Mobil yang dikemudikan Monza berhenti tepat di samping Miller, begitu Miller masuk ke dalam mobil dan duduk di jok sebelahnya. Monza langsung melajukan mobilnya mengejar mobil hitam yang mencurigakan mereka.
Miller, mengumpat kasar. Belum lagi ia duduk dengan sempurna, Monza sudah melajukan mobilnya dengan kencang. Miller lalu memasang seatbeltnya, “Ingatkan aku untuk membalasmu suatu hari nanti,” ucap Miller, yang dibalas dengan kekehan dari Monza.
“Apakah, kau sempat melihat wajah pria dalam mobil hitam itu? Tanya Miller, sambil menambah kecepatan mobilnya untuk mendekati mobil hitam yang melaju semakin jauh meninggalkan mereka.
“Tidak, wajahnya tertutup oleh topi yang dikenakannya. Sepertinya, ia memang sengaja menutupi wajahnya. Kurasa orang itu, adalah orang yang sama dengan orang yang ada di kafe tempat kita berbicara dengan anggota paduan suara.” Sahut Monza.
“s**t!” Umpat Monza, saat berada di persimpangan mobil mereka terhalang lampu merah, hingga mereka pun harus kehilangan jejak mobil hitam yang tadi mereka ikuti.
Mereka pun memutuskan untuk memutar balik dan menuju ke rumah ibu dari mendiang Karen. Dalam waktu 15 menit, mereka sampai di rumah Joana yang letaknya terpisah jauh dengan rumah lainnya.
Monza dan Miller langsung turun dari mobil dan menuju ke rumah Joana. Miller mengetuk pintu dan tak lama kemudian pintu pun dibukakan oleh Joana. Penampilan Joana hari ini tampak lebih rapi dibandingkan terakhir mereka bertemu.
Joana mempersilahkan kepada detektif Miller dan Monza untuk masuk, mereka lalu duduk di sofa usang yang ada di ruang tamu Joana. Gurat kesedihan masih menghiasi wajah Joana, ia menatap ke arah Miller dan Monza, meminta keduanya untuk menjelaskan maksud kedatangan mereka berdua.
Monza mengeluarkan buku catatan dari saku celananya dan ia meminta kepada Joana untuk menceritakan tentang mantan suaminya dan apakah ia mengetahui kalau sebelum terjadinya peristiwa pembunuhan terhadap Karena, ayahnya sempat menemuinya di sekolah.
Joana terkejut mendengar penuturan detektif Monza yang mengatakan kalau mantan suaminya datang menemui Karen di sekolah, “Saya dan mantan suami saya sudah lama bercerai dan saya tidak tahu kabar beritanya, ia sudah lama pindah. Kabar terakhir yang saya dengar mantan suami saya itu menjadi seorang pengusaha yang sukses.”
“Bolehkah kami meminta data tentang suami anda, mungkin anda masih menyimpan potret mantan suami anda tersebut.”
Joana beranjak dari duduknya, ia menuju ke sebuah lemari kaca yang ada di ruang tamu, terlihat Joana mengeluarkan sebuah album foto dan membawanya. Dibukanya album foto dan diserahkannya selembar foto kepada detektif Monza.
Monza menerima potret tersebut dan Miller ikut memperhatikan potret yang ada di tangan Monza. Potret tersebut memperlihatkan seorang pria dengan perawakan tinggi dan badan yang tegap, serta rambut berwarna pirang. Pria tersebut memiliki manik mata yang berwarna biru dan paras wajahnya mirip dengan mendiang Karen.
Monza mencatat informasi tambahan yang diberikan oleh Joana, nama mantan suaminya itu Jack Croft, dahulunya ia memiliki usaha peternakan, entah sekarang apa usahanya.
Miller dan Monza kemudian meninggalkan kediaman Joana dan kembali ke kantor mereka. Saat berada di ruangannya, Monza membuat dua cup kopi hitam. Malam ini keduanya memutuskan untuk lembur dan menganalisa penyelidikan mereka hari ini.
Monza membuka rekaman video pada handphone miliknya saat mereka berada di kafe. Tampak suasana kafe yang sedikit ramai dan meriah dengan kehadiran anggota paduan suara yang sesekali memamerkan suara merdu mereka menyanyikan lagu Perpect yang dipopulerkan oleh Ed Sheeran.
Kami memperhatikan video tersebut dan ‘Bingo’ kami dapat melihat sosok pria dengan topi koboi berwarna hitam yang dilihat dari gestur tubuhnya terus memperhatikan kami. Namun, sayangnya kami tidak dapat melihat wajah dari pria tersebut dengan jelas.
“Dia pria yang mengemudikan mobil Ford berwarna hitam. Siapa sebenarnya orang ini dan apa tujuannya mengikuti kita?, apakah ia pelaku pembunuhan dari Karen?” tanya Miller beruntun, sambil membuat catatan.
“Entahlah, wajahnya tidak terlihat dengan jelas, ia sangat beruntung kita tidak dapat mengenali wajahnya. Mengapa ia berada di kafe saat anggota paduan suara High School Valey sedang berkumpul. Apa yang dilakukannya di sana dan apa tujuannya mengawasi mereka?”
“Yeah, kita harus segera mencari tahu, siapa pemilik mobil hitam tersebut, apakah sudah ke luar data mengenai mobil Ford yang menguntit kita tadi?” Tanya Monza.
Miller memperhatikan layar komputernya yang memperlihatkan data mengenai plat mobil hitam yang mencoba mencelakai mereka tadi. “Yup, aku sudah mendapatkan data mengenai mobil yang tadi hampir mencelakai kita. Pemilik mobil itu bernama Landon Armstrong, 35 tahun. s**t!, di sini disebutkan kalau mobil itu dilaporkan telah dicuri sejak beberapa bulan yang lalu.”
Miller dan Monza menggeram kesal, penyelidikan mereka seolah mendapati jalan buntu, “Besok pagi aku akan mendatangi bagian forensik untuk mengetahui hasil autopsi dari Karen,” ucap Monza.
“Baiklah, aku akan mendatangi Tom, ahli sketsa wajah, semoga saja ia dapat membuat sketsa wajah pria dengan topi koboi, berdasarkan gambaran yang kuberikan nanti,” sahut Miller.
Monza dan Miller, akhirnya meninggalkan ruang kerja mereka saat jam sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Keduanya tidak menyadari, kalau ada sepasang mata yang mengawasi saat mereka ke luar dari kantor. Orang tersebut tersenyum puas, berhasil membuat frustasi dua orang detektif terkenal.
Pagi harinya, Monza mengganti mobilnya dengan Ford. Monza melajukan mobilnya menuju ke tempat di mana jenazah Karen menjalani autopsi. Begitu tiba di sana, Monza langsung menghampiri Dok. Arsen untuk memberikan hasil autopsinya.
Dok. Arsen menyerahkan catatan yang berisikan hasil autopsi yang dilakukannya, korban di bunuh dengan menggunakan pisau yang ditusukkan ke lehernya, sepertinya sang pelaku sangat mengetahui bagian mana yang langsung dapat membuat korbannya meninggal dalam waktu singkat, tanpa membuat luka yang lebar.
Monza dan Miller mendengarkan penjelasan dari dok. Arsen dengan seksama, tanpa memotong sepatah kata pun penjelasan darinya. Mereka juga mencatat keterangan darinya dan terlihat keduanya membuat beberapa tanda tanya pada penjelasan yang disampaikan oleh dok. Arsen kepada mereka berdua. Mereka akan bertanya nanti, setelah ia selesai menjelaskan.
Dok. Arsen juga menjelaskan kalau Karena di bunuh dalam keadaan sadar dan sempat ada perlawanan dari korban, hal ini terlihat dengan adanya cekalan di tangan korban yang meninggalkan luka memar yang sudah membiru.
Pelaku dapat dipastikan seseorang yang cerdas secara intelektual dan juga memiliki ketenangan dan kepercayaan diri yang tinggi. Pelaku kemungkinan merupakan seorang yag terpelajar. Mengenai warna kulit dan tinggi juga warna mata dari pelaku, Dok. Arsen tidak dapat menyebutkannya, karena si pelaku dalam melakukan kejahatannya bersih, tidak meninggalkan jejak sama sekali.
Mengetahui informasi yang didapatkannya dari Dok.Arsen masih kurang membantu dalam mengungkap pelaku kejahatan yang sesungguhnya, Monza meninggalkan Dok.Arsen dan jenazah yang sedang diautopsinya.
Begitu berada di luar kamar jenazah yang membuatnya merasa tidak nyaman saat berada di sana, Monza melihat jam di pergelangan tangannya, masih pagi. Jam baru menunjukkan pukul 11.00, Monza memutuskan untuk pergi ke luar kota menemui ayah kandung Karen. Ia sudah berhasil mendapatkan alamat dari Jack Croft. Cukup mudah melacak keberadaan dan pekerjaan Jack saat ini.
Menjelang tengah hari, akhirnya Monza sampai di sebuah desa yang penduduknya sedikit. Monza sedikit waspada saat memasuki kota yang lebih terlihat seperti kota mati dengan banyaknya rumah kosong yang dilaluinya. “Seharusnya aku mengajak Miller ke sini.” Gumam Monza.
Monza bersyukur ia sudah mengganti mobilnya, sehingga ia tidak perlu khawatir akan mengalami mogok dan juga ia sudah mengisi bensin mobilnya full.
Monza semakin meningkatkan kewaspadaannya, saat ia melihat sekelompok pria menatap curiga ke arah mobilnya. Monza mengambil handphone miliknya dan mengabarkan kepada Miller di mana ia berada saat ini.
Monza menarik napas lega saat ia melihat sebuah peternakan dengan papan nama Jack Croft terpampang di atas pintu gerbang yang terbuat dari kayu. Monza turun dari mobilnya dan membuka kaitan pintu gerbang tersebut dengan mudah. Ia lalu masuk lagi ke dalam mobilnya dan meluncur menuju ke rumah Jack.
Monza menatap sebuah rumah terbuat dari kayu dengan cat berwarna putih. Rumah itu menampilkan kesan wilayah Barat yang begitu kental. Monza mematikan mesin mobilnya dan turun. Monza menatap ke sekitarnya dan terlihat hamparan padang ilalang yang luas, juga terlihat beberapa ekor sapi yang sedang merumput di tengah padang.
Seseorang yang sedang berada di tengah ladang tersebut, sepertinya mengetahui kehadiran Monza. Terlihat bagaimana orang tersebut berjalan mendekat ke arah Monza. Monza hanya diam saja di tempatnya dengan tangan yang siap mengambil pistol yang terselip di pinggangnya.
Begitu pria itu sudah berada dengan jarak yang tidak terlalu jauh darinya, Monza mengeluarkan identitas dirinya sebagai detektif. Pria itu pun memperkenalkan dirinya, sebagai Jack Croft dan ia bertanya kepada Monza ada keperluan apa seorang detektif dari kepolisian Kota Tua mendatangi kediamannya.
Monza menatap tajam Jack, ditatapnya dengan lekat manik biru netra Jack, sebagai seorang petugas kepolisian menyampaikan berita duka adalah hal yang sangat tidak disukainya. Tetapi, mau bagaimana lagi ia harus menyampaikannya, “Maaf, saya harus menyampaikan kabar buruk ini untuk anda. Putri anda Karen meninggal dunia, karena terbunuh, semalam.”
Monza mengamati reaksi Jack, rasa terkejut dan kesedihan yang diperlihatkan oleh Jack terkesan alami dan tidak ada yang dibuat-buat. Dilihatnya badan Jack bergoncang dan terdengar suara tangis yang teredam oleh tangannya.
Jack mendudukkan dirinya di undakan tangga yang terbuat dari kayu mahoni. “Mengapa harus putri ku yang meninggal dan siapakah yang tega membunuh putri kecil ku?” Tanya Jack, sambil menatap ke arah Monza.
“Apakah kalian sudah menangkap pelakunya?” Tanya Jack lagi.
Monza menggelengkan kepalanya, “Maaf, kami belum berhasil menangkap pelaku pembunuh putri anda. Namun, kami berjanji akan menangkap pelaku pembunuh putri anda.”
Monza mengeluarkan buku catatan dari saku celananya, “Maaf, saya tahu anda sedang berduka, tetapi sesuai prosedur saya harus mengajukan beberapa pertanyaan kepada anda.
“Kami mendapatkan informasi, bahwa sehari sebelum putri anda terbunuh anda sempat mendatangi putri anda ke sekolah dan kalian terlibat dalam pertengkaran.” Tanya Monza dan ditatapnya dengan lekat mata Jack.
Jack terlihat terkejut mendengar pertanyaan Monza, sepertinya ia tidak menduga akan ada yang mengetahui pertengkarannya dengan putrinya. “Kami berdebat masalah kecil, saya meminta kepadanya untuk ikut tinggal dengan saya. Namun, ia menolaknya hingga membuat saya marah dan menarik paksa tangannya untuk ikut dengan saya.” Terang Jack.
“Apakah anda kidal, Sir?” Tanya Monza lagi
“Ya, saya memang kidal.” Sahut Jack datar.
“Ada di mana anda pada malam senin, pukul 01.00 dini hari?”
“Saya berada di rumah tidak ke mana-mana, seperti yang anda lihat. Kota ini seperti kota mati, di mana telah banyak ditinggalkan penduduknya.
“Apakah anda memiliki saksi yang dapat menguatkan pernyataan anda, kalau anda berada di rumah saja?”
Jack bangkit dari duduknya dan menatap tajam Monza, “Tidak, saya tidak mempunyai saksi. Saya tinggal sendirian saja di rumah ini. Apakah anda menuduh saya tega membunuh putri kandung saya sendiri dan akan menangkap saya?” Tanya Jack dengan tatapan berang ke arah Monza.