***
Selamat membaca.
***
Bahkan jika kamu adalah ujung dari pencarian cinta sejatiku yang sesungguhnya, maka, rasanya aku akan memilih untuk tidak lagi hidup di dunia ini bersamamu.
Rasa sakit yang telah kamu berikan padaku rasanya bukan main-main lagi, aku mencintaimu dengan tulus, tapi, kamu malah memenangkan egomu dan menghancurkan hatiku hingga tak berbentuk lagi.
***
Fallany memejamkan matanya, rasa kantuk itu masih menghantui dirinya, rasa nyaman karena tengah berada di atas tempat yang paling indah di dunia membuat dirinya malas unntuk begerak, tapi, perempuan itu lagi-lagi melirik ponselnya, di sana, pesan masuk dari Jefri yang mengingatkan bahwa sore ini mereka akan betemu lagi-lagi menghancurkan angannya untuk terus bergulung di selimutnya.
Ya, apa yang terjadi beberapa hari lal, saat hubungan mereka yang genap menginjak usia enam bulan berpacaran, tidak berjalan mulus seperti hari jadi yang lalu-lalu, mereka sempat bertengkar, Fallany sempat terbakar api cemburu kepada Fella karena perempuan itu lagi-lagi memenangkan hati Jefri saat tengah bersamanya, Fallany juga sempat kecewa lagi kepada Jefri saat Jefri yang membela mati-matian Fella di depan Nayuta, yang membuat akhirnya Fella menyiram dua orang itu karena rasa marahnya sudah tidak bisa terkendali lagi.
Hari itu sekolah menjadi gaduh, lagi, Jefri dan Nayuta kembali masuk BK karena ulah sok superior itu, membuat Fallany tak lagi mengatakan apa pun, Jefri tidak bisa ditegur kalau itu bersangkutan dengan Fella, dirinya kadang merasa putus asa, dia menegur Jefri karena ingin laki-laki itu terhindar dari masalah, nyatanya, Jefri tetaplah Jefri yang selelau memetingkan Fella, dan melupakan apa yang baik serta yang buruk untuk dirinya sendiri.
Fallany menarik napas, mengumpulkan niatnya, ia begitu mencitai Jefri, hingga rasanya ia bisa menghadang seluruh masalah untuk menimpa Jerfi, berada di sisi laki-laki itu dan kembali memberinya nasihat, tapi, itu semua tidak lah cukup kalau pemilik dirinuya sendiri tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh Fella, kadang, Fella lelah mengahdapi Jefri dengan semaunya sendiri, memikirkan Fella saja tanpa mau melihat kesalahan yang sudah ia perbuat.
Ya, Fallany mencoba untuk mengerti bahwa Fella adalah perempuan yang harus dilindungi, tapi, Jefri juga harus paham, dirinya tidak boleh hanya menganggungkan Fella, Jefri juga punya tanggung jawaba atas dirinya sendiri.
Fallany akhrinya mencoba untuk bersemangat, Fallany bukannya tidak ingin bertemu dengan Jefri, hanya saja dirinya terlalu lelah dengan kelakuan laki-laki itu, akhir-akhir ini waktu Jefri lebih banyak kepada Fella, Fallany tak bohong akan hal itu, hampir setiap malam ayahnya Fella pulang ke rumah dan membuat kekacauan di rumah sepupunya itu, dan hampir setiap malam juga Jefri menemani Fella bersama Ibunya, walau Jefri datang bersama dengan teman-temannya, tapi, Fallany merasa bahwa waktu yang diberikan Jefri kepada Fella -- sahabat laki-laki itu sekaligus sepupu dirinya lebih banyak daripada waktu yang Jefri berikan padanya, sebagai seorang pacar.
Wajar rasanya kalau Fallany merasa cemburu, wajar rasanya Fallany tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Jefri tapi sekali lagi, rasanya dirinya tidak bisa menahan apa yang diinginkan oleh Jefri, si kepala batu itu.
Dress hitam selutut itu dilapasi jaket yang Jefri berikan kepadanya beberapa hari lalu menambahkan kesan bahwa Fallany adalah perempuan misterius, sepatu boot yang berwarna hitam semakin membuat perempuan itu terlihat sangat cantik, mobil merah milik Jefri membuat Fallany menghembuskan napasnya, rasa bahagia karena akhrinya bisa menghabiskan waktunya bersama dengan jefri nyatanya sama sekali tidak terlihat diraut wajah Fallany.
Tidak, bukannya dirinya merasa tidak bahagia, hanya saja, Fallany tahu baagaimana akhrinya hari ini terjadi, ayahnya Fella pasti akan pulang ke rumahnya dan membuat kekacauan hingga Fella menelpon Jefri dan membuat Jefri meninggalkannya.
Hal yangs sering kali terjadi, walau rumah Fella dan dirinya bertetangga, tapi, Jefri selalu meninggalkan Fallany disaat Fella menelponnya, hal itu benar-benar membuat Fallany dsangat kesal.
“Sayang,” ucap Jefri sambil menarik tubuh perempuan yang baru saja masuk ke dalam mobilnya itu, ke dalam pelukannya, dirinya sungguh merasa bersalah pada perempuan yang menjadi kekasihnya itu saat ini, apalagi disaat Bunda mengatakan bahwa beberapa hari lalu Fallany datang ke rumahnya, menemai Bunda memasak dan segala macamnya, padahal niat Fallany hari itu adalah bertemu dengan jefri, sedangkan dirinya tengah sibuk menemani Fella berjalan-jalan karena Fella suntuk di rumah.
Ya, Bunda menceritakan panjang lebar, seharian Fallany menunggu laki-laki itu di rumahnya, nyatanya Jefri tak kunjung pulang, hingga Fallany memilih untuk pulang pun Jefri sama sekali tak ada kabar, sungguh, membuat Jefri yang mengetahui hal itu merasa sedikit bersalah, kadang Jefri juga bingung dengan keadaan, dirinya mementingkan Fella karena Jefri merasa satu nasib dengan Fella, dirinya sudah pernah merasakan bagaimana dunia kejam kepadanya, bagaimana ayahnya yang selalu memukulinya, bagaimana keadaan yang begitu kejam padanya, dan Jefri hanya berniat membantu Fella saja, hanya itu.
Fallany tidak mengangkat tangannya untuk membalas pelukan laki-laki yang warna pakaiannya sama dengan dirinya kali ini, dirinya menahan napasnya, tidak ingin mencium wangi farpum yang sejujurnya Fallany sadari bahwa ini farpum kesukaan Fella, entah kenapa, rasa sakit karena semua yang berhubungan dengan Fella membuat perempuan itu merasa tidak nyaman berada di dekat Jefri.
Jefri sibuk dalam menyetir mobilnya, sedangkan Fallany juga sibuk untuk melihat ponselnya, genggaman di tangan Fallany membuat Fallany menoleh menatap Jefri yang kini mencoba mencuri pandang kearahnya. “Bisa jangan main ponsel dulu enggak, Fall?” tanya Jefri, sungguh, hari ini dirinya ingin menghabiskan waktu bersama dengan Fallany, tanpa ada yang menggangu dirinya sama sekali.
Fallany tersenyum hambar, “Aku enggak pernah ngelarang kamu dalam berperilaku, aku enggak pernah ngelarang kamu main ponsel waktu sama aku, atau pergi ninggalin aku saat kita jalan berdua, tapi, kenapa kamu malah ngatur aku begini, Jef?” Fallany membalik permintaan yang Jefri ucapkan kepadanya, “jangan berperilaku berlebihan Jef, jangan terlalu mendalami peran kamu,” ucap Fallany lalu menyimpan ponselnya, rasanya untuk melihat beberapa makanan di restoran yang akan mereka tuju kini berubah menjadi hambar saat mendengar teguran dari Jefri.
Jefri tersenyum kecut, ya, Fallany benar, dirinya tidak bisa meminta orang melakukan apa yang diinginkan dirinya, sedangkan dirinya juga tidak bisa melakukan apa yang diinginakn oleh orang itu, apalagi ini Fallany, kekasihnya. “Aku enggak mau berantem sama kamu,” ucap Jefri lagi.
Fallany kembali menjawab apa yang dikatakan Jefri, “aku enggak mau kamu tinggal lagi,” jawabnya, jujur saja, Jefri adalah orang yang sangat buruk, dia egois, ingin semua hal yang ia mau bisa ia gapai, tapi dirinya tidak bisa melakukan hal yang dituntut oleh orang lain kepadanya, dirinya hanya bisa menuntut saja.
Jefri lagi-lagi terdiam seribu bahasa, bukannya marah kepada Fallany, laki-laki itu malah menggandeng tangan Fallany untuk masuk ke dalam restoran yang memang sudah ia rencanakan untuk ke sini, bahkan sesekali ia juga mengecup punggung tangan perempuan itu, hatinya lagi-lagi bergetar saat Fallany kini mengucapkan beberapa kalimat yang tanpa sadar menegur dirinya, menegur perilakunya selama ini.
Makanan yang tersedia membuat Fallany akhirnya bisa tersenyum singkat, semua makanan kesukaannya ada di sana, membuat mata dengan binar itu kembali lagi, karena sepanjang perjalanan ke sini, Jefri hanya bisa melihat wajah kesal dan tidak mau mengalahnya Fallany.
“Selamat hari jadi ya Fall, ma’af kalau aku selama ini bikin kamu marah terus, tetap sama aku ya Fall,” ucap Jefri disela mereka memakan hidangan yang tersedia.
Jujur saja, Fallany mengangguk mengiyakan, dia mencoba untuk berada terus di samping laki-laki itu, “Selamat hari jadi juga Jefri, jangan jadi menyebal …..”
Getaran panjang ponsel Jefri membuat ucapan Fallany tertahan, perempuan itu sudah menebak apa yang terjadi setelah ini, apalagi panggilan itu berasal dari Fella, terlihat dengan jelas nama itu ada di sana. “Jangan main ponsel!” tegur Fallany setelah Jefri ingin menjawab panggilan itu.
Tangan Jefri sempat tertahan untuk tidak meraih ponselnya, tapi, Fallany harus menyadari, tahta di hati Jefri yang sesungguhnya adalah milik Fella, bukan dirinya, jadi, mau bagaimana pun Fallany menahan Jefri, semua akan sia-sia, Jefri menginginkan Fella, bukan dirinya, dan Jefri akan terus berlari menghampiri Fella, bukan memilih untuk menggengam tangannya lebih erat dan stay pada tempatnya saat ini.
“Fall,” lirih Jefri pada akhirnya, dirinya menyerah, menyerah untuk tidak mengikuti keinginan Fella, Jefri tidak bisa untuk menolak semua keinginan Fella, tapi Jefri juga tidak bisa meninggalkan Fallany sendiri, ia tidak bisa menjilat lidahnya sendiri.
“Pergi Jef, pergi aja, tinggalin aja aku,” ucap Fallany tanpa mau memandang wajah laki-laki itu. “Pergi semau kamu, pergi sesuai keinginan kamu, pergi kemana yang kamu mau, pergi ke perempuan yang ingin kamu lindungi itu,” ucap Fallany dengan cara memegang pisau makannya dengan kuat, sedetik kemudian Fallany bisa melihat Jefri yang meninggalkan kurisnya, Jefri yang meninggalkan dirinya, Jefri yang pergi kepada Fella.
Bahkan, laki-laki itu berani menjilat ludahnya sendiri, hanya demi perempuan yang bernama Xafella Alexander, sepupunya sendiri.
___