Cantika terdiam tepat setelah dia menutup panggilan teleponnya. Dan tak lama kemudian suara nada dering alarmnya berbunyi. Pertanda memang waktunya sholat Zuhur tiba. Cantika pun tersenyum, dia tak menyangka dalam hidupnya akan ada sosok yang mengingatkan untuk melaksanakan ibadah. Selama ini dia benar-benar hidup seperti seorang atheisme yang tak punya Tuhan. Sungguh di saat seperti ini, Cantika sadar. Berapa hina nya dia sebagai seorang insan. Menikmati segala hal pemberian Tuhan tanpa pernah menghadap pada Tuhannya. Lagi-lagi Cantika meneteskan air mata menyadari kebodohannya sebagai seorang manusia. Gadis itu pun menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan berat. Kemudian Cantika mulai melangkahkan kakinya mendekat ke arah Melia dan Kak Liana. Gadis itu pun menepuk bahu kakakny