" Emang bener-bener ya si Alfen . Udah ngajak ke edelweis sekarang gue malah ditinggal . Gue kulitin dah besok terus kulitnya gue goring biar jadi kerupuk. Lumayan dijual, lagi mahal !" Dara masih aja ngedumel sejak beberapa menit yang lalu Alfen meninggalkannya sendirian di cafe favorit mereka ini . Katanya ada technical meeting untuk pertandingan futsal lusa ini .
Dengan sangat terpaksa Dara mengijinkan cowok itu pergi , meninggalkannya hanya berdua dengan frapechino pesanan Alfen yang baru diminum sedikit . Dara duduk menghadap ke jendela , ia menumpukan dagunya ke kedua tangannya .
" Harusnya tadi ikut aja ya . Tapi pasti bete . Pasti gue dicuekin . Lagian kan anak futsal doang yang dateng ." Dara berbicara sendiri. Daripada dirinya jadi bulan-bulanan anak futsal, mending ia duduk sendirian disini. Kali aja bisa ngecengin cowok ganteng, walau gak ada yang seganteng Dion ya. Matanya mulai lirik sana sini mencari sesuatu yang menarik perhatiannya.
" Jonesnya kagak ilang-ilang . Mesen minum dua tapi duduknya sendirian . Malang sekali nasibmu ." Ucap seseorang dibelakang Dara , jelas aja mengusik cewek yang moodnya lagi jelek banget ini . Bukan suara cowok yang jelas, ini suara cewek yang mungkin mau ngajak rebut di siang bolong gini kali ya.
Dara menoleh ke orang yang telah lancang mengusik ketenangannya itu . Cewek berambut ikal panjang berwarna pirang dan berpipi chuby itu menatap lurus padanya sambil tersenyum sehingga memunculkan dua lekukan di kedua pipinya yang chuby .
" Gita !!!!" Pekik Dara tak tertahankan lalu memeluk Gita dengan sangat erat . Ia gak peduli tatapan orang disekitarnya yang mungkin merasa terganggu dengan kehebohannya sejak tadi . Masalahnya didepannya ini GITA ! Iya Gita ! Sahabatnya juga sejak SMA yang kuliah jurusan kedokteran . Yang tempo hari juga mendiagnosa Dara kena penyakit aritmia , padahal jelas-jelas Dara lagi jatuh cinta ! Mungkin ilmu Gita dalam mendiagnosa penyakit harus di upgrade lagi biar gak salah.
Gita terkekeh sambil membalas pelukan sahabatnya itu walau ia hampir kehabisan nafas saking eratnya pelukan yang Dara berikan untuknya. Setelah Dara melepaskan pelukannya , Gita duduk di tempat dimana Alfen tadi duduk kemudian tanpa dosa meminum frapechinonya bekas Alfen . " Punya Alfen kan ." Ucapnya lebih ke pernyataan , bukan pertanyaan . Ia memang sudah hapal betul minuman favorit sahabat cowoknya itu di cafe ini , toh cafe ini adalah cafe favorit mereka bertiga sejak SMA . Sayangnya aja karena kampusnya jauh dari sini jadi dia gak bisa sering-sering ke cafe ini .
" Gak perlu gue jawab kan ." Ucap Dara kemudian menyedot milkshake vanillanya . " Tumbenan kesini . Gak ngabarin gue lagi ! Sahabat macem apa lo ." Ia melotot kearah Gita setelah sebelumnya tersenyum lebar menyambut kedatangan sahabatnya itu .
" Yeeee kan yang penting ketemu ." Ucap Gita dengan gaya cueknya . Diantara Alfen dan Dara , Gita bisa dibilang agak kalem dan cuek tentunya . Tapi soal otak, otak Gita paling encer.
Dara mengerjap . " Kebetulan banget dong ya ." Ia hampir gak percaya bisa ketemu Gita sekarang . Karena cewek ini paling sibuk diantara ia dan Alfen . Maklumlah jurusan kedokteran kan banyak praktikumnya , belom laporan dan embel-embel lainnya . Jangankan tau-tau ketemu gini , janjian aja susahnya minta ampun .
Gita menggeleng , menyangkal ucapan Dara ." Gak kebetulan . Alfen yang nyuruh gue kesini . Katanya lo pasti ngambek sama dia . Untung aja gue emang lagi di sekitar sini mau nyari buku sekalian . Yaudah deh kesini ."
" Jelas gue ngambek lah . Gue ditinggal gini ." Dara mengerucutkan bibirnya . Ia gak nyangka kalo Alfen bakalan minta Gita dateng kesini .
" Jadi gimana ?" Tanya Gita tiba-tiba . Dara hanya menatap Gita , bingung . " Lo sama Alfen ." Lanjutnya .
" Apa sih ? Ya sahabat lah . Kita kan sahabatan . " Dara mendengus sebal mendengar pertanyaan gak pentingnya Gita barusan mirip pertanyaan retoris, gak perlu jawaban.
Gita berdecak . Jadi selama ini satu kampus selama dua tahun lebih dan satu kelas pula selama dua tahun lebih di kampus ini gak ada perkembangan apapun ? Bahkan sejak SMA mereka sahabatan dan sekelas terus masih juga gak ada perkembangan ? Satu-satunya orang yang paling mengerti soal perasaan Alfen ke Dara adalah Gita . Entah kenapa ia bisa peka kalo Alfen punya perasaan lebih dari sahabat ke Dara karena sikapnya sedikit berbeda kalo ke Dara dibanding dengannya .
Alfen selalu bicara blak-blakan ke Dara dan lebih suka mengganggu cewek itu sampai kesal sementara ke Gita , Alfen lebih kalem dan sopan . Bahkan hampir gak pernah bikin kesel . Cuma ini nih yang paling bikin Gita kesel , Alfen yang gak ada usahanya sama sekali soal memperjuangkan perasaannya dan Dara yang gak pernah peka soal Alfen .
Wajar memang karena mereka udah sahabatan dari orok , beda dengan Gita yang baru mengenal Dara dan Alfen waktu SMA . Itu juga karena Dara yang memaksanya bergabung saat kelompok biologi dengan Alfen juga tentunya . Walaupun Gita tau Dara mengajaknya hanya karena dirinya yang memang ketauan pinter di bidang biologi itu , tapi Gita gak pernah merasa dimanfaatkan . Karena Dara dan Alfen begitu tulus padanya .
Sayangnya Dara dan Alfen gak ada minat untuk melanjutkan ke jurusan kedokteran . Bagi mereka berdua cukup jurusan IPA waktu SMA yang bikin mereka enek tiap hari .
Selanjutnya obrolan Dara dan Gita gak jauh-jauh dari nostalgia soal jaman SMA mereka sampe kira-kira satu jam , Alfen muncul dihadapan mereka dan mengambil tempat duduk disamping Dara . " Sorry ya . Dadakan banget asli ."
" Lah balik lagi ? Gue aja hampir lupa kalo tadi kesini sama lo . Abisnya langsung ditinggal sih !" Ucap Dara dengan tatapan sinis .
Alfen malah nyengir . " Baper banget sih lo ! Perasaan baru dapet deh seminggu yang lalu ."
" Jadi lo nginget-nginget tamu bulanan gue ? m***m dasar !" Dara menjitak kepala Alfen cukup kencang sampe cowok itu meringis , Gita geleng-geleng kepala ngeliat kelakuan dua sahabatnya itu .
" Gimana gak inget , lo kan nyuruh gue beli pembalut di minimarket gara-gara nembus terus lo gak berani keluar rumah . Yeeee !!" Alfen berbicara sangat lancar seakan kejadian Dara yang "nembus" itu pun mengalir begitu saja dari mulutnya .
Dara makin melotot . " Gak sekalian aja lo bikin pengumuman ? Bocor banget lo !" Ia memutar bola matanya menyadari kebodohan Alfen ini .
" Kok so sweet sih ?"
" ndasmu so sweet . Ini mah namanya buka aib !"
Gita dan Alfen malah terkekeh .
" Eh iya betewe gue lagi suka sama senior gue ." Ucap Dara yang Alfen tau pasti ujung-ujungnya cerita soal Dion . Karena ia tak ingin Gita terus-terusan menanyakan perkembangan hubungannya dengan Alfen. Jelas hubungan mereka berdua akan tetap sama sampai kapan pun. Dara yakin itu.
" Really ?" Gita melirik ke Alfen , cowok yang berada disebelah Dara itu keliatan datar-datar aja . Fake face?
" Iya yang gue cerita deg-degan terus deket orang itu lohh !!! Tapi lo malah bilang gue aritmia . k*****t emang ."
Gita tertawa , sebenernya dia mengerti maksud Dara waktu itu tapi ia pura-pura gak ngerti aja . Ia pengen banget kedua sahabatnya ini menyadari bahwa mereka emang udah ditakdirin buat bersama . Cuma celahnya aja yang belom ada . Juga Dara yang sepertinya selalu menepis perasaan yang mungkin ia rasakan ke Alfen. Terbukti sejak SMA, saat Alfen sakit atau pun terkilir saat main futsal, Dara yang paling khawatir bahkan pernah sampai menangis.
Soal gak tau soal cinta , Dara jelas salah . Karena Gita lah yang paling peka terhadap perasaan kedua sahabatnya ini . Kadang ia menjadi penengah seperti sekarang ini kalo Dara dan Alfen lagi bertengkar . Gita juga yang nebak soal perasaan Alfen ke Dara , yang ternyata diakui cowok itu . Kalo soal perasaan Dara ke Alfen , Gita belum tau . Mungkin Dara juga ada rasa ke Alfen hanya saja belum ia sadari .
" Jadi orangnya kayak gimana ? Gantengan mana sama Alfen ?" Gita melirik Alfen yang sedang melotot kearahnya . Ia gak peduli .
" Ya Dion lah !! " Jawab Dara sambil melirik sinis ke Alfen yang daritadi gak merespon apa-apa .
" Kenapa gue dibawa-bawa sih yaelahh ." Alfen melipat kedua tangannya didada dan bersender pada kursi yang didudukinya. Dimana-mana kalo cewek lagi jatuh cinta jelas dimatanya pasti orang yang dicinta yang paling sempurna lah. Gita memang ngajak rebut kalo memberi pertanyaan.
" Suka-suka lah ." Ucap Gita , acuh .
Alfen rasanya ingin cepet pulang aja sekarang , karena ia bosen banget dengerin omongan Dara yang gak pernah jauh-jauh dari Dion . Dion , Dion dan Dion . Seperti ada sesuatu yang membakar di rongga dadanya .
Padaminnya pake apa sih kalo kebakarannya di hati ?