Sudah hampir dua jam dihabiskan oleh Skyla untuk keluar masuk berbagai toko barang-barang mewah, mulai dari Dior, Prada, sampai Burberry. Saking banyaknya barang yang dibeli oleh gadis itu, ia sampai harus meminta bantuan Mr. Anderson untuk mengangkat kantung-kantung belanjaannya.
Toko terakhir yang akan Skyla masuki adalah toko Chanel yang hanya berjarak beberapa meter dari tempat Mr. Anderson memarkirkan mobilnya tadi.
Awalnya Skyla nggak berniat untuk mendatangi toko itu karena ia baru saja membeli beberapa barang di sana. Namun, gadis itu berubah pikiran ketika nggak sengaja melihat sebuah tas yang terpampang di etalase depan ketika ia hendak menuju ke toko yang ada di sebelahnya, Dior.
Skyla segera masuk ke dalam toko setelah melakukan reservasi sebelumnya. Ya, memang untuk masuk ke dalam toko desainer Prancis Coco Chanel itu harus melakukan reservasi terlebih dahulu karena jumlah pengunjung yang masuk ke dalam sana dibatasi dan setiap orangnya hanya diberikan waktu maksimal enam puluh menit saja.
Seorang pramuniaga berpakaian serba hitam menghampiri Skyla ketika gadis itu baru saja melangkah masuk ke dalam toko.
"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya pramuniaga berjenis kelamin perempuan itu dengan nada ramahnya.
"Saya mau tas bahan tweed yang ada di etalase depan sana," jawab Skyla cepat sambil menunjuk pada tas yang dimaksudnya.
"Yang ini, Nona?" tanya pramuniaga itu memastikan.
"Iya. Benar yang itu. Apa model seperti itu ada ukuran lain atau hanya satu ukuran aja?" tanya Skyla setelah membenarkan pertanyaan dari pramuniaga tadi.
"Seingat saya ini hanya ada satu ukuran yang tersedia, Nona karena ini salah satu tas yang cukup langka ...," jawab pramuniaga itu. "Tapi akan saya coba pastikan lagi. Mohon menunggu sebentar, ya. Saya akan mengecek ukuran dan stok yang tersedia," lanjut wanita itu kemudian berlalu dari hadapan Skyla setelah gadis itu memberikannya sebuah anggukan kecil.
Beberapa kantung belanjaan yang tersampir di lengan dan berada dalam genggaman Skyla nggak membuat gerakan gadis itu terbatas. Terbukti dari Skyla yang langsung berjalan-jalan menyusuri toko mewah tersebut sambil meneliti satu persatu barang di etalase yang mungkin saja akan menarik perhatiannya seperti tas yang ada di etalase depan tadi.
Namun, sayangnya sampai pramuniaga tadi sudah kembali pun, Skyla masih belum menemukan barang lain yang dapat menarik perhatiannya sebesar tas tadi.
Pramuniaga bersanggul itu tampak mengenakan sarung tangan kain berwarna putih sembari meletakkan kotak berwarna monokrom di atas meja etalase yang Skyla yakini adalah tas di dalamnya.
"Nona, setelah saya cek tadi, memang hanya ada satu ukuran aja untuk model ini," jelas pramuniaga itu. "Apakah Anda mau melihatnya?" tanya wanita itu menawarkan.
"Ya ... tentu aja." Kalau nggak mau, untuk apa aku harus repot-repot menunggumu dari tadi?! rutuk Skyla di dalam hati tanpa menyuarakannya.
Pramuniaga itu menganggukkan kepala sebelum membuka penutup kotak itu dan mengeluarkan sebuah tas berwarna merah muda keunguan berbahan wol setengah jadi yang nggak diproses sampai halus sehingga permukaannya sedikit kasar.
Skyla menatap tas yang ada di tangan pramuniaga itu dengan mata berbinar. Sebenarnya gadis itu sudah memiliki beberapa tas Chanel bermodel Classic Flap itu dengan warna yang berbeda-beda. Kalau dihitung-hitung, sepertinya Skyla sudah memiliki lebih dari lima Chanel Classic Flap itu. Namun, memang ukuran, bahan, dan warna yang ada pada Chanel di tangan pramuniaga itu nggak pernah dimiliki oleh Skyla, bahkan ia belum pernah melihat model yang seperti itu sebelumnya.
Sepertinya ini memang benar-benar barang yang langka, batin Skyla bermonolog pada dirinya sendiri sambil meneliti Chanel Classic Flap Fringe Jumbo Rare Limited Edition Pink & Purple Multi Tweed Shoulder Bag itu dengan saksama.
"Oke, aku mau yang satu ini," putus Skyla pada akhirnya.
Lagi-lagi ucapan Skyla sukses membuat pramuniaga di hadapannya itu melongo kecil karena gadis itu sama sekali nggak menanyakan harga dari tas yang sedang berada dalam genggamannya.
A—apakah semua keturunan Ramirez nggak warasnya seperti gadis ini? batin pramuniaga itu bertanya pada dirinya sendiri sambil bergidik di dalam hati karena merasa ngeri pada keputusan yang baru dilontarkan oleh gadis di hadapannya.
"Hel—" Belum sempat Skyla menyelesaikan ucapannya yang hendak menegur pramuniaga itu karena bergeming selama beberapa saat tanpa menggerakkan anggota tubuhnya, sebuah suara yang tiba-tiba terdengar dari belakang tubuh gadis itu datang menyela dan membuat ucapannya terhenti di ujung lidah.
"TUNGGU! SAYA MAU TAS ITU!" pekik suara itu.
Mau nggak mau, Skyla pun refleks membalikkan tubuhnya untuk melihat wajah si pemilik suara yang baru saja menyela ucapannya.
Anna-Maria Smith, si model majalah dewasa yang sedang naik daun beberapa tahun terakhir ini.
"Maaf, Nona ... tapi ini satu-satunya stok yang tersisa karena ini adalah barang langka," balas pramuniaga yang masih berdiri di hadapan Skyla kemudian segera meletakkan kembali tas yang ada di tangan ke dalam kotak.
"Ya, udah. Itu punyaku," ujar Maria santai. Ucapan yang baru saja terlontar dari mulut wanita itu sukses membuat kedua indera penglihatan Skyla membola lebar, sementara mulutnya sedikit terbuka. Namun, gadis itu langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi dingin dan datar sedetik kemudian.
"Jangan seenaknya merebut milik orang!" tegur Skyla dengan nada dingin yang kentara pada suaranya sambil melirik pada Maria yang sudah berdiri di sebelahnya dengan tatapan yang penuh dengan ketidaksukaan.
"Namamu nggak tertulis disana, Nona. Jadi, relakan aja tas itu padaku," balas Maria dengan nada pongahnya sambil melipat tangannya di depan d**a.
Ya, ampun ... apakah model ini nggak kenal dengan keturunan Ramirez yang satu ini?! batin pramuniaga yang melayani Skyla tadi. Sepertinya perang dunia ketiga akan segera terjadi sebentar lagi, lanjut wanita itu membatin sambil meringis kecil di dalam hati.
"Apakah nama Anda tertulis di sana?!" balas Skyla nggak mau kalah. Gadis itu kini melipat tangannya di depan d**a—meniru gaya si lawan bicara sambil menaikkan sebelah alisnya. Sementara itu, bibirnya menyunggingkan senyum asimetris guna untuk mengintimidasi Maria.
Meskipun Maria nggak merasa takut pada tatapan dan seringai Skyla, tetapi wanita itu bergeming di tempat karena nggak mampu menjawab pertanyaan Skyla setelah gadis itu membalikkan pertanyaannya dengan telak.
"Saya yang duluan melihat tas itu. Jadi, jangan berani-beraninya Anda merebut benda itu dari saya dengan datang tiba-toba seperti setan yang nggak diundang!" desis Skyla sebelum memutar sedikit tubuhnya sehingga menghadap kembali pada pramuniaga yang sejak tadi menjadi penonton setia pertengkaran model terkenal dengan putri salah satu konglomerat di Amerika itu.
"Saya punya uang! Saya bisa langsung bayar tas itu tanpa cicilan! Memangnya berapalah harga sebuah Chanel Classic Flip Bag? Itu hanya setara dengan upah pemotretan ku satu hari!" kata Maria yang masih setia mempertahankan ekspresi angkuh dan nada sombong pada suaranya. "Jadi, berikan tas itu padaku!" lanjut wanita yang berprofesi sebagai model itu pada pramuniaga yang masih bungkam sejak tadi.
"Maaf, Nona Smith yang terhormat, tapi sepertinya Anda sedang bermimpi, ya, saat ini," balas Skyla terkekeh tanpa menatap pada lawan bicaranya.
"Pendapatan rata-rata model dengan pengalaman kurang dari lima tahun di kota ini adalah $50 sampai $60. Upah dengan nominal segitu jika dikalikan dengan 24 jam per hari hanyalah $1200 sampai $1440. Saya berani bertaruh kalau Anda nggak mungkin bekerja selama 24 jam per hari, bukan? Oh, ya, seingat saya, Anda juga baru naik daun dua tahun terakhir," tambah Skyla dengan ekspresi polos seolah-olah ucapannya itu nggak berefek apapun pada Maria, padahal semua orang yang berada di dalam toko itu jelas tahu kalau keturunan Ramirez itu baru saja meledek model majalah dewasa tersebut.
"Sepertinya Anda nggak pernah membeli tas Chanel, ya? Classic Flip nggak semahal itu. Jangan mengada-ada, Nona. Kamu mempermalukan dirimu sendiri," balas Maria meledek. Wanita itu nggak terima dengan ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Skyla. "Memangnya berapa harga tas itu?" Pertanyaan Maria kini ditujukan pada pramuniaga yang melayani Skyla sejak tadi.
Skyla hanya bisa menghembuskan napas kecil dengan ekspresi malas yang terlukis jelas di wajahnya. Sabar, Sky ... sabar. Kalau bukan karena tas itu udah membuatku jatuh hati, nggak sudi aku berlama-lama berada di dalam satu toko dengan wanita iblis nggak tau malu ini! batin Skyla merutuk di dalam hati, sekaligus menenangkan dirinya sendiri.
"Halo ... bisa Anda jawab pertanyaan saya?" decak Maria sambil menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajah pramuniaga itu.
"Ha—harganya ... $14,920."
"Masih berniat merebut tas itu dari saya, Nona?" timpal Skyla bertanya sambil terkekeh kecil karena gadis itu tahu kalau Maria nggak akan berani melakukan hal tersebut setelah mendengar harga tas hasil karya desainer Coco Chanel yang selangit itu.
"Cih! Sombong sekali! Anda juga pasti nggak memiliki uang sebanyak itu untuk membelinya. Kalaupun ada, pastilah itu hasil dari kegiatan membuka pahamu untuk pria-pria berbeda demi memenuhi gaya hidupmu yang glamor, 'kan?" decih Maria dengan nada penuh penghinaan pada suaranya. Sementara itu, orang-orang yang berada di dalam toko itu terkesiap kecil karena Maria yang baru saja menghina putri Konglomerat Ramirez secara terang-terangan.
Dia sedang menggali kuburannya sendiri, batin pramuniaga itu meringis di dalam hati sebelum perlahan berjalan menjauhi Skyla dan Maria karena ia sudah mulai merasakan aura-aura penuh amarah yang mengular di sekitar Skyla.
Rasanya amarah Skyla benar-benar memuncak sekarang. Bagian ubun-ubun kepalanya tiba-tiba terasa panas, berasap dan seperti sudah ingin segera meledak saat ini juga. Anna-Maria sukses menyulut api amarah dalam diri gadis itu dengan sengaja. Namun, wanita berdarah Latin itu sepertinya nggak tahu sedang berhadapan dengan siapa sekarang.
"Kenapa diam aja? Apa yang baru saya ucapkan tadi adalah sebuah kebenaran sehingga Anda diam dan nggak bisa berkutik?" tanya Maria dengan nada mencemooh.
"Jaga mulut lancangmu itu, Nona. Saya memperingatkan sebelum Anda benar-benar menyesal nanti!" balas Skyla dengan nada suara rendah dan penuh peringatan.
"Apa? Anda pikir, apa yang bisa Anda lakukan pada saya?!" tantang Maria dengan ekspresi congkaknya.
Salah satu sudut bibir Skyla tertarik dan membentuk seringai yang tampak menakutkan bagi orang-orang yang melihatnya. Namun, perasaan tersebut nggak dirasakan oleh wanita congkak, sombong, dan nggak tahu diri yang sedang berdiri di hadapannya. Skyla sampai heran bagaimana caranya Anna-Maria bisa menjadi model yang lumayan dipandang dalam kelasnya, padahal wanita itu jelas-jelas nggak memiliki akhlak, etika, dan sopan santun.
Skyla mengabaikan ucapan Maria. Gadis itu nggak meladeni kalimat model berkulit eksotis itu, melainkan mengeluarkan ponsel dari dalam tas dan langsung men-dial sedertan nomor dengan cepat tanpa repot-repot mencari nama kontaknya terlebih dahulu. Sepertinya pemilik nomor tersebut memang sudah sering ditelepon oleh Skyla karena tampak berderet di riwayat panggilannya.
"Halo, dengan Daniel Palais di sini," sapa sosok yang ditelepon oleh Skyla di seberang sana. "Dengan siapa saya berbicara?" lanjut pria itu bertanya. Pasalnya, ia langsung menerima panggilan tersebut tanpa melihat nama penelepon yang tertera di layar ponselnya terlebih dahulu.
"Halo, Dan," sapa Skyla cepat. "Ini Skyla. Apa kamu sedang sibuk? Ada yang ingin aku bicarakan," ujar gadis itu sambil melirik sekilas ke arah Maria yang masih setia berdiri di hadapannya. Wanita itu penasaran pada apa yang bisa dilakukan oleh Skyla padanya.
Daniel berdeham kecil sebelum menjawab pertanyaan Skyla. "Kebetulan aku sedang nggak sibuk saat ini. Ada apa, Sky?" tanya pria yang sedang duduk di depan komputer itu.
"Kamu tau Anna-Maria Smith, bukan?" tanya Skyla.
"Tentu. Siapa yang nggak kenal wanita itu," jawab Dan sambil terkekeh kecil.
"Ya, benar. Siapa yang nggak tahu model majalah dewasa terkenal itu ...," timpal Skyla membenarkan. "Tapi, nggak ada yang tau kalau ternyata dia nggak punya tata krama dan sopan santun, Dan. Benar-benar definisi nggak tahu diri yang sesungguhnya. Mulutnya perlu disekolahkan sepertinya," lanjut gadis itu sambil melayangkan tatapan penuh ejekan pada Maria yang sudah terlihat sangat geram di hadapannya. Tangan wanita itu terkepal di kedua sisi tubuhnya, sementara matanya menatap bengis ke arah Skyla.
"Wow ... ada apa ini? Nggak biasanya seorang Skyla menjelek-jelekkan orang lain seperti tadi," ujar Daniel heran.
"Aku ada tugas untukmu, Dan. Tolong hubungi semua agensi maupun brand yang sedang menjalin kerja sama dengan dia dan suruh mereka putuskan kontrak itu sekarang juga. Gelontorkan berapapun dana sampai mereka mau melakukan itu dan pastikan nggak ada lagi yang sudi menggunakan jasanya. Now, Dan!" titah Skyla dengan nada tegasnya. Gadis itu langsung memutuskan panggilan itu secara sepihak tanpamau repot-repot menunggu balasan dari Daniel di seberang sana.
Skyla memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas dengan gerakan pelan dan bibir yang menyunggingkan senyum asimetris. Kamu bermain dengan orang yang salah, Pecundang! batin Skyla pongah di dalam hati.
Nggak sampai lima menit kemudian, ponsel di tangan Maria mengeluarkan suara notifikasi yang panjang dan berkelanjutan. Tanpa perlu susah-susah mengintip layar benda pipih tersebut, semua orang pu pasti tahu kalau suara itu bukan hanya berasal dari satu ataupun dua notifikasi saja, melainkan banyak.
"Berani-beraninya kamu, Jalang Kecil!" desis Maria sebelum maju beberapa langkah dan berniat menerjang Skyla.
Belum sempat tangan Maria menyentuh salah satu anggota tubuh Skyla, sebuah suara berat tiba-tiba terdengar dan membuat gerakan tangan wanita itu terhenti di udara.
"Maria!"