[ 00 - Mereka Bertemu ]
STORY 00 - Mereka Bertemu
***
Namanya dikenal begitu banyak oleh semua orang, tubuh tegap, tinggi nan ramping. Tatap manik keemasan yang dingin, dan tajam. Rambut panjang kecoklatan sedikit gelombang. Tidak ada yang pernah berani untuk sekedar berbicara selama beberapa menit dengan wanita itu.
Aura yang Ia keluarkan selalu tak bersahabat. Dingin, kaku, formal, cuek, dan hanya mementingkan pekerjaan. Demi mendapat title tinggi, dan uang banyak.
Edrea Ratu Raveena, sesuai dengan namanya. Wanita itu tumbuh sebagai sosok yang begitu dingin dan kaku. Sebutan gagak hitam menyeramkan tentu sudah tersebar kemana-mana.
Kalian boleh memanggil dia, Ratu. Nama yang katanya diberikan khusus pada wanita itu. Oleh kedua orangtua yang begitu antusias, membentuk karakter sempurna dalam diri Ratu.
Selama hidupnya Ratu hidup dengan kesempurnaan, semua ajaran kedua orangtua yang melekat di pikirannya. Tidak ada satupun orang yang berani mendekati wanita itu, karena sifat Ratu yang terlampau dingin.
Masuk ke dalam kategori wanita inspirasi pada beberapa tabloid terkenal berturut-turut sejak usianya menginjak 20 tahun. Dikenal sebagai pengusaha termuda, meraih banyak penghargaan.
Membangun perusahaan fashion yang mampu bersaing dengan siapapun. Baik nasional ataupun internasional. Menciptakan pundi-pundi uang. Kehidupan yang Ratu anggap sempurna.
Sampai akhirnya kedua orangtuanya membuat keputusan bodoh. Tanpa persetujuan Ratu. Mempertemukan wanita itu dengan seorang laki-laki asing.
Pertemuan pertama Ratu, di depan sosok asing yang memiliki kedudukan status berbeda dibanding dirinya.
Hidup dengan menggunakan kepintaran serta terfokus hanya mencari kekayaan, bertopang pada kata harta dan kesempurnaan.
Ratu tidak pernah salah dalam mengambil keputusan. Satu sugesti yang selalu melekat di pikirannya sampai saat ini, bahwa walau Ratu seorang perempuan bukan berarti dia bisa diatur oleh siapapun, tidak ada yang boleh mendapatkan posisi tertinggi selain dia.
Dari sanalah kehidupan Ratu dimulai. Kesalahan yang mungkin akan Ia lakukan. Rasa ego, harga diri, keras kepala itu seolah memberikan banyak pelajaran bagi Ratu.
Wanita kaku nan dingin yang tidak pernah mencintai siapapun selain pekerjaannya sendiri. Dalam kamus pun Ratu tidak menginginkan satu kata cinta masuk mengganggu kehidupannya.
Pertemuan mereka berdua, Edrea Ratu Raveena dengan Rajendra Rakha Arsenio. Cerita ini dimulai.
***
Laki-laki itu begitu hangat, hal yang pertama melekat dalam diri Ratu adalah senyumannya. Sangat tulus, memegang sebuah buket bunga.
Tidak ada merk mahal atau pakaian mewah melekat di tubuh laki-laki itu. Dia hanya menggunakan pakaian berkerah cream kecoklatan, celana panjang hitam, serta jam tangan hitam.
Raut wajah teduh, rambut pendek sedikit ikal, lengkap dengan setitik tanda lahir kecil di sudut bibir kanan. Kedua manik abu itu menatapnya tulus. Tubuh tinggi tegap melebihi Ratu. Tampan, tidak perlu diragukan lagi.
“Senang bisa bertemu denganmu, Ratu.” Suara baritone itu mengalun lembut.
Mungkin bagi kalian yang sering kali membaca buku n****+. Pasti akan berpikir bahwa di sini pemeran antagonisnya adalah laki-laki itu sendiri. Menjadi sosok jahat, dan tidak peduli pada siapapun.
Tapi kalian salah, tidak ada yang namanya wanita tersiksa di sini. Tak ada tangisan seorang Ratu, melainkan dengusan sinisnya. Bersidekap di depan d**a, memutar kedua bola mata sekilas. Ratu, membuat dirinya sendiri menjadi pemeran antagonist.
“Ya, senang bisa bertemu denganmu juga,” Menyambut uluran tangan laki-laki itu hanya beberapa detik saja, sebelum akhirnya melepaskan cepat.
‘Hh, kenapa ibu dan ayah harus memintaku bertemu dengannya?!’ batin wanita itu kesal. Dia bahkan harus mengcancel pertemuan rapat dengan beberapa investor hari ini karena alasan sepele.
Ratu sudah berusaha keras menghindari pembicaraan ayah dan ibunya tentang pernikahan selama beberapa bulan ini. Tapi sekarang, dia dipaksa untuk menuruti keinginan mereka.
Bertemu di sebuah restaurant kecil, Ratu hanya memesan satu cangkir kopi hitam pekat, tapi tidak ada niat untuk meminumnya sama sekali. Itu hanya menjadi tanda bahwa dia akan diam cukup lama di tempat ini.
Laki-laki di depannya masih tersenyum tipis, kali ini memberikan sebuah buket bunga, “Aku memetik ini langsung dari kebun rumah tadi pagi, kuharap kau suka,” ucap sang empunya singkat.
Menerima buket bunga berwarna-warni, salah satu bunga menarik perhatian Ratu. Lily liar, maniknya mengerjap sekilas. “Ini bunga lily liar ‘kan?” tanya wanita itu dengan nada datar.
Mengira bahwa laki-laki itu akan tersinggung dengan sikap tak sopan sang Raveena. Ratu malah menangkap kekehan tipisnya.
“Benar sekali, ibumu sempat menceritakan bunga yang kau sukai, jadi aku memetik langsung di kebun.” jelas sosok itu.
Senyuman bertemu dengan wajah datar Ratu. Benar-benar kontras, ‘Apa dia tidak capek tersenyum terus sejak tadi?’ Alis Ratu mengernyit bingung, merasa sikap laki-laki di depannya ini aneh sekali.
“Namamu, Rajendra Rakha Arsenio ‘kan? Aku harus memanggilmu apa?” tanya Ratu cepat.
Sosok itu tersenyum tipis, “Kau bisa memanggilku, Arsen,” jawabnya sigap.
Manik amber keemasan Ratu mengerjap beberapa saat, mengalihkan perhatian. Saat diantara mereka tidak ada yang ingin bertanya lagi.
‘Hh, aku bahkan belum sempat mengganti pakaian,’ batin wanita itu, menatap pakaian kerja berwarna coklat dan putih miliknya. Rambut masih tertata rapi, sangat formal. Ratu memang menyukai style seperti ini.
Kali ini menatap Arsen sekali lagi, laki-laki itu nampak santai menyesap kopi pahit miliknya. Manik yang awalnya tertutup menikmati aroma kopi perlahan terbuka, menatap Ratu lagi.
Tubuh Ratu reflek menegang, Ia mendehem tipis. Mengatur ekspresi agar tetap tenang, “Semua informasi yang diberikan oleh ayah dan ibuku, itu benar ‘kan? Kau tidak berbohong sama sekali?” tanya Ratu dingin.
Mengangkat salah satu kaki dan menyender pada kursi. Pose angkuh yang memang Ia sukai.
“Benar, aku tidak ada niat untuk berbohong. Nama, usia, bahkan pekerjaanku sebagai seorang florist.” jelas Arsen, menaruh cangkir kopi kembali di atas meja. Manik abu-abu itu menatap lekat Ratu.
“Tak untungnya untukku, bantuan dari keluargamu dan ketertarikanku menikahi Ratu. Hanya itu yang aku mau.” lanjutnya tanpa ragu.
Mendengar kata ‘bantuan’ Ratu reflek mendengus sinis, “Baguslah, itu berarti kau sudah tahu apa yang harus dan tidak boleh dilakukan jika kita menikah nanti.”
Kedua amber dan abu itu saling menatap lekat. Tanpa mengerjap, seolah yakin. “Tentu saja.” Dalam beberapa detik, bibir Ratu dan Arsen reflek berbicara kompak.
“Pernikahan ini hanya masalah status, aku tidak ingin siapapun memiliki peringkat atau jabatan yang lebih tinggi dariku, walau itu artinya suamiku sendiri.”
“Aku hanya perlu berperan sebagai suami bayanganmu tanpa berpikir untuk meraih jabatan yang tinggi dan mengganggu hidup istriku sendiri.”
Mereka seolah tahu, takdir apa yang akan terjadi. Pernikahan tanpa cinta. Apa bisa dikatakan seperti itu?
Edrea Ratu Raveena, wanita yang memiliki kedudukan tinggi selama ini. Menjadi pemimpin di perusahaan fashion miliknya. Seluruh hidup itu hanya Ia gunakan untuk bekerja, mencari uang dan memuaskan semua keinginannya.
Bersanding dengan laki-laki tampan. Rajendra Rakha Arsenio, sosok yang berprofesi sebagai florist. Tanpa pernah ikut campur dalam masalah politik, atau hal-hal yang berhubungan dengan perusahaan terkenal serta mengincar posisi jabatan.
Bagaikan kutub yang tidak bisa disatukan. Mereka berbeda. Karena hal itulah kedua orang tuanya menjodohkan Ratu dengan seorang laki-laki yang sama sekali tidak memiliki pengaruh besar baginya. Karena posisi sebagai direktur utama di anak perusahaan keluarga Ragnala, jatuh pada Ratu.
***
Jalan cerita seperti apa yang kalian bayangkan? Bagaimana mereka menjalani pernikahan dan perlahan saling mencintai?
Apa hal itu mungkin terjadi?
Jika selama ini hanya satu orang saja yang berusaha untuk terus bertahan, dan salah satunya berusaha menjauh.
Pernikahan mereka, semua hal yang kalian pikirkan. Siapa sosok antagonist sebenarnya di sini?
***
Hari itu mereka berjanji, mengucap ikrar suci di depan pendeta. Dalam balutan gaun berwarna putih, kecantikan Ratu tidak bisa dibayangkan.
Raut tanpa ekspresi, saat mengucapkan janji. Bahkan saat kedua maniknya menatap lekat Arsenio dalam balutan tuxedo hitam. Senyuman tulus sang Rakha masih nampak jelas. Tanpa keraguan, perlahan menyentuh salah satu pipinya.
“Apapun yang terjadi, aku akan selalu menepati janjiku, Ratu.” Suara baritone yang mengalun lembut, nyaris membongkar semua dinding pertahanan Ratu. Laki-laki itu mendekat, dan berbisik tipis tepat di samping telinganya.
“Kau tahu, aku benar-benar mencintaimu. Jauh sebelum kita bertemu saat itu,” Kalimat terakhir Arsen sudah cukup membuat tubuhnya menegang.
Maniknya sudah lebih dulu melihat seberapa dekat Arsen, menatapnya lembut. “Aku mencintaimu.” Kembali terucap.
Sebelum akhirnya bibir laki-laki itu mencium bibirnya lembut, menarik tubuh Ratu mendekat. Ciuman yang lekat, dan dalam.
‘Tidak boleh! Jangan sampai karena hal ini semua sikapku hancur! Ingatlah apa tujuanmu menikah dengannya!!!’ batin Ratu meronta, tubuhnya reflek bergerak.
Kedua tangan Ratu lebih dulu mendorong dadaa bidang Arsen tanpa Ia sadari. Ciuman mereka terhenti, di depan semua orang yang menyaksikan pernikahan mereka.
Arsen nyaris terjatuh, sebelum Ia berhasil menopang tubuhnya. Saat itulah semua sorak bahagia para tamu berubah menjadi hening, tubuh Ratu menegang shock.
Raut wajah yang tadinya nampak kaget langsung Ia ubah dengan cepat. Menjadi datar, berdiri tegap di depan Arsen. Wanita itu berbalik menatap pendeta.
“Setelah ini apa lagi yang harus saya lakukan?” tanya Ratu datar. Seolah tak peduli dengan semua pandangan dan tatapan Arsen.
Pendeta pun nampak kebingungan, untuk pertama kalinya dia bertemu dengan pasangan pengantin yang menolak untuk berciuman.
“A-ah, saya rasa sudah selesai, setelah ikrar janji, pengantin boleh keluar dan memberi salam pada beberapa tamu undangan di luar.” Jawab pendeta itu sedikit ragu.
Ratu berbalik, tanpa menatap Arsen lebih jauh, “Apa kita harus melangkah berdampingan?” tanya sang Raveena lagi.
Mengira bahwa Arsen mungkin akan membenci atau menatapnya penuh amarah. Tapi tidak sama sekali, setelah semua perlakuan yang Ratu lakukan. Kedua ekor matanya bisa melihat samar,
Senyuman hangat Arsen masih tercetak di wajah tampannya. Seolah tidak memiliki kebencian sama sekali, kali ini laki-laki itu bergerak tanpa ijin.
“Tentu saja, ini adalah sebuah tradisi, jadi kau tak boleh menolak, Ratu.” Kedua tangan Arsen langsung menggendong tubuh Ratu dengan mudah.
Manik Ratu melebar, tak bisa melakukan apapun selain memberontak. Setelah dia mendorong tubuh Arsen tadi, laki-laki itu malah kembali mendekatinya.
“A-apa yang kau lakukan? Turunkan aku, Arsen! Kita harusnya hanya berjalan saja!”
Tak mendengar perkataan Ratu, Arsen melangkah keluar sembari menggendong tubuh istrinya. Perjalanan hidup mereka baru dimulai sekarang.
Seberapa besar kekuatan Arsen agar bisa bertahan melawan sikap Ratu?
Seberapa besar penyesalan yang akan Ratu rasakan. Saat wanita itu berusaha melupakan bahkan tak menganggap penting sang suami dan putra-putranya nanti.
Cerita ini bukanlah menceritakan seperti apa jalan pernikahan mereka, layaknya buku-buku lain. Bukan juga menceritakan tentang sesuatu yang simple dimana mengubah benci menjadi cinta itu bagai membalik telapak tangan.
Ikutlah masuk, dan lihatlah seberapa besar penyesalan yang akan dialami pemeran utama wanita kita akibat perbuatannya sendiri.
This time, aku akan membuat kalian menangis, dan membenci pemeran utama kita. Enjoy hahaha!!