Naya mulai menerima kenyataan bahwa Atan udah bener-bener jadi milik Fray.
Buktinya pagi ini mereka berangkat sekolah bareng dan saling bergandengan tangan saat mengantar ke kelas cewek itu di lantai dua.
Naya menghela napas dari koridor kelasnya melihat dua sejoli yang keliatan bahagia banget itu. Sekilas ia melihat Fray menatap kearahnya kemudian kembali menatap Atan sambil memeluk lengan cowok itu dengan manja.
" Kok gue gak suka liat Fray ya. Jadi inget Kanya." Ucap Aryo yang entah sejak kapan sudah berdiri disamping Naya dan melihat apa yang Naya lihat.
" Kedengeran Atan bisa diabisin lo." Ucap Naya sambil ketawa.
Aryo mengangguk. Atan kalo udah suka sama orang pasti bakal berusaha sekuat tenaga buat ngelindungin orang yang dia suka. Sama halnya kayak Kanya dulu. Aryo menatap Naya dengan prihatin. " Tapi lo gapapa?"
Naya menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyum yang sedikit dipaksakan. " Gue gapapa." Ucapnya berusaha untuk tegar.
Siapapun pasti tau Naya kenapa-kenapa dengan wajah sembap dan lingkaran dibawah mata yang menandakan cewek ini kurang jam tidurnya. " Heh kampret!!! Udah jadian mah peje lah! Diem-diem aja lo!" Sahut Naya begitu Atan muncul dari ujung koridor kelas sebelas.
Atan malah cengengesan seperti biasa. Aryo cuma senyum aja liat fake smile Naya dan kebegoan Atan.
" Ayo dah nanti siang makan dikantin gue traktir!" Sahut Atan dengan girang. Sepertinya ia bener-bener bahagia.
Bagas keluar dari kelasnya begitu denger kata traktir. " Yeyyy di traktir!!"
" Dasar si lemot! Giliran traktir aja tuh otak saraf nyambungnya cepet ya." Aryo mengapit leher Bagas dengan lengannya sambil tertawa.
" Salah lagi kan Bagas mah!" Sahut Bagas yang mulai kehabisan napas.
.....
Naya memukul-mukuli samsak didepannya, kadang ia tendang dengan jurus harimau, sabit dan menjulang.
Semua jurus yang diajarkan waktu eskul dia keluarkan semua hingga keringat bercucuran membasahi dahi dan lehernya.
Beberapa teman satu eskulnya sudah mulai bubar karena jadwal latihan rutin sebelum turnamen sudah selesai sejak satu jam yang lalu. Tapi Naya merasa butuh sedikit pelampiasan, setidaknya ia butuh lelah malam ini agar bisa tidur nyenyak.
Naya gak mau kelihatan lemah apalagi didepan Fray yang entah kenapa ia memiliki perasaan gak enak soal cewek baru Atan itu. Tapi gak mungkin juga ia ceritakan ke Atan, kesannya pasti bakal jelek banget. Toh Fray juga gak melakukan hal aneh-aneh.
Hanya sekedar feeling seorang Naya yang telah melindungi dan jadi tameng Atan selama hampir seumur hidupnya.
" Latihan boleh tapi butuh istirahat juga. Jangan sampe pas turnamen kondisi fisik lo malah lemah karena latihan yang dipaksakanapalagi cuma buat pelampiasan." Ucap Dirga yang memang beberapa hari ini menjadi dekat dengan Naya, seakan menggantikan Atan.
Dirga selalu menemani Naya hingga cewek itu bener-bener selesai latihannya. Ia melempar sekaleng pocari kearah cewek itu dan Naya menangkapnya dengan sigap. " Tapi pukulan lo kenceng juga ya buat ukuran cewek."
Naya membuka tutup kaleng minumannya dan meneguknya. Ia tersenyum mendengar pujian dari Dirga. " Mau nyoba ngerasain?"
Dirga menggeleng. Lalu terkekeh. " Bonyoknya nanti aja pas turnamen. Masa sebelum turnamen gue udah bonyok duluan kan gak lucu."
" Biar lawannya kasian nanti sama lo, Ga." Naya tertawa.
" Gak lah makasih. Gue masih harus nganter lo balik dengan selamat. Masa gue sendiri yang gak selamet." Dirga duduk tepat disamping Naya yang kelihatannya telah menyelesaikan pelampiasannya.
Dibanding cewek-cewek lain yang melampiaskan kekecewaan mereka dengan jalan-jalan, atau belanja bahkan ke Bar.
Naya berbeda.
Pelampiasannya adalah ke samsak. Memukulnya sekuat tenaga, gak peduli tangan atau kakinya sakit . Demi melegakan sedikit sesak dihatinya, cara cewek ini lebih unik.
Dirga sadar.
Dia telah jatuh cinta.
Setelah dikecewakan dengan Kanya dulu. Ini pertama kalinya Dirga jatuh cinta lagi. Tadinya ia pikir ia akan jatuh cinta dengan cewek yang mirip dengan Kanya seperti Atan yang jatuh cinta dengan Fray.
Kalo diliat-liat Kanya dan Fray agak mirip. Manjanya, protektifnya dan sedikit egois mungkin. Kelihatan dari Fray yang gak pernah gabung dengan gengnya Atan tapi lebih memilih menarik sendiri cowok itu bersamanya.
Sementara Naya jelas berbeda. Cewek yang keliatan sedikit tomboy dan galak ini punya sisi lembut dan sisi manis tersendiri, bahkan sisi rapuh yang membuat Dirga sendiri takut untuk menyentuh Naya akan membuat cewek ini bener-bener hancur berkeping-keping.
Tapi Naya gak selemah kelihatannya. Dia masih tegar, setidaknya diluar.
" Mau kerumah gue gak? Nyokap masak banyak hari ini."
Naya mengangkat sebelah alisnya dan menatap Dirga, berusaha menormalkan pendengarannya. " Lah tumben?"
" Iya soalnya nyokap ulang tahun. Biasanya kita bakal makan nasi kuning bareng sama bokap, sama adek gue juga. "
" Duh! Gue gak enak, Ga. Kayaknya sakral banget tuh acara. Gue kan bukan siapa-siapa di keluarga lo." Naya jadi panik sendiri karena ia sama sekali gak pernah main kerumah cowok lain selain Atan, Aryo dan Bagas. Kecuali Anggara dulu. Itu juga karena dipaksa.
Dan kali ini Dirga. Tapi rasanya kok aneh ya kalo kerumah Dirga. Bikin Naya sedikit nervous?
Dirga tersenyum mengerti. " Gapapa. Tapi temenin gue nyari kado dulu buat nyokap ya. Dia pasti seneng kalo gue bawa tamu. Jadi tambah rame."
Naya menghela napas berat, bagaimana pun juga Dirga udah baik dengannya selama ini. Jadi Naya juga gak enak mau nolaknya. " Iya deh asal gak langsung dilamar aja ya guenya," candanya. Bikin Dirga ketawa ngakak.
" Gak lah. Paling lulus SMA kok." Balas Dirga.
Jawaban Dirga barusan bikin Naya sedikit bersemu, tapi cewek itu mengalihkan pandangannya untuk menyembunyikan rona merah yang tiba-tiba muncul dikedua pipinya.
" Ya udah yuk. Keburu kesorean nih. Nyokap juga udah SMS barusan." Dirga bangkit dan membereskan tasnya. Naya mengikutinya. Ia mengunci pintu ruang latihannya dan memasukan kuncinya ke tas.
Di sebuah Mall ternama di Jakarta selatan.
Naya dan Dirga berkeliling di setiap toko. Mulai dari toko sepatu, tas bahkan pernak pernik.
" Nyokap lo sukanya apa?"
" Dia suka cewek yang pinter masak, bisa ngurus rumah ... "
" Bukan mantu yang nyokap lo suka. Ih Dirga rese!"
Dirga ketawa begitu berhasil menggoda cewek disampingnya ini. " Iya maaf. Nyokap gue sih suka pernak pernik gitu. Dia ngoleksi patung-patung kecil buat jadi pajangan."
Naya mengangguk mengerti.
Dari sebuah kaca etalase besar sebuah toko pernak-pernik Naya melihat sebuah patung berbentuk love yang dikelilingi lingkaran seperti danau berisi butiran-butiran mengkilap. Naya langsung masuk ke toko itu diikuti Dirga. Ternyata itu seperti lampu kamar karena begitu dinyalakan maka sinar dari love itu kelihatan sangat cantik.
" Itu?" Tanya Dirga saat melihat Naya nyengir kearahnya sambil mengarahkan dagunya ke lampu love itu. Ia mengangguk setuju kemudian membayarnya. " Yuk balik."
" Kerumah gue?" tanya Naya begitu mendengar kata balik, pasti dipikiran orang kan balik kerumah masing-masing.
Dirga menghela napas, gak nyangka Naya bakal sering mengerjainya seperti ini. Walaupun ia tau kalo Naya sedikit rese. " Ke rumah gue dulu. Lo lupa jalan pulang sayang?" Ia sengaja balik menggoda Naya sambil merangkul pundak cewek ini.
Tubuh Naya menegang begitu sebuah tangan merangkul pundaknya dan panggilan Dirga padanya. " Sialan!" Dirga malah terkekeh.
" Loh kak Naya sama Dirga?" Tanya Fray yang ternyata sedang di mall ini juga, bersama Atan tentunya. Atan keliatan gak suka liat Naya jalan sama Dirga apalagi tangan Dirga yang merangkul Naya.
" Jauhin ih tangan lo." Atan mengibaskan tangan Dirga dari pundak Naya. " Naya ngapain sih jalan sama dia?"
Naya melotot. " Suka-suka gue. Sono lo pergi elah! Bosen sumpah liat lo mulu."
Atan memeluk pinggang Fray. " Yuk Fray. Awas ya Naya kalo kangen jangan minta kelonin." Ucapnya sebelum bener-bener pergi.
Naya mengatur napasnya yang memburu, Atan bener-bener sialan. Dia membuatnya terbang dan jatuh sekaligus. " Yuk ah! Gue jadi laper."
Dirga mengangguk.
Rumah Dirga ternyata cukup besar, tidak mewah tapi lebih ke bentuk minimalis dengan halaman besar didepannya yang ditanami berbagai tanaman bunga.
Dirga membuka pintu gerbangnya dan memasukkan mobilnya ke halaman. Ia membukakan pintu mobil untuk Naya dan menggandeng cewek itu ke dalam rumahnya.
" Sorry kalo rumahnya sederhana," ucap Dirga.
Naya menggeleng cepat. " Rumah lo lucu tau. Unik." Ia tertarik dengan bangunan rumah minimalis ini, warna abu-abu yang dipadu dengan warna ping muda.
Dirga tersenyum mendengar pujian Naya soal rumahnya. Ia pun mengajak Naya masuk kerumahnya.
" Wah! Siapa ini Gaga?" Seorang wanita 40-an menyambut Dirga dengan senyumnya yang sangat manis.
Naya tau darimana senyum manis Dirga berasal.
" Temen sekolah Dirga mah. "
Tante Fani menggamit lengan Naya dan membawa cewek ini keruang makan. " Yuk makan langsung. Tante udah masak banyak. Nanti kapan-kapan masak bareng ya."
Naya mengangguk canggung tapi ia tetap menuruti Tante Fani keruang makan.
Ayah Dirga, Om Beny sudah menunggu disana sambil tersenyum menyambut Naya. Naya balik tersenyum dan mengangguk sopan.
Dirga duduk disamping Naya kemudian menyerahkan kado yang tadi ia beli. " Naya yang pilihin nih, mah. Selamat tambah tua ya," ucapnya sambil mencium kedua pipi Ibunya.
" Kamu ya mamah masih muda gini juga."
Naya mengulum senyum mendengar ucapan ulang tahun Dirga ke tante Fani yang gak ada romantis-romantisnya. Entah terakhir kali kapan ia bisa makan seperti ini selain dengan keluarga Atan. Keluarga Dirga adalah keluarga kedua yang mengajaknya makan bareng seperti ini.
" Sering - sering main kesini ya. Tante suka sendirian soalnya. Mereka kan pada sibuk." Tante Fani memonyongkan bibirnya kearah om Beny dan Dirga.
Seorang anak berumur sekitaran tujuh tahun turun dari tangga dan langsung mengambil tempat duduk disamping Naya. " Hay kaka cantik. Masih cantikan yang ini dari yang dulu," ucapnya.
Naya sadar anak ini membicarakan soal Kanya.
" Mulutnya mau disambelin ya Difa?" Dirga mengacungkan sendok berisi sambal. Jadi adiknya Dirga bernama Difa.
Difa malah nyengir. Beda dengan Dirga yang agak dingin dan cuek, Difa lebih keliatan cewek ceria.
" Yaudah yuk dimakan. Masakan Fani paling enak loh," ucap Om Beny membuat tante Fani bersemu.
Naya ikut tersenyum.
Satu yang Naya tau.
Keluarga Dirga harmonis.
Sama seperti keluarganya dulu . Iya dulu .