Flek

1137 Kata
Setelah kepulangan suamiku, aku beraktivitas seperti biasanya. Pagi berangkat kerja, sampai jam dua siang baru pulang ke rumah. Pagi ini, Sabtu, aku berangkat lebih pagi ke tempat kerja. Ku lihat di pos satpam ada Andi, satpam tempatku bekerja, Aris dan pak Ahmad sedang berbincang. Begitu melihat aku tiba dan masuk pekarangan, mereka tertawa sambil berbisik-bisik. "Ngapa berbisik-bisik sambil ketawa-ketawa nih? Ngejek ya?" tanyaku penasaran pada mereka bertiga. "Tidak ada Bu." jawab Andi cepat. "Wah, berseri wajah ibu hari ini." ucap pak Ahmad sambil ketawa. "Ah masa iya sih pak?" jawabku sambil bercanda. "Memang nampak berseri kan Ris?" timpal pak Ahmad sambil memandang Aris. "Iya pak, apalagi rambut Bu Elis basah makin segar dan berseri." Jawab Aris sekenanya masih sambil ketawa. "Sudah melepas rindu Bu?" (tanya pak Ahmad sambil menahan senyum). Lalu kujawab sekenanya "Sudah pak." "Setahun di tinggalkan ya Bu?" kata Aris masih sambil ketawa. "Iya, akhirnya merasakan juga ditinggal setahun Ris, berangkatnya tahun 2022 pulangnya 2023." jawabku masih sambil berdiri di depan pos satpam. Kulihat Andi yang masih bujangan senyum-senyum salah tingkah. Tak lama kulihat sepeda motor Iyan memasuki pekarangan tempat kerja, disusul beberapa karyawan lainnya. "Ngapa mbak?" tanya Iyan kepadaku "Itu, tiga pria ganteng menggodaku." jawabku sambil tersenyum lebar. Tak lama muncullah Ria, si biang heboh. "Ngapa kalian goda Bu Elis?" tanya ria pada mereka bertiga. (tiga pria ganteng) "Lagi wawancara Bu, apakah sudah melepas rindu atau belum?" Jawab pak Ahmad spontan. "Ah, sudah.. sudah! sebentar lagi jam kerja dimulai, yuk masuk!" kataku mengajak Ria, kalau tidak, bakalan bersambung terus tak ada habisnya. Suamiku masih melepaskan lelahnya, dan memulihkan kondisi kesehatannya. Mungkin karena perbedaan cuaca dan suhu di Indonesia dan Arab Saudi pada akhir tahun, dimana di Indonesia cuaca masih panas meskipun sedang musim hujan. Di Arab Saudi suhunya dingin, mungkin imbas dari musim salju di Eropa. Kegiatan sehari-hari suamiku masih di seputar rumah, karena orang-orang tua dulu, mereka belum boleh beraktivitas ataupun bepergian jauh sebelum habis empat puluh hari kepulangan dari beribadah haji maupun umroh. Waktu cepat berlalu. Tak terasa sepuluh hari sudah suamiku berada di rumah sejak kepulangannya. Aku pergi bekerja setelah menyiapkan sarapan, meskipun makanan untuk sarapannya beli diluar. Setelah sarapan aku bersiap-siap dan berangkat kerja. Kasih yang mengantarkan aku ke tempat kerja, lalu Kasih lanjut ke sekolahnya. Jam dua aku pulang. Seperti biasanya, aku selalu nebeng sama Aprin. Kadang-kadang masih diselingi berkumpul dengan teman-teman dekat untuk makan-makan dan bergosip bersama sebelum pulang ke rumah. Sampai di rumah, ganti baju, sholat Dzuhur dilanjutkan istirahat menjelang waktu Ashar. Terdengar suara qiraat dari speaker masjid di samping rumah, menandakan waktu Ashar sudah masuk. Aku bangun dari rebahan, ku matikan TV dan ku kecilkan volume kipas angin. Aku pun masuk kamar menyiapkan peralatan mandi. Setelah mandi, sholat Ashar, memberi makan ayam peliharaan ku dan memasukkan ke dalam kandang. Lalu ku lanjutkan nonton acara TV. Tak terasa senja pun tiba, kulihat jam sudah jam enam lewat lima menit. Speaker masjid sudah mengumandangkan suara qiraat penanda waktu Maghrib sudah masuk. Aku pun bergegas ke kamar mandi sekaligus WC untuk buang air kecil kulihat ada bercak darah di celana dalam ku. Akhirnya aku keluar dari kamar mandi. "Ngapa Bulik? cepatnya, sudahkah berwudhu?" tanya Kasih padaku karena melihatku bergegas keluar dari kamar mandi. "Bulik haid." jawabku singkat "Ohh.. Perasaan belum lama, masa sudah haid lagi." katanya lagi. "Bulik juga heran, padahal belum sampai tanggal nya kok sudah haid lagi" jawabku dengan nada bingung. Padahal biasanya siklus haid ku datang tepat waktu yaitu dua puluh delapan hari. Haid ku yang terakhir tanggal dua Januari 2023. Seharusnya aku haid lagi tanggal tiga puluh satu Januari. Ini kok tanggal dua puluh Januari sudah datang haid kataku dalam hati terheran-heran. Sekitar jam delapan malam aku buang air kecil lagi namun di pantyliner yang ku pasang cuma ada sedikit bercak darah. Tidak seperti haid sebelum-sebelumnya, biasanya begitu haid, darah keluar meski sedikit tidak berhenti. Keesokkan paginya, setelah bangun tidur aku buang air kecil, kulihat tak ada lagi darah yang keluar. Aktivitas pagi ku tetap seperti biasa. Aku berangkat kerja dan bekerja seperti biasanya. Pas istirahat makan siang aku buang air kecil di WC karyawan kulihat ada sedikit bercak darah lagi. Aku diam saja, tidak ada aku bercerita kepada sahabat-sahabat ku. Aku pikir, jangan-jangan aku mengalami menopause dini, karena haid ku yang sedikit. Sampai di rumah ku bilang ke suamiku "Bang, haid ku kok tak seperti biasanya, ini cuma sedikit bercak-bercak saja, sudah tu berhenti." kataku menjelaskan. "Kecapaian kalau..."katanya menggantung. "Mungkin juga ya bang, tapi adik tak ada kerja berat, juga tak ada berpikir berat yang membuat stres. Soalnya ini belum saatnya haid, majunya sepuluh hari lho bang dari tanggal haid yang seharusnya." kataku menjelaskan. Lagi asyik nonton TV sambil rebahan, tiba-tiba suamiku berucap, "Kasih, pijakkan punggung bapak Nak." pintanya pada Kasih. "Belum tua lagi sudah sakit pinggang." kata Kasih sambil merengut dan malas-malasan bangun dari rebahannya. Malamnya aku googling, haid dengan darah sedikit sebelum waktunya haid, kemungkinannya bisa pendarahan ovulasi. Pendarahan ovulasi ini biasa disebut flek, dengan sedikit darah yang keluar bisa berupa darah maupun bercak dengan warna yang berbeda dari darah haid. Tak terasa sampailah tanggal tiga puluh satu Januari. Hari yang ditunggu dengan rasa deg-degan. Kalau-kalau hari ini datang haid. Hari-hari selanjutnya berjalan sangat lambat. Untung ada turnamen futsal di kampung ku. Sehingga setelah pulang kerja kami janjian untuk nonton pertandingan tersebut. Padahal bukannya nonton pertandingannya tapi cari makanan di warung-warung yang jualan di sekitar lapangan futsal sambil ngerumpi sana-sini. Ada hal-hal yang tak biasa dilakukan suamiku, seperti selalu ikut kemanapun atau mencariku ketika aku pergi dengan teman-teman dan menanyakan jam berapa pulang jika aku belum pulang ke rumah. Suamiku yang biasanya cuek, setelah pulang umroh jadi sangat perhatian kepadaku. Tiga belas hari sudah lewat dari tanggal tiga puluh satu Januari, berarti hari ini tanggal empat belas Februari. Sudah tiga belas hari haid ku terlambat datang jika di hitung dari haid terakhir tanggal dua Januari. Karena rasa penasaran, aku pergi ke tempat embah, paraji atau dukun beranak dimana aku selalu berurut badan maupun terapi urut supaya aku bisa memperoleh keturunan. Seperti kita tahu, berdoa tanpa berusaha juga tidak akan membuahkan hasil, maka usaha dan ikhtiar, keduanya harus saling berdampingan. Aku minta tolong sama embah untuk merasa perutku, dan menurut beliau sepertinya perutku kencang-kencang seperti mau berisi. "Mbah, aku sudah telat tiga belas hari mbah. Coba rasa mbah, apa cuma telat apa mau berisi?" tanyaku. Sambil merasa perutku " Perutmu kencang-kencang ini, sepertinya mau berisi. Jangan dibawa lasak-lasak dan mengangkat yang berat-berat. Mudah-mudahan jadi rezekimu." kata Mbah penuh harap. "Iya Mbah." Jawabku. "Mudah-mudahan Aci pergi jauh-jauh untuk umroh, doa Aci di Mekkah terkabul untuk mendapatkan keturunan yang sudah lama." Kata mbah dengan suka cita juga. Lalu banyak pesan-pesan dan nasihatnya. Pantang-larang orang hamil dan lain-lainnya. Aku iyakan dan aku ingat, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Karena beliau sudah empat puluh tahun lebih menangani orang hamil maupun melahirkan, jadi pengalamannya bukan kaleng-kaleng.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN