksaan yang akan dilakukan oleh para prajurit di samping orang yang akan dieksekusi adalah memasukannya ke dalam ruangan itu dan diserang, digigit, dan digerumuti oleh ratusan lebah, sebelum akhirnya mengunci pintu ruangannya rapat-rapat agar orang tersebut tewas mengenaskan di dalam sana? Arga agak sedikit kaget membayangkannya, itu pasti sangat mengerikan. Jiola bahkan hanya menutup mulutnya rapat-rapat dengan dua tangannya, air matanya bahkan tak bisa berhenti mengalir saking tidak teganya melihat hal yang akan terjadi di depan matanya. Tidak seperti orang-orang, Jiola tampak begitu sedih dan miris pada acara seperti ini, sepertinya dia berharap hal-hal semacam ini bisa segera berakhir agar manusia dari berbagai ras dapat hidup dengan aman tanpa harus dipermalukan juga disiksa seperti ini. Bahkan jikalau ada manusia dari salah satu ras melakukan pelanggaran hukum, seharusnya tidak perlu diperlakukan sekejam ini, cukup diberi hukuman yang tidak membahayakan nyawa orang juga tidak mempermalukan dirinya di hadapan banyak orang. Itu yang Jiola inginkan pada kota ini, meski dia sadar itu pasti membutuhkan waktu yang cukup lama untuk terjadi, tapi dia yakin, suatu hari pasti semuanya akan segera berubah. “Baiklah, saudara-saudara!” seru salah satu prajurit kerajaan yang berdiri di sebelah orang yang akan dieksekusi, menyapa para penonton yang merupakan para warga kota Vanterlock dengan wajah yang begitu  tegas dan penuh kemarahan. “Dua hari yang lalu, kami mendapatkan laporan bahwa seorang laki-laki berusia 20 tahun yang berasal dari ras Teriana, telah mencuri dan hendak memperkosa seorang gadis dari ras Viola di tepi kota yang sepi. Dan berkat kalian, kami telah berhasil menangkap pelakunya, dan sekarang kita bersama-sama akan menyaksikan hukuman yang akan didapatkan dari perbuatannya sendiri! Ini memang kejam, tapi patut untuk dilakukan! Agar tidak ada lagi orang yang berbuat jahat di Kota Vanterlock yang agung ini! Terutama untuk orang-orang yang berasal dari Ras Teriana, yang telah banyak membuat warga jengah dengan keberadaan kalian! Aku harap kalian tidak lagi melakukan kesalahan yang sama seperti saudara kalian ini! Jika kalian masih saja berbuat jahat di kota ini, suatu saat kami tidak akan segan mengusir semua Teriana dari kota ini!” Seruan-seruan itu disambut meriah oleh semua orang yang hadir di sini, seolah-olah mereka semua setuju dan senang pada semua ucapan yang dikatakan oleh prajurit tersebut. Sementara beberapa orang yang sepertinya berasal dari Ras Teriana hanya terdiam dan menundukkan kepalanya, karena merasa dibenci oleh semua orang dikota ini, termasuk juga Jiola dan juga Arga yang merupakan seorang Teriana. Hanya saja, Arga tidak begitu sedih mendengar semua omongan dari prajurit b******n itu, dia hanya terheran mengapa orang dewasa tidak bisa berpikir secara rasional terhadap sebuah kejahatan dan malah memilih bersikap memukul rata pada sebuah kelompok sehingga kelompok tersebut jadi begitu dibenci oleh semua orang. Itu hal yang sangat bodoh dan tidak efisien, bagi Arga. “Aku tidak kuat berada di sini, bagaimana kalau kita pulang saja? Jika kita tetap berada di sini, kita akan diperlakukan kasar oleh orang-orang yang ada di sini.” Pinta Jiola kepada Arga dengan nada yang gemetaran saking takutnya berdiri di sekitar orang-orang yang membenci rasnya. Sungguh, Jiola benar-benar ingin pulang dan mengurung  diri dibandingkan harus melihat saudara satu rasnya disiksa di depan matanya juga menyaksikannya bersama orang-orang yang begitu membenci rasnya, itu sangat menakutkan. Tubuh Jiola benar-benar bergetar ketakutan, dia tidak tahan lagi. “Tidak apa-apa, kau pulang saja duluan, aku ingin tetap berada di sini,” jawab Arga dengan santai, tanpa menyadari kalau orang-orang yang ada di sekitar dirinya sedang memandanginya dengan raut muka yang penuh kebencian karena penampilan dirinya mencerminkan seorang ras Teriana, bertanduk dan berekor kelinci. "Aku tahu ini mengerikan, tapi aku ingin menyaksikannya sampai akhir karena aku ingin mengetahui kebenarannya.” “Kebenaran apa yang kau maksud? Tidak ada yang perlu kamu lakukan di sini, bukankah sudah aku bilang, sebelum kita datang ke sini, bahwa kamu tidak boleh bersikap nakal di sini. Itu hanya akan membawamu ke masalah yang besar, mengingat orang-orang di sekeliling kita begitu membenci ras kita.” Ujar Jiola dengan nada yang berbisik sambil memegang bahu Arga erat-erat untuk memohon pada anak itu agar mematuhi keinginannya untuk pergi dari tempat ini. Namun sayangnya, Arga terlihat tidak begitu peduli dengan apa yang dijelaskan oleh Jiola, dia bersikeras ingin tetap di sini tanpa mempedulikan resikonya. “Jika kau mau pulang, pulang saja sendirian, aku ingin tetap berada di sini.” “Biar kuberitahu padamu, dengan menunjukkan dua tanduk dan ekor kelincimu saja, itu sudah akan membawamu ke sebuah masalah besar, karena orang-orang akan bermain-main denganmu dan menganggapmu sebagai alat untuk memuaskan kebencian mereka terhadap ras kita. Banyak sekali kejadian di mana Para Teriana yang telah menonton acara eksekusi mati, menghilang entah kemana, tidak kembali pulang ke rumahnya masing-masing. Dan rumor mengatakan kalau mereka dibunuh oleh para warga secara diam-diam, dan para prajurit pun mendukung tindakan para warga. Jadi kumohon,  aku tidak mau kita berakhir seperti itu.” “Baiklah, aku akan menunjukkan padamu bahwa kita tidak akan berakhir seperti itu, karena,” Tiba-tiba saja Arga melompat ke pundak orang yang ada di depannya dan berdiri di sana sambil berteriak dengan begitu kencang. “KAMI RAS TERIANA BUKANLAH PENJAHAT DI KOTA INI! BAJINGAAAAAAAAAAAAAAN!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN