Raka mengangkat ikan terakhir dari kolam setelah itu ia naik ke atas.
"Sudah pak." Kata Raka ke pak Jamil yang sedang menyortir.
"Iya le, makasih ya." Kata pak Jamil sambil kembali menyortir dengan pengepul.
Raka naik kepondok ia melihat Mikayla sedang bersama Martha, anak bu Maya dan pak Jamil. wanita itu sedang mengangkat Mikayla guna tertawa menghibur.
"Anaknya ya mas?" Tanya Martha saat melihat Raka. Martha langsung terkesima karena melihat ketampanan Raka yang sesungguhnya. Raka mengangguk lalu tersenyum sekedarnya.
"Saya mandi dulu, tolong titip Mikayla." Raka masuk ke dalam rumah lalu menutup pintu. Ia tidak mau wanita itu masuk dan melihatnya sedang mandi. Raka tau siapa Martha, dulu wanita itu adalah simpanan para investor termasuk papinya Rara dulu.
Raka membuka celananya yang berlumpur lalu menyiramnya agar tidak kering dan mudah di bersihkan. Setelah itu ia membasuh tubuhnya dengan air dan sabun hingga bersih.
Raka memakai kaos setelah selesai mandi lalu keluar dari pondok. Ia melihat Bu Maya dan anaknya sedang bermain dengan Mikayla.
"Come here." Kata Raka sambil mengangkat anaknya dari tangan Martha.
"Nak Raka, kenapa tidak menikah saja... Martha bersedia menjadi istrimu." Kata Bu Maya di sela tawa. Raka tertawa pelan lalu menggeleng.
"Maaf bu, saya dan mamahnya Mika masih memiliki status, lagian saya gak kepikiran nikah. Jaman sekarang perempuan mau nikah karena uang bukan cinta.... saya tidak mau Mika terbengkalai dan di pegang oleh orang lain. Maaf bu saya istirahat dulu" Jelas Raka sopan tapi menusuk untuk Martha. Martha langsung salah tingkah pasalnya ia tidak suka anak- anak. Raka ingin masuk tapi langkahnya terhenti oleh Bu Maya.
"Nak Raka, ini uangnya... maaf ibu hanya bercanda tadi." Kata Bu Maya yang merasa bersalah karena lancang. Raka melirik uang itu dan menggeleng.
"Gak usah, permisi." Raka langsung masuk dan menutup pintunya, tak perduli jika mereka berdua tersinggung. lelaki itu berbaring di kasur lalu mendudukan Mika di atas perutnya kedua pahanya ia lipat agar bisa menjadi sandaran untuk sang anak.
"Mika... anak papah." ujar Raka. Raka meninggikan bantalan di kepalanya agar bisa leluarsa bermain. Bayi cantik itu nampak tenang saat berada di dekat papahnya ketimbang dengan Martha tadi.
Esok harinya...
Lona menepuk bahu Rara saat gadis itu sedang membaca n****+. Rara menengok ke belakang dan bergumam hem.
"Mba, ayo kita kepasar." Kata Lona penuh harap. Rara meletakan novelnya dan mengangguk.
"Ayolah." Rara meraih kunci mobil dan pergi keluar bersamaan dengan Lona.
"Mau ke mana?" Tanya Mami saat melihat Rara dan Lona keluar dari rumah dan hendak masuk ke dalam mobil.
"Kepasar Bu mami, ada yang Lona lupakan di sana." Jawab Lona sambil masuk ke dalam mobil. Rara tertawa pelan di dalamnya.
"Kenapa Mba, lucu ya?" Tanya Alona dan Rara menganggukinya.
"Apa yang kamu lupakan di sana Lona, dalam seminggu ini sudah dua kali kamu kepasar bahkan ini yang ketiga kalinya." Ucap Rara. Lona hanya terkekeh dan merasa malu.
"Hatinya Lona yang ketinggalan di sana Mba."Jawabnya pelan.
Rara memarkirkan mobilnya di pelataran toko. Lona langsung turun saat mendapati Raka sedang berjualan dan melayani pembeli.
"Mas Raka." Sapa Lona ia berlari kecil setelah itu berdiri di sampingnya. Raka hanya sibuk mengambil pentolan untuk di masukan ke dalam plastik.
Rara turun setelah mengunci mobilnya dan berjalan menghapiri Lona. Awalnya Rara tidak memperhatikan siapa lelaki itu tapi...
"Rara." Pekik seorang pria yang tengah fokus menyebrang . Rara lantas berbalik dan mencari asal suara itu, seorang pria bertubuh tegap namun penuh keringat karena cuaca yang panas menghampiri Rara.
"Reno." Senyum Rara mengembang tatkala ia bertemu dengan adiknya Raka. Melihat Reno seperti ia melihat Raka karena mereka terlihat mirip. "What are you doing here." Tanya Rara, Reno tertawa sambil menunjuk seseorang dengan jempolnya ke belakang.
"Menemani ibuku belanja, besok ulang tahun Mas Raka. Dan Ibu ingin merayakannya walaupun yang ulang tahun tiada." Jawab Reno. senyum Rara memudar ketika teringat Raka, dimana ia sekarang? Rara sangat merindukannya.
"Mau menemaniku minum es kelapa di sana?" Tawar Reno sambil menunjuk tukang es kelapa di seberang. Rara mengangguk
"Sure."
Mereka berdua nampak berlenggang ke seberang jalan pasar dan duduk di kursi panjang.
Andaikan Raka peka sedikit ia pasti dapat melihat jantung hatinya sedang berada di depannya bersama sang adik.
"Belum ketemu mas Raka, Ren." Tanya Rara. Reno yang telah memesan menggeleng pelan.
"Belum Ra, Ibu dan ayah sudah mencarinya tapi Mas itu hilang tanpa jejak." Jawab Reno sedikit sedih Rara menghembuskan nafasnya lemah.
"Aku masih mencintai mas Raka, Ren." Ungkap Rara, Renopun tau bahwa Rara dan Raka saling mencintai tapi hubungan mereka terpisah hanya karena perusahan dia bangkrut dan restu keluarga. Perusahaan yang sengaja di bangkrutkan oleh Ayahnya agar Raka mau memimpin perusahaan keluarga.
"Apa kamu sudah mencoba untuk mencarinya? Dia mencarimu dirumah sakit dan membawa seorang bayi." Kata Reno waktu ia mengantarkan sang kakak ke rumah sakit untuk menjenguk Rara. Rara mengerutkan keningnya.
"Bayi? Bayi siapa?" Tanya Rara dengan rasa ingin tau yang besar.
"Bayimu dan dia." Jawab Reno. Rara menggeleng pelan
"Kata mami dan papi anakku meninggal Ren."
"Serius mereka berkata seperti itu?" Tanya Reno dan Rara menganggukinya.
"Aku tidak tau apa motif keluargamu yang jelas anak kamu bersama papahnya." Ujar Reno yang diantarkan dua gelas es kelapa muda bewarna merah muda yang menggiurkan.
"Mereka bukan keluargaku! Sepertinya mereka turunan iblis." Jawab Rara sambil menyedot es kelapanya. Rara punya harapan untuk menemui anaknya dan Raka tapi dimana? Entahlah.
Raka selesai dengan jualannya hingga Mikayla nangis di dalam keranjang yang Raka ubah menjadi tempat tidur bayi. Hati bayi itu gelisah tatkalah ia seperti merasakan kehadiran ibunya.
"Hey, Mika kenapa nak?" Raka mengangkat anaknya lalu menggendongnya. Lona yang iba menjulurkan tangannya.
"Sini biar Lona gendong, mas." Tawar Lona tapi Raka membelakangi gadis itu.
"Pulanglah Lona." Kata Raka tak suka. ia terus menenangkan anaknya dengan cemas.
"Kenapa sih mas? Kan Lona baik mau bantu." Jawab Lona dengan kesal. Raka tak ambil pusing ia terus menggendong anaknya sambil menepuk belakang Mikayka pelan.
Di seberang sana ada yang nampak memperhatikan.
"Ren, aku kesana dulu ya..." pamit Rara sambil meletakan gelas minumannya "makasih esnya."
Rara menghampiri Lona dan pria bersama bayinya.
"Boleh saya bantu menggendongnya?" Tawar Rara. Lona dan Raka berbalik dan melihat Rara sudah mengulurkan tanganya ke Raka.
Rara fokus melihat bayi itu sedangkan Raka fokus melihat Rara yang masih belum yakin benarkah ini pujaan hatinya?