#7 Bimbang

465 Kata
Hari esok adalah pernikahannya dan laki-laki itu sedang duduk di ruang kerjanya, tidak ada yg perlu ia urus, semua mamanya yang mengurusnya ia hanya tinggal hadir dan mengucapkan ijab kabul. Malaikat-nya itu begitu antusias mengurus semua hal yang berhubungan dengan pernikahannya binaran harap yang ia perlihatkan membuat hati Frans sedikit menghangat. ‎Ia sedang berada dirumah tersendirinya ia telah membeli rumah ini sejak umur 18 tahun, semenjak lulus dari masa SMA sambil melanjutkan perkuliahan ia juga mengambil alih salah Satu perusahaan ayahnya, Andreas. Frans hanya ingin belajar mandiri dan berusaha membangun sesuatu hasil jerih payahnya sendiri dan tentu saja Bukan dari orang tuanya, awalnya cukup rumit mengimbangkan antara bekerja dan kuliah. Tapi, hasilnya cukup membanggakan saat ini. Frans menatap dengan kagum lukisan yang ada diruang kerjanya, begitu menawan dan sangat Indah pandang Sungguh, hatinya sangat tenang hanya dengan menatap lukisannya saja. ‎"Aku tak akan membiarkan zahra memasuki ruanganku ini, dan melarangnya membuka cadarnya kecuali dikamarnya sendiri"ucap frans pada lukisan itu. ‎"aku telah menyiapkan kamar tersendiri untuknya dan akan menyuruhnya bersandiwara bahagia dihadapan mama, papa dan renata "lanjutnya sambil berjalan meninggalkan ruang kerjanya menuju kamarnya. Beristirahat menunggu hari esok. *** Gelisah .. ‎itulah yg wanita itu rasakan , besok adalah pernikahannya tapi kenapa hatinya tdk bisa tenang, ia sudah beristighfar sedari tadi tapi ia tdk bisa diam. "Kenapa firasatku tdk baik, ya allah". ‎ Ia masih mengingat ucapan renata padanya, tapi kenapa ia tdk bisa tenang, "kenapa frans begitu sulit ditebak "ucapnya sambil melihat Bintang. Memang saat ini ia sedang berada diteras. Ini sudah jam 12 lebih tapi masih bimbang atas semuanya ‎"Ya allah, hilangkan keraguan hatiku, aku tidak ingin mengecewakan imamku, aku tdk ingin ia menyesal karena menikahiku. Kata orang wajahku begitu sempurna, bahkan tanpa make up dirinya sudah sangat cantik, ditambah lagi dengan mata hijaunya yg begitu menawan menambah kecantikannya "batinnya ‎"Dan hanya memandang mataku saja mereka sudah terpesona lalu apakah aku tdk semenarik itu bagi jodohku sendiri"lanjutnya. ‎ Ia sangat takut tdk bisa yg terbaik untuk frans, ia takut laki-laki itu akan malu mempunyai istri sepertinya. "Ujian hidupku serumit ini"tuturnya sambil menghapus airmatanya. ‎ Lagi dan lagi ia menangis. Seharusnya ia bahagia, bukan diliputi kebimbangan dan rasa takut seperti ini. ‎ "Ya allah, masyarakat pernah berkata padaku bahwa org yg menjadi jodohku adalah keberuntungan yg hakiki, karena mendapatkan wanita setabah diri ku, dengan tutur lembut kataku. Tapi kenapa yg kulihat itu tdk ada sama sekali didalam diri calon Imamku "ucapnya lagi dengan suara bergetar menahan tangisnya. ‎"Ayah, ibu aku butuh kalian. Butuh topangan. Hatiku buntu arah aku ragu. Maafkan hambamu ini ya allah dengan segala keraguanku atas dirimu"tangannya bergetar memegang knop pintu. Iapun memutarnya dan masuk kedalam rumahnya. Dengan harapan bahwa esok setelah laki-laki itu mengucap janjinya dihadapan allah segala keraguan dalam dirinya akan menghilang dengan sendirinya. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN