“Woii, kamu kenapa? Ngelamun aja dari tadi?” kata Agri seraya menepuk bahu Nadia dari belakangnya.
Nadia yang lagi duduk menyendiri di bangkunya langsung spontan menepuk d**a. Nadia tidak menyadari kalau ketiga sahabatnya sudah ada dibelakangnya. Dia sedari tadi memang menyendiri seraya menunggu ketiga sahabatnya itu datang di meja dekat kolam air mancur yang ada di Rumah Makan Nusantara milik orang tuanya, sore ini pengunjung agak sepi jadi ada banyak tempat yang kosong. Rumah makan Nusantara ini sangat luas, dan terletak di pinggir jalan di Taman Udayana, salah satu taman yang di kunjungi oleh orang-orang di wilayah lombok barat. Tempat tongkrongan semua kalangan kecuali manula, hehehe.
“Kalian ini bikin aku kaget aja!!” protes Nadia
“Siapa suruh ngelamun, ntar kesambet lho, udah tau di sini banyak penghuninya tapi masih saja ngelamun!!!” kata Desi.
“Tau ini anak, ntar kesurupan baru tau rasa.” tambah Puput
“Kalian tuh yang jadi penghuninya.” Celetuk Nadia dengan sinis nya.
Ke tiga sahabatnya tak meladeni lagi, karena kalau diterusin bisa panjang ntar ceritanya dan bakalan tambah nggak jelas apa yang diomongin. Mereka ke sini juga untuk melaksanakan misi, jadi harus memanfaatkan waktu.
“Kamu kenapa sih Nad??? Belakangan ini kami perhatiin kamu sering ngelamun, lagi mikirin Pian ya?” tanya Agri.
“Ya begitulah.” jawab Nadia singkat seraya menatap kearah sahabat nya itu.
“Wiih, tumben kamu mikirin dia. Udah insyaf ya Bu??” canda Agri
“Kurang ajar, kamu kira aku udah buat dosa besar apa pakai acara insyaf segala.” kata Nadia.
“Becanda, maksudnya nggak biasa-biasanya kamu mikirin Pian apalagi sampai mikirin dia? Dan anehnya lagi, udah satu minggu semenjak kalian jalan sekolah bareng, kalian nggak pernah ribut lagi, udah nggak kayak Tom and Jarry lagi, tapi emang sih sih Tom ama Jerry juga bisa sahabatan. Atau kalian emang udah sahabatan ya?? Syukur banget kalau kayak gitu. Sekarang kalian malah sering diam-diaman, terus nggak pernah nanggepin olok-olokan temen-temen kelas, mungkin karena kalian udah tetanggaan ya makanya jadi akur, Alhamdulillah,!” kata Agri panjang lebar, ini anak padahal agama Hindu, tapi bisa dengan fasih nya ucapin Alhamdulillah, mungkin karena dia juga sering dengerin temen-temennya.
“Nad, udahlah cepat aja buat keputusan!!! Sekarang itu kamu cuma butuh waktu buat nerima kenyataan Nad?” tambah Puput.
“Keputusan apa Put? Kenyataan apa lagi? Nggak ngerti Nadia!!!” kata Nadia bingung.
“Nadia, Nadia, kenapa kamu jadi tulalit sih sekarang mentang-mentang udah damai ama Pian. Ya apa lagi kalau bukan masalah perasaan kamu ke Pian,” Desi ikut-ikutan bicara, tapi Nadia tambah nggak ngerti.
“Apaan sih maksudnya,?” kata Nadia tambah bingung, ya memang sih belakangan ini Nadia sedikit aneh, semenjak Pian jujur tentang perasaannya.
Nadia yang biasanya suka marah-marah kalau disebut-sebutin nama Pian sekarang malah diem aja, bahkan jadi tambah bingung dengan ucapan lawan bicaranya.
“Bener-bener kamu itu ya, jadi lemot sekarang. Begini ya aku jelasin, sebenernya kamu itu dari dulu juga punya perasaan yang sama kayak Pian, tapi kamu itu terlalu gengsi dan egois buat mengakuinya!” kata Puput mencoba menjelaskan, tapi belum selesai Puput bicara eh Nadia sudah nyeletuk duluan menghentikan omongannya Puput.
“Jangan suka buat kesimpulan sendiri gitu dong!” bantah Nadia
“Jangan motong pembicaraan orang gitu dong, nggak sopan! Puput itu belum selesai ngomong. Jadi jangan komentar dulu,!” cela Agri.
“Tau ini anak, kebiasaannya nyeletuk saja. Sekarang kamu dengerin dulu, jangan komentar sebelum kita izinin kamu buat komentar!” tambah Desi.
“Jadi aku mau disidang nih?” tanya Nadia seraya menatap wajah ketiga sahabatnya yang sedang berdiri mengelilinginya.
“Iya, kamu disidang.” jawab ketiganya kompak seraya melotot ke arah Nadia dan kedua tangan mereka juga menggebrak meja.
Nadia jadi ketakutan melihatnya. Merekapun mengambilnya posisi duduk yang tepat, Puput duduk tepat berhadapan dengan Nadia, Desi di samping kiri Nadia, dan Agri di samping kanan Nadia.
“Nad, nggak ada yang buat kesimpulan sendiri. Kita semua berbicara sesuai. fakta yang ada.” Puput pun memulai sidangnya.
“Betul, kamu kira kita nggak pernah merhatiin kamu apa? Di saat-saat tertentu kamu itu suka nyuri waktu buat liatin Pian, dan itu sering banget kita pergokin kamu” tambah Desi, Nadia memandang Desi dengan tatapan heran dan tak percaya.
“Dan terkadang juga kamu itu tersenyum ketika melihat Pian bertingkah-laku aneh, dan senyummu itu yang beda, beda banget. Kayak ada sesuatu yang tersembunyi di balik senyummu. Dan itulah yang sering kita lihat” timpal Agri
Nadia mulai diserang. Sampai-sampai Nadia tidak bisa bicara, saat Nadia mau bicara ketiga sahabatnya pada nyeletuk satu-persatu untuk menghalangi Nadia. Baru mulut Nadia menganga, Puput sudah ngoceh duluan.
“Nad, mungkin temen-temen kita di kelas nggak menyadari akan hal itu. Nggak akan menyadari apa yang sebenernya terjadi dan yang dikatakan oleh hatimu. Yang mereka tau, kamu itu bener-bener benci, dan sangat-sangat membenci Pian. Tapi kita nggak menganggapnya seperti itu, kita sahabat kamu jadi tau kamu seperti apa” kata Puput
“Pastinya Nad, makanya kita itu sadar akan satu hal, kalau kamu itu juga suka sama Pian. Apa sih susahnya tinggal jujur sama perasaan kamu sendiri? Kalo kita mah nggak apa-apa kamu bohongin seribu kali, kita cuma bisa coba untuk percaya sama kebohongan mu! Tapi, apa hati kamu bisa terus-terusan kamu bohongin? Nggak Nad.” tambah Desi.
“Nad, kita udah tau semuanya. Termasuk tentang Dhika. Oke lah kalau kita fine-fine saja kamu bohongin, walaupun sedikit kecewa juga sih.” kata Agri seraya menggelengkan kepalanya, sambil terus melanjutkan perkataannya, ”tapi ya sudahlah, kita terima aja Nad. tapi sampai kapan kamu bakalan terus menghindar dari kenyataan Nad??” lanjut Agri
“Kamu sengaja terus berkhayal tentang Dhika yang masih ada dalam kehidupanmu untuk menutupi perasaan kamu ke Pian. Kamu merasakan banyak kesamaan antara Pian dengan Dhika tapi kamu selalu mencoba buat menghilangkan pikiran dan perasaan itu. Sayangnya itu nggak akan bisa. Siapa tau semuanya memang benar, Pian itu adalah reinkarnasi nya Dhika walaupun raga mereka beda tapi jiwa mereka sama. Nad, sekarang adalah waktu untuk dapetin kebahagiaan kamu kembali! Kebahagiaan yang sempet tertunda dari Dhika, dan kebahagiaan itu akan dilanjutkan oleh Pian cobalah terima itu Nad!” tambah puput.
“Cukup, cukup, cukup semuanya,! Hentikan,! Aku udah nggak mau lagi dengerin ucapan kalian,! Aku tau, aku salah sudah bohongin kalian dengan cerita-cerita Dhika yang selalu ada di kehidupan aku tapi kenyataannya dia sudah nggak ada, Dhika udah meninggal. Maaf, maaaaf banget!!! Aku tau, aku salah. Tapi kalian juga nggak bisa maksa aku buat suka atau sayang sama Pian, atau apalah lagi,? Kalian nggak ada hak buat maksa aku terima Pian jadi penggantinya Dhika! Kalian ngerti?” Nadia yang sudah panas karena tidak terima dengan ucapan ketiga sahabatnya itu.
Tapi memang ucapan ketiga sahabatnya itu tidak salah kok, semuanya sesuai apa yang ada di hatinya tapi pikiran di otaknya saja yang tidak mau menerima kata hatinya itu. Jadi karena merasa terpojok makanya Nadia tambah membantah ucapan ketiga sahabatnya.
“Nggak ada yang maksa kamu Nad, termasuk kita. Malahan yang ada, kamu yang selalu memaksakan diri buat nggak mau nerima kenyataan yang ada dan terus membohongi perasaan kamu sendiri. Nad, cobalah untuk jujur dengan hati kamu! Aku yakin dengan itu kamu bisa melupakan Dhika dan menghilangkan khayalan hampa kamu itu.” ujar Puput
“Kalo ngomong itu emang gampang Put, ngejalaninnya yang susah!” Nadia membela diri.
“Kamu bener. Kalo sekedar ngomong, itu emang gampang tapi ngelakuinnya yang susaaaaaaah benget,” suara seseorang dari belakang mereka. Nadia sangat mengenal pemilik suara itu, dan diapun cepat-cepat menoleh ke sumber suara itu.
“Kak Ayu, kok kakak ada di sini,?” tanya Nadia sedikit kaget dengan kedatangannya Ayu dengan tiba-tiba.
“Tadi kebetulan kakak lewat sini, terus ngeliat kamu ngumpul bareng temen-temen kamu dari kejauhan. Ya udah jadinya kakak ke sini aja, sekalian lihat-lihat suasana siapa tau bisa ngembangin imajinasi kakak.” kata Ayu menjelaskan. Tapi buat Nadia ada yang aneh, aneh banget.
Okelah, Rumah Makan Nusantara ada di pinggir jalan raya, tapi jaraknya itu sekitar kurang lebih sepuluh meter mana jalanan nya kan ramai, sudah gitu meja tempat duduknya Nadia dan ketiga sahabatnya ada di ruangan dalam bukan di halaman. Terus bagaimana bisa ayu liat mereka? Mana setau Nadia, Ayu kan tidak bisa ngeliat jarak jauh (miopi). Dan ketiga sahabat aku juga tiba-tiba ada di sini dan langsung mengintrogasi ku. Mereka juga tau semua rahasia Nadia,? Tapi Nadia tak begitu peduli dengan semua itu, yang dipikirin sekarang gimana caranya meyakinkan hatinya sendiri agar mau nerima semua yang terjadi dalam kehidupan nyatanya.
Ayu pun ikut bergabung bersama mereka, dia mengambil tempat duduk di bangku kosong yang ada di sampingnya Puput. Ayu tak perlu memperkenalkan diri ke sahabat-sahabatnya Nadia karena mereka udah saling kenal. Ayu langsung ikut angkat bicara membahas permasalahan yang terjadi, walaupun dia baru datang tapi dia udah tau apa yang di bicarakan oleh Nadia dan ketiga sahabatnya. Hebatkan??
“Apa yang dikatakan sahabat-sahabat kamu itu bener banget. Cobalah untuk jujur dengan hati kamu sendiri Nad. Dengan itu kamu akan bisa melupakan kenyataan yang ada. Memang nggak mudah, tapi berusahalah buat trus mencoba, nggak ada kata nggak bisa. Lagian nggak ada salahnya kamu mencoba Nad? Kita bisa dengan gampangnya menciptakan sebuah kisah yang indah dalam kehidupan kita, tapi untuk melupakan kisah yang indah itu tidaklah mudah, bahkan bisa sangat sulit untuk kebanyakan orang. Apa lagi menerima sebuah kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan kita, itu juga nggak mudah. Dunia imajinasi emang sangat indah, dan terkadang betapa buruknya dunia nyata. Tapi kita harus bisa menerima semua yang terjadi di dunia nyata, dunia dimana kita sesungguhnya berada. Karena itulah kehidupan kita yang sesungguhnya. Kehidupan nyata juga tak selamanya buruk, karena kehidupan itu akan selalu berganti seiring dengan perputaran waktu. Ada kebahagiaan, kesedihan, keceriaan, penderitaan, karena itu semua adalah cobaan hidup yang harus kita jalani dan syukuri. Jadi jalani aja semuanya dengan hati tulus dan ikhlas, dan yang paling utama mensyukuri apapun yang di berikan Tuhan, dengan itu kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang takkan bisa tergantikan.” kata Ayu panjang lebar
ketiga sahabatnya Nadia hanya bisa terdiam dengan wajah terheran-heran dan rasa kagum mereka atas kalimatnya Ayu yang bisa membuat Nadia terdiam tanpa mengeluarkan komentar sedikitpun. Karena kalau mereka yang bicara pasti Nadia banyak ngebantahnya, tapi beda ketika Ayu yang ngomong.
Ayu pun tersenyum setelah menyelesaikan pembicaraannya. Ketiga sahabatnya Nadia juga ikut tersenyum, sementara Nadia hanya bisa merenung menundukkan kepalanya, kayak orang mau mengheningkan cipta saja ini anak. Hehehe. Cukup lama juga Nadia merenung, dan orang yang ada di sekelilingnya hanya bisa duduk terdiam menunggu reaksi Nadia dan mengucapkan sesuatu. Mereka jadi deg-degkan menunggu kata-kata yang keluar dari mulut Nadia, ini lagi sama saja lebainya, udah kayak orang mau nunggu acara pengundian hadiah saja pakai deg-degkan segala. Aneh-aneh saja.
Setengah jam kemudian Nadia pun mengangkat kepalanya, nggak pegel apa itu kepala nunduk setengah jaman??. Ayu, Desi, Agri, dan Puput yang tadinya sibuk dengan obrolan mereka masalah kondisi SMANTI saat ini, langsung menghentikan curhatan mereka setelah melihat Nadia sudah selesai dengan semedinya. Dari pada mereka nungguin Nadia yang kelamaan dengan perenungannya jadi mereka bercerita-cerita saja.
Senyum Pun mengembang di wajah Nadia dan perlahan bibirnya bergetar mengucapkan sesuatu.
“Yeah, aku akan mencobanya seperti saran kalian, mencoba untuk jujur sama hatiku sendiri.” ucap Nadia lembut. Sontak ketiga sahabatnya dan juga Ayu teriak bahagia, stres ini orang-orang.
“HORREEEEEE, akhirnya.” teriak mereka kompak, tatapan heran dari orang-orang yang ada di Rumah Makan itu tertuju pada mereka, tapi mereka tak menghiraukannya. Mereka hanya tertawa dan Nadia hanya tersenyum. Dasar orang-orang aneh??
Obrolan mereka pun terus berlanjut, raut wajah kebahagiaan pun menyertai diri mereka.
****