prolog

850 Kata
Wanita dengan lipstik merahnya itu melihat penampilannya sekali lagi dan merasa sangat sempurna. Gaun berwarna hitam dengan potongan tubuh atas yang rendah membuatnya terlihat seksi serta elegan seperti kesatuan. Seperti 'dewi' memang nama tengahnya. Cassie Irvadia Hartono sangat percaya diri malam ini memasuki sebuah bar. J'Land memang bar mewah yang sangat private, dan Cassie adalah member VVIP di sana. Bukan karena tempat itu milik sepupunya, melainkan Cassie menyukai apa yang ada di J'Land. Suasananya, musik, bahkan orang-orangnya. Berkelas. "Cassie! Di sini!" Sebuah sapaan memanggil namanya. Cassie langsung memasang senyum palsu yang sudah ia siapkan sejak awal ketika undangan diberikan. Musuhnya sejak SMA mengajaknya reunian dan Cassie pandai berakting. "Hai, Tav, long time no see!" Cassie menghampiri meja berisi teman-temannya semasa sekolah. Dan perempuan yang ia sapa adalah yang paling ia benci. Tavisa Wyne, si ratu ular SMA Mahardika! "Makasih udah mengundang aku," ujar Cassie setelah mencium pipi Tavisa. Ugh, sikap sok ramah ini menjijikkan. "Tentu aja aku harus mengundang kamu, Cassie. Prom Queen yang paling cantik dan baik hati." Tavisa tersenyum lebar seolah sangat senang dan Cassie tahu itu palsu. Dasar Penyihir. Tangan Cassie ditarik untuk duduk di sebelah Odie, teman sebangkunya ketika SMA. Odie adalah bukti hidup bahwa hubungan Cassie dan Tavisa tidak akrab. "Cassie, aku kira kamu nggak akan datang," bisik Odie. "Aku datang ingin lihat Tavisa pamer apa kali ini." Cassie balas berbisik. Hanya butuh waktu 10 detik, teman satu kelasnya yang lain bernama Sheila memancing, "Tavie, memangnya bener kamu mau dijodohkan sama Alex? Dia kan ganteng banget. Seksi." "Aku denger Alex baru saja masuk daftar billionare tertampan versi majalah TIME. Seorang pengacara dan juga pengusaha sukses. Astaga, kamu beruntung sekali kalau menikah dengan Alex, Tavisa!" Teman yang lain menimpali. "Bukannya Alex yang beruntung mendapatkan aku?" Tavisa tersenyum sambil menyesap sampanye perlahan-lahan membuat Cassie jengah. Dia pikir dia ratu? "Alex tipe yang seperti apa, Tavie?" "Aku baru bertemu dua kali tapi dia sangat baik dan romantis. Aku dibawakan bunga." "Aku iri!" Sheila sangat semangat dan berkata lagi, "kalau aku belum punya suami, aku ingin menikah dengan Alexander Madava." Alexander Madava? Namanya tidak asing di telinga Cassie. "Cassie, bukannya Alexander Madava itu teman kakak kamu, ya?" Odie membuka suara sehingga Sheila dan yang lainnya merubah fokus. "Itu betul, Cassie?" Sheila penasaran. "Berarti kamu kenal Alex secara personal?" Dan Cassie sadar bahwa pria bernama Alex yang jadi pembicaran adalah Alexander Madava, teman Arik—kakaknya. "Iya, aku kenal Alexander Madava." Hanya butuh kalimat itu untuk membuat kehadiran Tavisa terabaikan karena sekarang semuanya tampak ingin mengetahui informasi Alexander Madava dari bibir cantik Cassie. Cassie melihat Tavisa menjadi diam dan sejak dulu Cassie senang menjadi pusat perhatian sehingga ia meladeni teman-teman SMA-nya. "Kak Arik berteman sejak kecil dengan Alex jadi aku tahu bagimana dia. Playboy," ucap Cassie serius padahal ia juga hanya mendengar dari orang-orang. "Rumor." Tavisa langsung menimpali. "Hanya perempuan yang bukan tipenya Alex menganggap Alex playboy. Dia seorang gentleman." Cassie menatap lekat Tavisa. "Jadi kamu tipenya Alex?" "Of course. Keluarga aku dan Alex sudah membicarakan soal pernikahan." "Kamu serius nggak sedang berkhayal, Tavisa?" "Maksud kamu apa, Cassie?" Cassie menutup bibirnya sedikit seperti menahan tawa. "Alex memang lucu kadang-kadang. Masa mau menikahi kamu di saat sudah punya calon istri." Meja yang ditempati para perempuan itu menjadi heboh. "Alex sudah punya calon istri dan bukan Tavisa?!" "Ya, aku," ujar Cassie sangat percaya diri sehingga tak ada yang tahu itu adalah kebohongan. "Aku calon istri Alex." Apa yang baru saja kamu katakan, Cassie? Perdebatan di otaknya dimulai. Cassie tahu sangat berisiko mengatakan hal seperti itu—akan jadi gosip—terlebih ia tak terlalu akrab dengan Alexander Madava selain kenyataan bahwa sang pengacara itu adalah teman dari kakaknya. Tapi melihat Tavisa memasang ekspresi sangat terkejut dan wajahnya memerah menahan kesal, Cassie tak menyesali kata-katanya. Tavisa memang perlu diberi pelajaran. "Orang yang kita bicarakan ada di sini! Astaga, sangat tampan!" Sheila semakin heboh lalu ia menatap Cassie, "Maaf aku norak begini tapi calon suami kamu sangat seksi, Cassie. Aku tidak peduli kalau rumor mengatakan dia playboy. Alexander Madava sangat tampan!" "Yes, he is." Cassie semakin senang memainkan peran karena Tavisa menatapnya seperti mengajak berperang. "Sebentar ya," Cassie bangkit dari mejanya untuk menghampiri sesosok pria gagah yang duduk di meja bersama pria gagah lainnya. Jika Cassie tak salah menduga, Alex pasti sedang minum-minum bersama kliennya merayakan kemenangan sidang atau apa pun itu karena Cassie tidak peduli. Ia hanya ingin Tavisa Wyne melihat apa yang akan ia perbuat. Cassie tersenyum kepada Alex, dan pria itu sedikit bingung awalnya namun ia mengenali Cassie sebagai adik dari temannya. "Cassie? Datang dengan siapa?" Alex dengan sopan berdiri untuk menyapa Cassie yang mencium pipinya. Alex bingung lagi karena selama ia berteman dengan Arik Dierja Hartono, Cassie tak akrab dengannya. Di detik berikutnya, Cassie menghapus jarak wajahnya, menutup mata, dan mencium bibir Alexander Madava seolah pria itu memang kekasihnya. Tak bisa berpikir, Cassie akan bicara dengan Alex setelah ini dan menjelaskan segalanya. Ciuman ini hanya permainan. Cassie kira Alex akan mendorong tubuhnya menjauh dan tersinggung karena dicium sembarangan, namun Alex malah menarik pinggangnya mendekat dan membalas ciumannya. Sepertinya Cassie sudah melakukan permainan yang berbahaya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN