Monza dan Miller sampai di gedung pertemuan, mereka pun duduk di depan, di samping Mrs. Dorothy. Keduanya bersiap untuk memberikan pengarahan kepada para siswa di Senior High School Valey.
Suasana ruangan yang tadinya riuh menjadi sunyi, setelah Mrs. Dorothy mulai berbicara. Wibawa Mrs. Dorothy sangat ditakuti oleh para siswanya.
Mrs Dorothy pun mengumumkan mengenai salah seorang siswi yang ada di sekolah mereka memang benar telah meninggal dunia dan Mrs. Dorothy juga meminta kepadanya semua pelajar di Senior High School Valey untuk tetap tenang dan jangan menjadi panik karena pemberitaan di luar sana.
Mrs. Dorothy juga mengatakan telah hadir di hadapan mereka semua dua orang detektif polisi yang bertugas untuk menangani kasus pembunuhan Aline dan Karen. Sebelum mengakhiri sambutannya Mrs. Dorothy meminta kepada semua siswi nya untuk tidak ke luar rumah apabila tidak perlu dan setelah jam pelajaran usai langsung saja pulang, tidak usah nongkrong atau mampir ke tempat-tempat lainnya.
Kalimat terakhir dari perkataan Mrs. Dorothy mendapat sahutan berupa keberatan dari sebagian siswa dan siswinya. Mrs. Dorothy menatap tajam semua murid nya dan Ia pun menambahkan, kalau semua ucapannya itu adalah demi kebaikan mereka semua.
Mrs. Dorothy, kemudian mempersilahkan kepada detektif Monza dan Miller untuk menyampaikan sambutan mereka. Monza dan Miller pun mulai memberikan sambutan dan pengarahan mereka kepada siswa-siswi di Senior High School Valey.
Detektif Monzalah yang pertama kali berbicara dan Ia pun meminta ijin kepada Mrs. Dorothy untuk berdiri dalam memberikan sambutan. Ia mengajak kepada rekannya detektif Miller untuk turut serta berdiri.
Monza menatap ke semua siswa yang hadir, ia mengambil nafasnya sejenak, “Selamat pagi menjelang siang semuanya. Perkenalkan, nama saya detektif Monza dan ini adalah rekan saya detektif Miller, kami bertugas di kantor kepolisian Kota Tua. Saat ini kami menangani kasus pembunuhan yang menimpa dua orang teman kalian semua, yaitu Karen dan Aline.”
“Kami tidak dapat memastikan, apakah pelaku pembunuhan ini memang mengincar siswi yang sekolah di sini, ataukah ia hanya memilih secara acak saja korbannya. Kami juga tidak dapat memberikan kepastian apakah ini adalah pembunuhan berantai, karena ini baru dua pembunuhan, bukan berarti kami menganggap remeh kedua pembunuhan yang sudah terjadi. Hanya saja, kami belum bisa memastikan apakah kedua pembunuhan itu saling berkaitan atau tidak.” Kata Monza panjang lebar.
“Kami hanya meminta kepada kalian semua untuk mengurangi dahulu kegiatan di luar rumah dan laporkan kepada kami, apabila kalian menemukan sesuatu hal yang mencurigakan. Apabila kalian takut, nomor telepon kalian disadap, kalian bisa datang langsung ke markas kepolisian untuk memberikan laporan kalian.” Tambah Monza.
Monza dan Miller, kemudian secara bergantian memberikan pemahaman kepada para siswa yang hadir pentingnya untuk tidak sendirian saja saat bepergian, terutama kepada para siswa perempuan. Mereka juga meminta kepada para siswa yang hadir untuk saling peduli.
Selesai dengan sambutan dan pengarahannya kepada para siswa di Senior High School Valey, Monza dan Miller mendatangi beberapa orang remaja putri yang merupakan sahabat dari almarhumah Aline.
Mereka pun duduk di kursi yang ada di gedung pertemuan, setelah siswa-siswi yang lainnya ke luar meninggalkan gedung. Barulah Monza dan Miller mulai perbincangannya dengan keempat orang sahabat almarhumah.
Keempatnya terlihat terguncang dengan mata yang sembab bekas menangis. Menurut pengakuan mereka semua, mereka tidak menduga, kalau sahabat mereka akan meninggal dengan cara dibunuh.
Monza dan Miller bertanya kepada keempatnya, apakah mereka pernah melihat Aline terlibat perkelahian dengan siswa dan siswi lainnya. Mereka semua pun menjawab pernah. Aline memang menjadi remaja yang sombong semenjak ia menyadari, kalau ia menjadi remaja yang popular di sekolahnya.
Mereka juga mengatakan kalau Aline pernah menolah cinta beberapa orang pria dengan cara yang sedikit kasar dan membuat mereka merasa dipermalukan.
Monza dan Miller pun mencatat pernyataan dari keempat sahabat almarhumah, mereka juga mencatat nama-nama pemuda yang pernah ditolak oleh Aline cintanya dengan kasar.
Monza dan Miller mengantongi tiga nama pemuda yang cintanya pernah ditolak oleh Aline. Monza dan Miller pun mengakhiri perjumpaannya dengan keempat sahabat dari mendiang Aline. Mereka juga memberikan kartu pengenal dan berpesan kepada mereka berempat untuk tidak pernah sungkan dan takut menghubungi mereka berdua, kalau saja teringat sesuatu yang bisa jadi hal itu merupakan petunjuk untuk membantu menemukan pembunuh sahabat mereka.
Monza dan Miller kemudian memutuskan untuk berpisah menanyai ketiga pemuda yang cintanya pernah ditolak oleh Aline dengan cara yang kasar. Miller menuju ke kelas XII dan menemui seorang pemuda yang bernama Billy.
Miller berdiri di depan kelas dan meminta ijin kepada guru yang sedang mengajar untuk minta waktu sebentar. Begitu mendapatkan ijin, Miller pun berkata, kalau ia mencari seorang pemuda yang bernama Billy.
Billy terlihat gugup dan ketakutan melihat kedatangan Miller dan membuat Miller menjadi curiga melihat gelagatnya itu. Meski Miller tidak mengetahui yang mana namanya Billy, akan tetapi melihat gelagat pemuda itu, Miller meyakini itu adalah Billy.
Ternyata benar saja, pemuda dengan gelagat yang terlihat mencurigakan itu ternyata memang benar bernama pemuda itu bernama Billy. Miller kemudian, meminta ijin kepada guru kelas Billy untuk membawa Billy ke luar sebentar.
Miller mengajak Billy untuk berbicara di pojok ruangan. Miller mengeluarkan pulpen dan buku saku miliknya untuk mencatat pernyataan Billy.
“Ada di mana kau tadi malam, antara pukul 21.00 sampai dengan pukul 05.00?” Tanya Miller.
Billy menelan salivanya, dengan gugup, ia pun berucap, “Saya hanya di rumah saja dan saya tidak mempunyai saksi, karena kedua orang tua sedang berada di luar kota.”
“Apakah ada tetanggamu yang dapat dijadikan saksi kalau kau tidak ke luar rumah sama sekali?” Tanya Miller lagi.
“Apakah ada tetanggamu yang dapat dijadikan saksi kalau kau tidak ke luar rumah sama sekali?” Tanya Miller lagi.
Billy terlihat mencoba mengingat-ingat sesuatu, “Sebenarnya, saya sempat ke luar sebentar untuk membeli makanan di restoran cepat saji yang ada di ujung jalan, sebelum menuju rumah saya. Namun, saya tidak mengetahui, apakah ada yang melihat saat saya kembali ke rumah saya.” Kata Billy lagi.
“Restoran cepat saji itu memiliki CCTV, anda dapat melihat jam berapa saya datang dan jam berapa saya ke luar dari sana.” Tambah Billy lagi.
“Baiklah, nanti saya akan melihat rekaman CCTV di restoran itu.” Kata Miller.
“Menurut informasi yang kami terima kau pernah ditolak oleh Aline di depan umum. Apakah kau menjadi marah dan dendam, karena penolakannya itu?” Tanya Miller lagi.
“Apakah anda menuduh saya, sebagai pembunuh Aline, Sir?. Saya memang sempat merasa malu dan marah karena penolakannya, Sir, tetapi hanya sebentar saja dan saya tidak menaruh dendam sedikit pun dengan penolakannya. Saya juga mau tegaskan kepada anda, Sir. Saya sama sekali tidak melakukan pembunuhan kepada Aline, bukan saya lah yang sudah membunuh Aline.” Ucap Billy.
“Terima kasih, atas kerja samamu, nanti kalau kami memerlukan pernyataanmu lagi, kami akan memanggilmu.” Kata Miller, ia juga meminta alamat rumah dan nomor telepon Billy.
Sementara itu, di lain tempat, Monza sedang bersama dengan pemuda yang bernama Michael. Pemuda dengan anting di telinga dan juga tato menghiasi lengannya. Keduanya berdiri di depan sebuah ruangan kelas.
“kamu pasti sudah tahu siapa saya, dan saya ingin bertanya kepada kamu. Benarkah kamu pernah ditolak oleh Aline, saat kamu menyatakan cinta kepadanya?”
Michael terlihat tidak sudak mendengar pertanyaan dari Monza, “Gadis itu sangat sombong, saya rasa ia pantas untuk mendapatkan kematian dengan cara di bunuh.” Sahutnya dengan cuek.
“Apakah kau menjadi marah dan menyimpan dendam setelah Aline menolak pernyataan cintamu?” Tanya Monza lagi.
‘”Tentu saja saya marah, tetapi saya tidak akan membunuhnya, hanya karena penolakannya itu. Percuma saja, anda kalau mengira saya adalah pelaku pembunuhan Aline, karena saya tidak melakukannya.” Kata Michael dengan penuh keyakinan.
“Kau terlihat yakin sekali tidak melakukan pembunuhan itu, ada di manakah kamu antara pukul 21.00 sampai dengan pukul 05.00 pagi?”Tanya Monza lagi.
“Saya ada di kelab, bersama dengan teman-teman saya, kalau anda tidak percaya silahkan saja datangi “FIRE CLUB” anda akan menemukan banyak saksi yang melihat saya berada di sana sepanjang malam, bahkan saya pun tertidur di sana bersama dengan teman-teman saya, karena tidak sadarkan diri.” Tambah Michael tidak takut sama sekali.
“Baiklah, saya akan datang ke kelab itu dan saya minta alamat rumahmu juga nomor teleponmu.” Kata Monza.
Michael pun memberikan alamat rumahnya dan juga nomor teleponnya kepada Monza. Selesai bertanya kepada Michael mendatangi Robert, siswa kelas XI, ternyata Miller sudah ada di sana untuk menanyai Robert.
Monza pun bergabung dengan Miller menanyai Robert. Pemuda itu terlihat ketakutan, badannya tampak gemetaran dengan wajah yang menjadi pucat.
“Aku tidak akan berbicara sepatah kata pun dengan kalian, tanpa didampingi oleh pengacara keluargaku.” Katanya. Ia lalu mengeluarkan handphone nya dan menghubungi daddy nya.
Monza dan Miller hanya mendengarkan saja bagaimana pemuda itu, bercerita kepada daddy nya dengan suara yang pelan dan menahan tangis. Monza dan Miller, langsung dapat menduga, kalau pemuda ini bukanlah pembunuh Aline atau pun Karen, karena pembunuh mereka seseorang yang memiliki kepribadian yang kuat dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Meski, ada saja kemungkinan Robert berbohong, akan tetapi tetap saja, ia tidak akan mungkin sebagus itu dalam bersandiwara.
Selesai menelepon, Robert berkata kepada Miller dan juga Monza, “Pengacara keluargaku setengah jam lagi akan tiba dan kata daddy ku, aku tidak harus menjawab pertanyaan kalian tanpa pendampingan dari pengacara keluargaku.”
Monza dan Miller hanya tersenyum saja, mereka kemudian duduk di taman sekolah, sambil menunggu pengacara keluarga Robert datang. Miller dan Monza harus menahan kantuk mereka yang melanda. keduanya sudah mulai kelelahan dan mengantuk, karena belum beristirahat sama sekali.
30 menit kemudian, pengacara keluarga Robert datang dan setelah berbasa-basi sebentar. Miller dan Monza pun mengajukan beberapa pertanyaan dan dijawab dengan baik. Ternyata tadi malam, Robert hanya berada di rumah saja dan ia memiliki alibi, yang kuat. Ada kedua orang tua dan pelayan di rumah nya yang dapat menjadi saksi. Miller dan Monza juga meminta alamat rumah dari Robert dan mereka akan datang langsung untuk memastikan kebenaran alibinya.
Monza dan Miller menarik nafas lega, selesai sudah mereka menanyai beberapa orang yang kemungkinan bisa saja berubah statusnya dari saksi menjadi tersangka. Sekarang, mereka tinggal menuju ke ruang control di Senior High School Valey untuk meminjam rekaman CCTV pada saat pemakaman Aline.
Setelah mendapatkan rekaman CCTV yang berisikan rekaman hari yang dimaksud, Monza dan Miller memutuskan untuk menyudahi penyelidikan mereka hari ini. Sekarang giliran Miller lah yang menyetir dan selama Miller menyetir Monza tertidur dengan nyenyaknya di sepanjang jalan.
Miller mengarahkan mobil nya menuju ke apartemen miliknya dan tidak ke markas. Mereka perlu istirahat, setelah sepanjang malam dan seharian ini melakukan penyelidikan.
Miller sudah memberikan laporan kepada pimpinan mereka, kalau hari ini tidak akan kembali lagi ke markas. Besok pagi-pagi, mereka akan kembali ke markas.
Setelah menempuh perjalanan satu jam lamanya, Miller sampai di rumahnya yang sederhana. Tidak seperti Monza yang tinggal di apartemen, Miller tinggal di sebuah rumah yang sederhana yang letaknya lumayan jauh dari markas kepolisian.
Miller membangunkan Monza yang tidak juga bangun, saking nyenyaknya ia tidur. Monza pun akhirnya terbangun juga, setelah beberapa kali badannya digoyang-goyang oleh Miller.
Monza mengikuti Miller masuk ke dalam rumahnya. “Kamu bisa mandi di kamar mandi yang ada di kamar tamu, tempat kamu biasa menginap.” Kata Miller. Monza memang pernah beberapa kali menginap di rumah Miller, pada saat mereka menangani beberapa kasus yang mengharuskan mereka lembur, seperti saat ini.
Monza langsung masuk ke dalam kamar tamu dan ia membuka lemari yang ada di sana, syukurlah, pakaian bersih miliknya masih ada. Langsung saja Monza mengambil handuk bersih dan membawanya menuju ke kamar mandi. Monza mengguyur tubuh berotot miliknya di bawah guyuran air panas. Otot-otot tubuh nya yang terasa kaku menjadi segar kembali. Beberapa saat kemudian Monza menyudahi mandinya.
Ia mengeringkan badannya dengan handuk yang bersih, sambil berjalan menuju ke lemari pakaian. Diambilnya kaos berwarna hitam pas badan dan juga celana boxer, walaupun matanya mengantuk, tetapi perutnya juga minta diisi.
Monza ke luar dari kamar dan menuju ke dapur, di sana dilihatnya Miller sedang berkutat dengan penggorengan dan peralatan masak lainnya. Miller sedang membuat Scrambled egg untuk dua porsi. Ia lalu menyajikannya di atas meja bar.
Monza dan Miller terlihat menikmati makan pagi dan siang mereka yang digabung menjadi satu. Keduanya makan dengan porsi besar dan lahap sekali.
Selesai makan, keduanya langsung membersihkan bekas makan mereka. Lalu menuju ke kamar masing-masing, keduanya sepakat untuk mengistirahatkan badan dan pikiran mereka barang sejenak, setelah itu mereka akan melanjutkan penyelidikan mereka.
Di dalam kamar tamu Miller, Monza langsung mengeluarkan catatan yang sudah dibuatnya dari saku celana kerjanya dan meletakkannya di dalam laci meja yang ada di kamar tesebut dan menguncinya.
Bekerja sebagai detektif pembunuhan selama bertahun-tahun mengajarkan kepada Monza untuk selalu bersikap waspada. bahkan di tempat yang kau pikir aman sekalipun tetap harus waspada.