Acara Perpisahan Fahri

1319 Kata
Akhirnya tiba juga waktunya pergi jalan-jalan untuk perpisahan untuk Fahri, sekaligus penyegaran otak bagi para ketiga saudara kembar Nadia, dan juga jalan-jalan perdana untuk Pian dan Nadia yang kini sudah semakin dekat saja seiring berjalannya waktu. Setelah persiapan sudah selesai dan juga tentunya setelah mereka salat zuhur bersama dan berdoa bersama meminta keselamatan dunia akhirat, dan kemudahan dalam menuntut ilmu selesai mereka tunaikan, rombongan itu pun pergi menuju garasi dari rung ibadah yang ada di rumahnya Nadia. Fahri dan Aichal bertugas mengeluarkan mobil dari garasi sekaligus sebagai sopir nantinya. Setelah dirasa cukup, pemanasan mesin mobil pun selesai. Mobil senia berwarna silver yang di bawa Aichal perlahan berjalan keluar dari gerbang rumah itu di ikuti mobil Avanza berwarna hitam yang di bawa Fahri di belakangnya. Kedua mobil itu berjalan keluar dari perumahan Griya Ellen Indah, menuju ke arah timur jalan mau ke Bandara Selaparang, lalu berbelok ke arah selatan Udayana menuju Rumah Makan Nusantara, mobil pun berhenti di parkiran rumah makan itu. Setelah dibangunkan oleh Pian, Nadia kebingungan kenapa kakak-kakak mereka berhenti di rumah makan Nusantara, tujuan mereka kan mau pergi jalan-jalan bukan mau bantu-bantu di rumah makan. Nadia akhirnya berbicara, dari awal duduk di dalam mobil Nadia sudah memejamkan mata, tertidur. Kebiasaan ini anak, kalau melakukan perjalanan di siang hari pasti sudah Nadia tidur di jalan, kecuali kalau dia bawa motor sendiri. “Kak Fahri, kenapa kita berhenti di sini? Kita kan mau jalan-jalan, kenapa malah ke rumah makan?” tanya Nadia heran. “Sudah jangan banyak tanya, turun cepetan!!” kata Fahri, bukannya ngasi jawaban, malah nyuruh Nadia turun. Pian pun membuka pintu mobil, “Ayo Nad, turun cepetan, kamu tidur aja kerjaannya dari tadi!! Kita di sini mau jemput orang.” kata Pian menjawab pertanyaan Nadia. “Oh.” Nadia hanya ber-Oh dan turun dari mobil mengikuti Pian, Fahri juga turun dari mobil. Saudara kembar Nadia sudah masuk duluan ke dalam rumah makan, kecuali Agil yang masih tinggal di mobil dan tidak ikut masuk... Nadia menghampiri kakaknya yang ada di dalam mobil sendirian, sementara Pian dan Fahri meninggalkan mereka masuk ke dalam rumah makan. “Kenapa kakak diem di sini???” tanya Nadia dari jendela mobil yang terbuka. “Males dek, kamu aja yang masuk sana!!! Ntar kamu bakalan ketemu ama orang-orang yang deket denganmu. Kakak enakan diem di sini, toh di dalem kakak juga nggak punya pasangan yang harus dijemput.” kata Agil seraya menoleh ke arah rumah makan. “Maksud kak apaan sih,? Bingung Nadia.” kata Nadia seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Sudahlah, nggak usah kebanyakan tanya!! Entar juga kalau kamu udah masuk ke dalem, kamu bakalan ngerti!!” kata Agil menyuruh Nadia cepat pergi. “Iya, iya, bawel!” Nadia meninggalkan Agil sendiri di mobil dan berjalan menuju ke dalam rumah makan.. Benar apa yang di bilang sama Kakaknya, ternyata ada empat orang wanita di sana yang sangat di kenalnya. Siapa lagi kalau bukan Ayu, Puput, Agri, dan Desi. Yang lebih mengagetkan lagi kedua saudara kembarnya kenal sama ketiga sahabatnya itu. Tapi itu belum seberapa, yang lebih mengagetkan bagi Nadia adalah Fahri yang sedang duduk di sampingnya Ayu. setau Nadia mereka kan sudah tidak saling berhubungan sama sekali, apalagi setelah mereka tamat dari SMA. Tapi kok sekarang mereka terlihat akrab? “Haii, ngelamun aja, sapa dong sahabat-sahabatmu sana!!!” kata Pian yang baru keluar dari ruangan tempat kamar mandi pengunjung, seraya menepuk bahu Nadia dari belakang. “Eh, ah, iya,” kata Nadia terbata. “Nad, sini!! Ngapain kamu berdiam diri kayak patung di sana?? Mentang-mentang lagi kasmaran. Nggak usah kaget, kita udah tau kok tentang hubungan kalian, jadi nggak perlu malu!!” kata Puput seraya melambaikan tangannya ke Nadia. “Iya nih pasangan baru, pake acara malu-malu segala.” kata Agri seraya tertawa kecil, nyindir saja anak-anak ini. Desi lagi ikut-ikutan main mata, menggoda Nadia. Ayu dan Fahri hanya tersenyum kecil ke Nadia. Pian pun menarik tangan Nadia ke tempat duduk para sahabatnya yang tak jauh berada kurang lebih satu meter dari tempat mereka berdiri, mengajak Nadia untuk bergabung. Kontak suasana jadi heboh. “CIE, CIE, EHM, EHM.” teriak ketiga sahabatnya dan saudara kembarnya menggoda. “Ribut banget sih kalian ini?” kata Pian menenangkan suasana. “Ya sudah.” kata Desi seraya kembali menyedot minuman yang ada di depannya. “Kok kalian bisa ada di sini?” tanya Nadia heran seraya duduk di kursi yang diambilkan sama Pian. “Iya dong, kitakan selalu ada dimana-mana.” kata Agri “Udah Gri, nggak usah becanda!! Kasian tuh Nadia, mukanya udah syok dari tadi ngeliat kita dan terutama kak Ayu bisa ada di sini.” kata Puput “Gini ya Nad, maaf banget sebelumnya kita nggak pernah ngasi tau kamu tentang hal ini, dan masalah kak Ayu dan kak Fahri biar entar mereka yang cerita sendiri. Ini tentang aku, Puput, Agri, kak Agil, kak Aichal dan kak Anul.” kata Desi mencoba untuk menjelaskan. “Sebenernya kita bertiga udah tau tentang Dhika setelah dua minggu kita dateng ke rumahmu, kita beraniin diri buat nanya ama ketiga kakak-kakakmu ketika kamu ninggalin kita ke taman untuk berpura-pura menemui Dhika. Tak lama saat kamu pergi ke taman, ketiga kakak kembarmu memasuki rumah, mereka baru pulang dari pengayaan di sekolah. Dan mereka pun ikut bergabung dengan kita, dan untungnya lagi kamu lama diem di taman jadi kita berenam terus bertukar cerita terutama membahas tentang masa lalu kamu,” lanjut Desi. “Kamu inget nggak Nad, waktu itu kita mengirim pesan bahwa kita mau pulang karena ada urusan. Tapi sebenarnya kita nggak ada urusan apa-apa yang harus kita kerjakan waktu itu, aku, Agri, Desi, kak Anul, dan kak Aichal pergi ke Rumah Makan untuk bantu-bantu di sana. Sementara kak Agil nggak ikut bergabung ama kita, karena dia mau pergi ke pengajian yang ada di mushola perumahan di sana. Sejak itu aku, Desi, kak Anul, dan kak Aichal semakin dekat dan akhirnya sebulan setelah kita saling kenal kita berdua jadian dengan kakakmu kecuali Agri dan kak Agil,” tambah Puput, Nadia hanya terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata pembantahan. “Kita sengaja nggak cerita tentang hal ini sama kamu, karena kita mau jaga perasaan kamu, kita hargai masa lalu kamu yang belum bisa kamu lupain dengan terus berpura-pura mengikuti alur cerita khayalan kamu, dan kita juga terus memainkan drama kita untuk perlahan merencanakan sesuatu yang akan bisa membuat kamu berubah dan bangkit dari keputusasaanmu.” Agri ikut melanjutkan cerita, sepertinya mereka sudah menyusun skenario untuk menceritakan semua yang telah mereka rencanakan buat mengubah kehidupan Nadia, cara mereka bercerita sangat teratur dan tak hanya satu yang menceritakan melainkan semua yang ada di sana juga ikut menyambung cerita dari yang lainnya. “Sampe akhirnya kita menemukan jalan keluar dari semuanya, kita mendapatkan sebuah rencana yang akan membantu kita dalam mengembalikan keceriaan dan menarik kamu dari kenangan masa lalu mu dengan Dhika” Aichal ikut bicara “Agri cerita kalau di kelasmu ada teman cowok yang suka ama kamu dari pertama kali kamu menginjak SMANTI, dan cowok itu ternyata sekelas denganmu dari kelas satu.” kata Anul “Dari pertama aku liat kamu waktu mengambil formulir pendaftaran di SMANTI, dari sejak itu aku tertarik dan sayang ama kamu. Entah kenapa aku ngerasa begitu dekat denganmu walaupun aku tak mengenalmu waktu itu. Kamu juga ngingetin aku ama adek aku yang udah meninggal sepuluh tahun yang lalu, wajahnya mirip banget sama kamu Nad, makanya aku sering gangguin kamu karena aku ngerasa kalau kamu adikku. Bukan karena itu aja, tapi ada sesuatu yang aneh juga ketika aku melihatmu. Aku merasa tak asing dengan kehadiranmu, aku ngerasa begitu dekat denganmu dan itulah yang jadi alsan utamanya aku sayang sama kamu.” giliran Pian yang bercerita. “Oh jadi gitu ceritanya, jadi rumah itu kakak tawarin ke orang tuanya Pian kan, setelah ketiga sahabat aku cerita tentang perasaannya Pian dan karena kebetulan juga orang tuannya Pian mau beli rumah baru, begitu kan??” kata Nadia menyimpulkan semua cerita dari ketiga sahabatnya, kakak-kakaknya, dan juga Pian.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN