KONFRENSI PERS

2017 Kata
Pagi harinya, maskas Kepolisian Kota Besar dipenuhi dengan banyak nya wartawan, baik wartawan ncetak maupun elektronik. Monza dan Miller lah, yang menjadi incaran mereka semua. Monza dan Miller ke luar dari dalam ruangan mereka dan menghadapi para Pemburu Berita yang berkerumun, untuk mendapatkan berita dari mereka. Monza dan Miller, merasa heran mengapa para wartawan itu begitu cepat mengetahui berita mengenai pembunuhan kedua. Padahal mereka sudah berusaha menutupinya serapat mungkin. Kasus mereka bisa jadi akakn menjadi kacau dengan adanya opini dari banyak orang dan juga orang-orang yang kemudian menjadi sok tahu dan sok pintar dalam menganalisis peristiwa pembunuhan yang terjadi. Itulah sebabnya detektif Miller dan detektif Monza sangat tidak suka saat mengetahui, kalau berita tentang pembunuhan Aline sudah tersebar luas dan menjadi santapan umum. Sorotan kamera dan lampu blitz kamera langsung saja mengenai wajah dan tubuh Monza dan Miller, corong microphone pun dengan tidak sabar disorongkan kepada mereka. Monza meminta tolong kepada salah seorang petugas kepolisian yang berjaga untuk membuat tenang para wartawan yang bertanya tidak sabar, bagaikan ngengat yang ketemu kuntum bunga. Setelah situasi menjadi tenang dan damai, Monza pun mulai untuk mengungkapkan beberapa fakta mengenai pembunuhan yang terjadi, “Selamat pagi, rekan-rekan wartawan semua. Kami tidak mengetahui dari mana kalian mendapatkan informasi yang menyebabkan kalian semua dengan tidak sabar berkerumun di sini. Kami hanya akan memberitahukan beberapa fakta umum saja dan kami tidak akan memberitahukan semua detil mengenai pembunuhan yang terjadi, karena dapat mempengaruhi jalannya penyelidikan kami.” “Korban bernama Aline Thompson, berumur 16 tahun dan juga merupakan siswi di Senior High School Valey. Keluarga di bunuh dengan pisau.” Hanya itu saja informasi yang dapat kami berikan, kami minta hentikan kalian membesar-besarkan masalah ini dan membuat Sang Pembunuh nya merasa senang, karena ia telah berhasil mendapatkan perhatian dari semua orang.” Tambah Monza lagi. Monza dan Miller, kemudian memberikan waktu kepada para wartawan yang hadir untuk bertanya. Salah seorang wartawan Televisi lokal mengacungkan jarinya, Miller pun mempersilahkan kepadanya untuk bertanya. “Nama Saya Susana dari Valey Television, benarkah ini adalah pembunuhan berantai dan Sang Pembunuh meninggalkan sebuah pesan berupa puisi, sama sepereti korban pembunuhan sebelumnya?” “s**t!” Umpat Miller. Ia pun mennjawab pertanyaan dari Susana dan ditatapnya dengan tajam, wanita yang dikenal sebagai wartawati yang sangat cerdas dan selalu berhasil mengorek informasi dengan caranya yang cerdas. Namun, hal itu tidak akan berlaku pada Monza dan Miller, sedapat mungkin mereka tidak akan memberitahukan semua detil mengenai peristiwa pembunuhan yang terjadi. “Memang benar, Sang Pembunuh meninggalkan pesan berupa puisi, dan kami masmih belum mengetahui apa makna puisi yang ditinggalkan oleh Sang Pembunuh. Apakah itu merupakan petunjuk darinya ataukah hanya sekedar puisi yang merujuk kepada pribadi korban.” Kata Miller. “Terlalu dini untuk mengatakan, kalau ini adalah pembunuhan berantai, kita masih belum dapat memastikan apakah pelaku korban pembunuhan Aline sama dengan pelaku pembunuhan Karen, sebelumnya.” Tambah Miller lagi. Monza menghentikan Susana yang hendak bertanya lagi, ia memberikan kesempatan kepada dua orang wartawan lagi untuk bertanya, sebelum mereka tutup konfrensi pers pada hari ini. Seorang wartawan radio bernama Matt, mendapat giliran berikutnya untuk bertanya. Pria itu bertanya, apakah semua siswi di Senior High School Valey harus waspada, bisa jadi mereka lah yang akan menjadi target berikutnya dan apakah akan diberlakukan jam malam untuk mengatasi situasi yang terjadi saat ini. Monza lah yang akan menjawab pertanyaan dari wartawan itu dan ditatapnya Matt dengan tatapan mengintimidasi, ia sangat tidak suka dengan pertanyaannya barusan. “Seperti yang sudah dikatakan oleh rekan saya barusan, kita belum mengetahui apakah pelaku pembunuhan ini adalah orang yang sama dan apakah yang menjadi korbannya itu hanyalah pilihan acak saja, tidak mesti siswi di Senior High School Valey. Kita tidak akan memberlakukan jam malam, untuk mengatasi situasi yang ada saat ini. Kami minta tolong, kasus ini jangan dibesar-besarkan dan biarkan kami bekerja dengan tenang, hingga kami dapat menuntaskan kasus pembunuhan ini dengan cepat. Kemudian, Miller mempersilahkan kepada penanya terakhir, kali ini yang mendapatkan giliran adalah wartawan cetak, yang diwakili oleh seorang wartawan Koran lokal bernama Donnovan. Pria itu pun bertanya, “Benarkah pelakunya adalah seorang seniman yang memiliki dendam kepada siswi di Senior High School Valey?” Monza lah yang menjawab pertanyaan dari Donnovan, “Pertanyaan Anda terlalu berlebihan, kita belum dapat memastikan identitas si pelaku, apa pekerjaan dari si pelaku kita juga belum, mengetahui. Apakah pembunuhan ini berlatarkan dendam ataukah hal lainnya, kita juga belum tahu dan kami tidak akan membuat suatu kesimpulan yang asal saja. Jangan membuat opini yang hanya akan menambah kacau situasi.” Peringat Monza. “Kami harap kalian semua para wartawan membantu kami, jangan membuat berita yang dibesar-besarkan yang hanya akan menimbulkan keresahan di masyarakat. Percayalah kami akan bekerja dengan keras untuk menuntaskan kasus ini. Kami akan mengerahkan segenap kemampuan kami untuk menangkap pelaku pembunuhannya yang sebenarnya. Konfrensi pers kami akhiri cukup sekian dan selamat pagi, semoga kita semua dapat melakukan perkerjaan kita dengan baik.” Tutup Miller. Monza dan Miller kemudian berjalan meninggalkan lokasi konfrensi pers menuju ke mobil milik Miller. Mereka akan menuju ke sekolah Aline untuk menemukan beberapa bukti yang mungkin saja dapat menjadikan petunjuk untuk mereka. Monza yang menyetir, sementara Miller begitu menyandarkan kepalanya di sandaran jok mobil langsung saja tertidur dengan suara dengkurannya yang terdengar nyaring. Mereka memang belum sempat beristirahat untuk tidur. Kasus pembunuhan Aline dan Karen sangat menyita energi dan fikiran keduanya. Monza tersenyum mendengar suara dengkuran Miller yang sangat nyaring, menandakan betapa lelahnya Miller. Jarak antara markas mereka dengan Senior High Valey yang lumayan jauh memang dapat dimanfaatkan untuk beristirahat sebentar selama dalam perjalanan. Satu jam kemudian, Monza mematikan mesin mobilnya dan melepaskan seatbelt di pinggangnya. Sementara Miller, tidak usah dibangunkan pun, ia langsung bangun dari tidurnya. Ia juga langsung melepaskan seatbeltnya dan langsung turun dari mobil dan menyusul Monza yang sudah berjalan terlebih dahulu. Monza dan Miller berjalan menyusuri sepanjang jalan menuju ke aula dengan pandangan yang menatap ke seluruh ruangan yang mereka lewati. Mereka juga memperhatikan siswa-siswi yang mereka lewati. Saat melewati toilet, Miller pun masuk ke dalamnya dan langsung saja berjalan menuju ke wastafel untuk mencuci wajahnya. Terlihat kedua matanya berwarna merah, karena kurang tidur. Selesai mencuci wajahnya, Monza pun langsung saja ke luar dari toilet dan menyusul Monza yang sudah terlebih dahulu menuju ke ruangan kepala sekolah. Monza mengetuk pintu ruangan Mrs.Dorothy Moris, kepala sekolah dari Senior High School Valey. Begitu terdengar suara yang mempersilahkan untuknya masuk. Miller dan Monza pun langsung saja masuk dan mereka pun duduk di kursi yang ada di ruangan Mrs.Dorothy. Ketiganya tidak perlu berkenalan lagi, karena mereka sudah pernah bertemu beberapa kali sebelumnya. “Kenapa setiap kalian datang kemari, pasti berita buruklah yang akan kalian sampaikan. Saya sudah mendengar berita mengenai tewasnya salah seorang siswi saya. Apakah sisiwi-siswi saya menjadi target dari seorang psikopat gila?” Tanya Mrs.Dorothy. “Maafkan kalau kedatangan kami selalu untuk menyampaikan berita duka kepada Anda. Kami sendiri juga tidak menghendakinya, tetapi mau bagaimana lagi. Inilah tugas kami dan memang faktanya seperti inilah.” Sahut Miller. “Kami tidak dapat mengatakan apakah pelaku dari pembunuhan ini adalah seorang psikopat dan kami juga tidak dapat memastikan apakah semua siswi yang ada di sekolah ini dalam bahaya. Kami hanya meminta kepada Anda sebagai seorang kepala sekolah, untuk meminta kepada siswi-siswi anda, apabila bepergian jangan seorang diri dan kalau di rumah untuk selalu memastikan semua jendela dan pintu tertutup dengan rapat.” Monza ikut menambahkan. “Baiklah, saya akan mengumpulkan semua siswa dan siswi saya di gedung pertemuan dan saya minta kepada anda untuk menenangkan mereka semua. Anda tahu, sejak peristiwa pembunuhan Karen dan sekarang dengan terbunuhnya Aline, telepon saya terus saja berdering. Mereka meminta kepada saya untuk memastikan dan menjamin keselamatan anak mereka. Bagaimana mungkin saya dapat menjamin keselamatan dari anak-anak mereka, sementara pelakunya sendiri saja saya tidak mengetahui.” Kata Mrs. Dorothy panjang lebar. “Kepala saya rasanya mau pecah, mendengar suara telepon saya yang tidak pernah berhenti berdering.” Tambah Mrs.Dorothy lagi. “Kami tidak tahu, harus berkata apa atas ketidak nyamanan yang anda rasakan, karena jujur saja kami sendiri pun juga merasakannya.” Jawab Miller. “Maksud kedatangan kami kemari untuk bertanya mengenai keseharian Aline di sekolah dan apakah ia memiliki musuh. Kami juga ingin mengetahui sahabat, kekasih dan teman dekat dari Aline.” “Aline di sekolah dikenal sebagai anak yang popular, karena wajah nya yang cantik dan juga sifatnya yang ramah dan mudah bergaul. Meski harus saya akui, kalau ia akhirnya menjadi anak yang sombong dengan kepopulerannya itu.” Terang Mrs. Dorothy. Monza dan Miller mencatat keterangan dari Mrs. Dorothy. Monza kemudian meminta kepada Mrs. Dorothy agar memberikan nama-nama teman segrup dari Aline. Mrs. Dorothy pun menyebutkan nama beberapa anak yang merupakan sahabat dan teman satu grup Aline. Mrs. Dorothy melalui pengeras suara yang terhubung ke masing-masing ruangan dan mengumumkan kepada semua siswa dan siswi untuk berkumpul di gedung pertemuan satu jam lagi. Mrs. Dorothy, menceritakan kalau, satu hari sebelum kematiannya, Aline mendapat hukuman dari sekolah, karena kedapatan merokok. Ia mendapatkan tugas untuk membuat ringkasan dari beberapa buku. Bahkan pada saat upacara penghormatan terakhir Karen, Aline terlihat sedang meminjam buku di perpustakaan sekolah. Monza dan Miller mengucapkan terima asih kepada Mrs. Dorothy atas kerja samanya dan mereka minta ijin untuk melihat-lihat ke seluruh lingkungan sekolah, mereka juga meminta ijin untuk melihat rekaman CCTV di sekolah ini. Mrs. Dorothy mengijinkan Miller dan Monza untuk melihat ke sekeliling ruangan dan juga untuk melihat rekaman CCTV, bahkan ia mengijinkan Miller dan Monza untuk membawa rekaman CCTV itu untuk diperiksa. Ia beralasan melakukan semua itu, karena ia mau secepatnya ditangkap pelaku yang sudah membunuh kedua orang siswinya. Mrs. Dorothy mengingatkan kepada Miller dan Monza untuk hadir di gedung pertemuan nanti. Monza dan Miller menyetujui untuk hadir di gedung pertemuan tersebut, kemudian mereka ke luar dari ruangan Mrs. Dorothy. “Kedua korban kita memang orang-orang yang popular di sekolah ini, tetapi kita tidak dapat dengan cepat memutuskan, kalau sang pembunuh memang mengincar siswi yang popular ataukah hanya kebetulan saja siswi popular yang menjadi korbannya.” Kata Miller. “Kau benar sekali, kita tidak dapat memastikannya. Pembunuh kita ini sangat cerdas sekali, ia membuat kita menjadi kesulitan untuk melakukan penyelidikan. Tetapi, sepintar-pintarnya ia, semoga saja ia melakukan kesalahan yang dapat membuat kita mampu mengungkap siapa sebenarnya pelaku kita ini.” Sahut Monza. Monza dan Miller sampai di kantin sekolah, di sana terlihat sepi, karena semua siswa nya sedang mengikuti pelajaran. Monza dan Miller pun mendatangi petugas kantin yang bertugas sekolah tersebut. Kedatangan Monza dan Miller dengan jaket lusuh dan pakaian yang sedikit tidak rapi, karena keduanya belum sempat berganti pakaian membuat curiga petugas kantin. Monza dan Miller kemudian mengeluarkan tanda pengenal mereka dari balik saku jaket. Petugas kantin sekolah itu menganggukkan kepalanya dan mengajak keduanya untuk duduk di salah satu meja yang ada di ruangan tersebut. Mereka pun duduk di meja yang sama, wanita yang menjadi petugas kantin sekolah dengan nama Marie pun bertanya kepada Miller dan Monza maksud dari kedatangan mereka. Monza dan Miller memperkenalkan diri mereka dan mengatakan maksud dari kedatangan mereka adalah untuk melakukan penyelidikan atas kasus meninggalnya Aline. “Apakah anda mengenal Aline? dan bagaimana ia saat berada di kantin?” Tanya Miller. “Tentu saja saya mengenalnya, karena ia gadis yang populer, tetapi saya tidak mengenalnya secara pribadi. Saya hanya mengenalnya, karena ia sering di sebut anak-anak dan juga sering menjadi pusat perhatian karena kecantikannya.” terang Marie. “Apakah ia disukai semua orang? atau ada yang tidak suka dengan kepopulerannya?” tanya Monza. “Menurut saya wajar saja, kalau ada yang tidak suka dengan kepopulerannya, akan tetapi setahu saya tidak ada yang berlebihan dalam ketidaksukaan mereka semua kepada Aline.” Tambah Marie. Monza dan Miller juga bertanya, pernahkah Marie melihat Aline terlibat pertengkaran dengan siswa lainnya dan dijawab oleh Marie, kalau ia memang pernah melihat Aline terlibat pertengkaran dengan salah seorang siswi lainnya, tetapi ia tidak mengetahui apa penyebab pasti perkelahian keduanya. Marie, meskipun statusnya sebagai sahabat Aline, ternyata ia tidak terlalu menyukai Aline juga, dikarenakan sikap Aline yang terkadang menyebalkan dan suka memerintah seenaknya sendiri. Monza dan Miller melihat jam tangan mereka dan sudah waktunya merea untuk menghadiri pertemuan dengan para siswa di sekolah ini. Monza dan Miller berpamitan dengan Marie, mereka juga mengucapkan terima kasih untuk informasi yang sudah mereka berikan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN