Part 2 : Bertemu Ryuga

1298 Kata
Perhatian Alisa teralihkan oleh sosok pria yang berjalan dengan penuh wibawa, pria itu berjalan memasuki lobby dan masuk dalam lift. “Siapa pria itu? sepertinya punya kedudukan penting disini karena setiap orang di lobby menyapanya dengan hormat,” gumam Ellen. Ellen melihat ada beberapa orang yang sepertinya akan melakukan interview seperti dirinya, jam menunjukkan pukul 08.45 dan resepsionis mempersilahkan Ellen dan beberapa gadis lain yang akan interview naik melalui lift pertama menuju lantai lima untuk interview. Total ada lima orang termasuk Ellen, mereka membawa CV masing masing dan berjalan menuju lift dan masuk ke dalamnya. Lift terbuka di lantai lima, Ellen dan empat orang lainnya keluar dan menyusuri lorong dan sampai di depan sebuah pintu besar dengan meja di depannya, di meja itu duduk seorang gadis cantik yang anggun, sepertinya gadis itu adalah seorang sekertaris. “Selamat pagi semuanya, silahkan duduk dulu,” ucap gadis itu pada Ellen dan empat orang lainnya. Ellen duduk di sofa set juga empat orang lainnya. Ellen belum pernah bekerja di perusahaan Indonesia, jadi ia belum tahu seperti apa konsep interview perusahaan Indonesia. Ellen meraih majalah bisnis berbahasa inggris yang berada tak jauh dari tempatnya duduk, yang terletak di di rak dan berisi beberapa majalah dan surat kabar. “Sok banget sih, pakai baca majalah berbahasa inggris, biar punya image bagus ya dan diterima bekerja disini? Jangan mimpi.” Ucap salah seorang dari empat orang yang akan wawancara pada Ellen membuat Ellen terkejut, seperti inikah persaingan di Indonesia, menjatuhkan sebelum melakukan interview resmi. Ellen menatap gadis itu, ia tersenyum simpul, “pardon me? aku hanya mau membaca, tidak ada maksud apa apa.” jawab Ellen. “Alasan, aku tahu kok akal dari orang seperti kamu,” jawab gadis itu lagi. “Sudah kalian jangan berselisih, tidak baik,” ucap gadis uyang lain, Ellen menatapnya, ia respek kepada gadis yang melerai. “Hai, namaku Ellen, kamu?” Ellen mengulurkan tangannya pada gadis itu. “Hai, aku Arin.” “Nice to meet you Arin,” ucap Ellen. “Nice to meet you too Ellen. Kamu apply untuk posisi apa?” tanya Arin. “Aku lihat di web perusahaan membutuhkan kepala divisi dan staf, aku apply untuk kepala divisi,” jawab Ellen. “Hahaha… kamu mau jadi kepala divisi, woy bangun, mimpi kamu…” ucap gadis tadi yang berselisih dengan Ellen. Ellen hanya menggelengkan kepalanya saat gadis itu meremehkannya, tapi Ellen tidak terintimidasi, dia sudah terlatih dalam kondisi tekanan apapun, hanya ucapan intimidasi seorang gadis tidak akan membuatnya down. “Nona Vina Arinda Shakira silahkan masuk untuk interview,” ucap sekertaris itu, Arin berdiri dan bersiap masuk dalam ruangan interview. Sepuluh menit kemudian Arin keluar, ia mendekati Ellen. ‘El, aku sudah selesai, aku pulang dulu ya, kamu semangat ya.” “Oke, sudah selesai interview? Hasilnya?” “Aku akan dihubungi dalam beberapa hari.” “Oke, bye.” satu persatu nama dipanggil untuk interview dalam ruangan dan ternyata Ellen mendapatkan giliran terakhir untuk interview. Gadis yang sejak tadi mengintimadisi dirinya meninggalkan ruangan dengan melirik sinis pada Ellen. “Nona Ellen Ivara Katharina, silahkan masuk,” pinta sekertaris yang sejak tadi mengatur proses interview. “Thank you,” jawab Ellen kemudian mengambil CV yang ia bawa dan berjalan masuk ke dalam ruangan, ruangan itu cukup luas, ada seorang pria paruh baya yang duduk di seberang meja besar dengan sebuah laptop dan beberapa berkas. “Selamat siang pak,” sapa Ellen ramah, ia berjalan mendekat dan berdiri di seberang meja, ia tidak langsung duduk. Ellen melihat tganame di meja dengan tulisan, Mr. Anggara Pradipta, Kepala divisi HRD. Ternyata pelamar langsung di interview oleh kepala divisi langsung, bukan oleh tim staf HRD. “Kenapa anda tidak langsung duduk nona… Ellen?” tanya pak Anggara melihat copy CV di depannya. Ellen tersenyum, “Karena anda belum mempersilahkan saya duduk, jadi saya tidak bisa duduk begitu saja, Am I right?” tanya Ellen. Pak Anggara tersenyum, “Sangat beretika, tapi kamu adalah lulusan S2 dari Stanford University, dan pernah bekerja hampir dua tahun di perusahaan internasional besar di California, sangat jarang ada attitude macam ini dari lulusan luar negeri, walau tidak semua seperti itu.” “Ini adalah attitude dasar dalam interview sir.” “Tidak salah saya menempatkan nama kamu dalam list terakhir interview, please sit down,” pak Anggara mempersilahkan Ellen duduk, Ellen mengangguk kemudian duduk di hadapan pak Anggara. “Can I ask you something?” tanya pak Anggara. “Sure, itu kan guna dari interview sir.” “Pekerjaan dan perusahaan yang kamu tinggalkan itu adalah pekerjaan impian jutaan orang di USA, kenapa malah meninggalkannya dan interview di perusahaan yang mungkin levelnya dibawah perusahaan yang kamu tinggalkan?” “Banyak orang beranggapan seperti itu sir, tapi itu sudah pilihan saya, karena keluarga saya ada disini, saya tidak ingin jauih dari mereka karena keluarga adalah yang utama.” “Disini kamu apply untuk kepala divisi marketing, bagaimana kalau kamu malah ditempatkan sebagai staff marketing, bukan kepala divisi marketing?” “No problem sir, tidak selamanya saya jadi staf kan jika skill saya meningkat dan memberikan keuntungan besar bagi perusahaan, mungkin akan jadi mmm… direktur?” ucap Ellen berkelakar. “Candaan yang bagus, jangan jangan kamu bercita cita sebagai istri direktur?” Ellen tergelak, “just kidding sir, sorry. Saya adalah gadis yang lebih ingin berdiri diatas kakinya sendiri daripada bergantung pada orang lain.” “Oke, congratulation, selamat bergabung di Danuarga Group,” pak Anggara berdiri dan mengulurkan tangannya pada Ellen. “I am in? bukannya harus menunggu beberapa hari dan akan dihubungi untuk hasil interview ini?” Ellen pun berdiri. “Memang, tapi pengecualian untuk anda nona Ellen.” “Why?” “Kami beruntung anda apply di Danuarga Group, kami tidak akan melewatkan orang berbakat seperti anda, dan perlu anda ketahui, kami juga bekerja sama dengan perusahaan dimana anda dulu bekerja, kami mencari info tentang anda nona Ellen, dan mereka sangat merekomendasikan kami untuk mempekerjakan anda.” Ellen tersenyum, ia menerima uluran tangan pak Anggara dan menjabat tangan pak Anggara. “Thank you sir, saya tidak akan mengecewakan anda dan perusahaan ini.” “Saya yakin itu, besok anda mulai bekerja, anda bisa menemui saya di ruangan ini dan saya akan tunjukkan ruangan anda dan job desk nona Ellen.” “Sekali lagi thank you sir, saya pamit pulang.” ~~~ ~~~ Ellen duduk di tepi ranjang, ia menatap buku agenda di tangannya milik Alisa juga buku agenda yang diberikan oleh pak Anggara, keduanya sama persis, di halaman depan beberapa lembar terdapat profil misi dan visi perusahaan, juga foto beberapa petinggi perusahaan. Ellen menatap foto CEO sekaligus direktur utama perusahaan, dengan data diri dan profil singkatnya. seorang pria paruh baya yang masih terlihat aura ketampanannya, wajahnya terlihat penuh wibawa dan tegas. Dibawah foto CEO terdapat foto wakil direktur, seorang pria muda yang pernah ia lihat di lobby gedung Sora saat ia menunggu untuk interview. “Hemmm… masih muda sudah jadi wakil direktur,” gumam Ellen saat melihat tahun kelahiran pria muda yang menjabat sebagai wakil direktur. “Ryuga Kayven Danuarga, nama belakangnya menunjukkan kalau dia adalah klan Danuarga, putra dari Michael Danuarga, CEO sekaligus direktur perusahaan. Kenapa aku seperti familiar dengan nama ini, tapi aku belum pernah mengenal nama ini.” Ellen bertekat untuk bekerja di Danuarga group sekaligus mencari informasi tentang Alisa dan seseorang yang membuat Alisa depresi, Ellen tahu perusahaan sebesar Danuarga Group memiliki ribuan karyawan dan akan sulit baginya mencari orang itu tapi ia kana berusaha sekuat tenaga demi kakak yang sangat ia sayangi. Ellen kemudian memasukkan dua buku agenda tersebut dalam tas tangannya, dan meletakkan tas tangannya di meja yang terjangkau agar esok hari ia siap bekerja di hari pertama. Ellen kemudian turun dan menuju kamar Alisa, ia melihat Alisa termenung, tataopan matanya kosong. “Kakak tenang ya, aku akan mencari orang yang menyebabkan kakak seperti ini.” Lynagabrielangga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN