Rosemary duduk di depan Sion berdampingan dengan Astri sementara Aini, di sudah sakit kepala sejak Husna ditangkap polisi sehingga dia lebih memilih tinggal di kamarnya. Hanya satu keinginannya yaitu agar Sion tidak pilih kasih membela anak mereka.
“Jadi, apa yang akan Bu Astri lakukan?” tanya Sion.
Astri memang masih muda, tetapi tidak mungkin Sion memanggilnya dengan nama karena Astri sekarang bertindak sebagai pengacara anaknya.
“Laporan dan tuntuttan terhadap Lev sudah dilakukan dan aku berharap polisi bisa bertindak cepat. Dengan adanya semua pemberitaan yang ada, aku akan menjebak Anggoro sebagai dalang dibalik kejadian yang menimpa Rosemary,” kata Astri.
“Anggoro, kenapa harus dia? Bukankah yang melakukan perbuatan tersebut adalah Lev?” tanya Rosemary.
“Apakah kau akan datang ke kamarnya Lev kalau tidak diperintah Anggoro? Hanya karena kau melawan Lev maka Anggoro membuat laporan. Sayangnya dia tidak terlalu pintar dengan melaporkan dirimu ke polisi,” kata Astri.
“Maksud kaka?”
Rosemary tidak pernah berharap ada di dalam posisinya yang sekarang dan dia tidak mengerti dengan ucapan Astri.
“Aku yakin tidak lama lagi akan ada reporter yang menginginkan berita tentang dirimu. Pada saat itulah kau bisa mengatakan bahwa dirimu di jebak oleh Anggoro. Keinginan Anggoro apa, kau tidak perlu mengatakannya,” ujar Astri.
“Kenapa?”
“Menghindari tuduhan baru. Dengan mudah Anggoro pasti akan mengelak kalau kau menuduhnya telah memberikan dirimu pada Lev.”
“Laporan yang kau lakukan ke polisi adalah perbuatan Lev pada dirimu di dalam kamar hotel sementara wartawan sendiri selalu menanyakan motivasi dirimu datang ke kamar Lev. Perbedaan yang sangat nyata untuk mengaburkan semua laporan yang sudah kau lakukan.”
“Terima kasih, Kak. Seandainya aku tidak bertemu dengan kakak, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku mungkin hanya melakukan kebodohan yang lainnya,” ucap Rosemary.
“Aku yakin kau bisa membuat lelaki seperti Anggoro dan Lev yang tidak bisa mengendalikan nafsenya bisa mendapatkan ganjaran,” jawab Astri.
Hanya berselang 1 jam sebuah pesan masuk ke ponsel Rosemary dari salah satu stasiun tv. Mereka meminta melakukan wawancara dan atas persetujuan Astri, Rosemary menerimanya.
Seminggu kemudian, Di kantor Anggoro yang luas, Anggoro baru saja menerima telepon dari Lev Grigory bahwa dia sudah memberikan persetujuan sebagai sponsol utama atas film yang dibintangi Rosemary dengan syarat, Rosemary tidak lagi menjadi bintang di film tersebut.
“Baik, Tuan. Sejak timbulnya berita tersebut, kami sudah memutuskan kontrak kerjanya. Tidak ada lagi kesempatan untuk Rosemary bekerja di dunia acting,” jawab Anggoro puas.
“Bagus. Lakukan dengan baik dan jangan membuat masalah,” perintah Lev.
Dia sangat marah pada Rosemary yang sudah membuatnya kehilangan kendali. Tidak pernah ada seorang wanita yang menolak dirinya di ranjang. Tetapi Rosemary sudah membuatnya sangat marah hingga dia emosi dan mendorongnya keluar.
Hari ini Lev akan meninggalkan Indonesia dan kru pesawatnya sudah mengatur perijinan meninggalkan Indonesia sejak kemarin. Tentu saja sejak kedatangannya ke Indonesia, dia sama sekali tidak berniat untuk tinggal lebih lama.
“Selamat siang, Tuan. Sepertinya kita tidak bisa meninggalkan Indonesia dalam beberapa hari ini,” beritahu asistennya.
“Tidak bisa? Kenapa?” tanya Lev dengan nada tinggi.
“Polisi sudah menetapkan Tuan sebagai tersangka atas tindak kekerasan terharap wanita bernama Rosemary,” beritahu asistennya lagi.
Rosemary….
Wajah Lev begitu gelap. Dia tidak mengira wanita yang sudah menolaknya di ranjang ternyata sudah membuat laporan ke polisi dan dia sama sekali tidak mengira wanita seperti itu sangat berani menentangnya. Apakah dia tidak tahu siapa Lev Grigory?
“Aku ingin kau menyelesaikan semuanya. Aku tidak perlu ada di sini lebih lama karena pekerjaanku tidak bisa menunggu,” perintah Lev.
“Baik Tuan.”
Asisten Lev adalah lelaki yang selalu bekerja dengan cepat. Dia langsung menghubungi pengacara Lev yang ada di Rusia dan atas saran yang diberikan oleh pengacaranya, Lev harus menyewa pengacara yang ada di Indonesia agar bisa bertindak cepat.
“Bagaimana?” tanya Lev setelah asistennya mengatakan kalau dia harus memakai pengacara local sebelum pengacaranya sendiri datang.
“Kapan Tuan ada waktu untuk bertemu dengan pengacara?”
“Lakukan pemesanan kamar di hotel yang ada di dekat bandara dan katakan juga pada pengacara yang sudah kau hubungi untuk bertemu denganku di sana,” perintah Lev tegas.
“Baik, Tuan.”
Di tempat yang berbeda, Danur yang baru saja masuk ke ruang kerja Anggoro meminta atasannya itu untuk menyalakan tv karena ada berita tentang Rosemary.
“Kurang ajar!!!”
Rosemary ternyata mempunyai pengacara yang sangat cerdik. Dia bisa melihat yang sebagian orang mungkin tidak akan menyadari permainannya.
Pembelaan Astri pada Rosemary yang lebih banyak menunduk membuat semua perhatian camera hanya tertuju pada Astri.
“Klien saya tidak tahu tujuan Mister A yang sebenarnya. Tetapi siapa yang mengenal Rosemary? Tidak ada. Dia adalah orang baru yang perannya tidak semua orang perhatikan,” kata Astri tenang.
“Lalu, apa yang akan dilakukan Rosemary terhadap Lev? Mengingat dia adalah pengusaha yang sudah banyak berinvestasi di Indonesia,” tanya wartawan.
“Karena proses hukum sudah dilakukan, kita nantikan saja bagaimana polisi menangani kasus tersebut,” jawab Astri lagi.
“Apakah yang Anda maksud dengan Mr A adalah Pak Anggoro? Ada berita bahwa Rosemary sudah memaksa Pak Anggoro memberikan alamat tempat Lev menginap karena dia punya tujuan tertentu. Bagaimana tanggapan Anda?”
“Anggaplah Rosemary seorang ob, apakah seorang pimpinan seperti Mister A akan menerima sikap seperti itu? Saya yakin Rosemary langsung dipecat.”
“Tetapi banyak berita yang mengatakan kalau Rosemary secara sengaja datang ke tempat Lev menginap. Apakah semua itu sudah dipesan oleh seseorang?”
“Yang mengetahui kemana Rosemary pergi hanyalah orang yang sudah memberi perintah pada Rosemary. Dan saya yakin semua wartawan yang sudah meliput sejak hari pertama Rosemary mengalami kejadian tersebut. Darimana informasi tersebut berasal, saya yakin Anda sendiri dapat menjawabnya.”
“Dari ucapan Anda, dengan jelas Anda sudah menuduh seseorang yang membuat kegaduhan tersebut, bukankah tidak mungkin ada salah seorang tamu yang mengenal siapa Rosemary?”
“Sekarang, setelah semua pemberitaan tentang Rosemary, saya yakin tidak ada yang tidak mengenal Rosemary, tetapi pada saat Rosemary di dorong keluar oleh L, tidak ada yang mengenal siapa Rosmary dan juga tamu yang ada di dalam kamar tersebut,” jawab Astri yakin.
“Anda sepertinya sangat yakin. Bagaimana Anda bisa membuktikan hal tersebut?”
“Karena saya adalah salah satu tamu hotel yang melihat Rosemary dalam keadaan terhina akibat perbuatan tamu tersebut.”
“Saya justru baru tahu siapa Rosemary ketika kami baru keluar dari kantor polisi dan menghadapi para pemburu berita setelah bertemu dengan Mr A di dalam.”
Astri dapat memastikan bahwa informasi Anggoro ada di kantor polisi tidak ada yang tahu sehingga Astri yakin peluang Rosemary mendapatkan keadilan lebih besar.
“Untuk apa Mr A di kantor polisi?”
“Siapa yang tahu. Tetapi dari ucapan yang dia katakan pada Rosemary pada saat kami baru tiba adalah bahwa Rosemary sudah memaksanya mengatakan alamat menginap L.”
Dengan kemarahan yang memuncak Anggoro melempar layar televise dengan asbak yang ada di atas mejanya. Dia tidak mengira semua yang sudah dia lakukan ternyata memiliki celah yang sangat besar. Yang membuatnya sangat marah adalah celah tersebut dia yang membuatnya sendiri.
“Hubungi Rosemary dan berikan penawaran padanya!” perintah Anggoro pada Danur yang sejak tadi berdiri mengawasi.