Bandar Udara Internasional Sheremetyevo Alexander S. Pushkin masih sama dengan semua keramaian yang ada. Bandara Sheremetyevo pertama kali dibuka pada tanggal 11 Agustus 1959 dengan penerbangan internasional pertama pada tanggal 1 Juni 1960 ke Bandar Udara Schönefeld, Berlin, tidak pernah terlihat sepi. Dan kini setelah hampir sebulan meninggalkan kota Moskwa, akhirnya Lev kembali ke negaranya.
Tiba-tiba rasa kecewa yang dia terima setelah melihat Rosemary terlupakan dengan kehadiran seorang wanita yang seharusnya dia panggil Kakak.
Tiara Hartawan tidak pernah telihat tua di usianya yang memasuki 49 tahun. Wanita cantik yang selalu bersemangat dan tidak pernah mengeluh dengan semua beban kerja yang dia terima.
Lev bersyukur ketika dia menjabat sebagai pimpinan perusahaan, ayahnya, Steven Grigory memutuskan untuk menempatkan Tiara sebagai pendampingnya. Steven yakin di bawah bimbingan Tiara, Lev bisa terus menyampaikan semua pemikirannya.
“Seleamat datang kembali, Lev. Akhirnya kau kembali juga setelah pergi cukup lama,” sambut Tiara ramah.
Melihat kembali anak mantan bosnya yang memiliki ketampanan luar biasa menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Tiara.
“Bagaimana keadaan kantor selama aku pergi? Tidak ada kesulitan yang berarti, kan?” kata Lev saat dia menerima map kerja yang diberikan oleh Tiara.
“Tidak ada. Semua berjalan dengan normal,” jawab Tiara yang berjalan satu langkah di belakang Lev.
“Kenapa kau tidak berjalan di sampingku sehingga aku tidak perlu bicara keras padamu,” tanya Lev menoleh ke belakang sambil menyerahkan kembali map yang diberikan oleh Tiara.
“Aku minta maaf,” jawab Tiara menolak melakukan yang diperintahkan Lev.
Dengan suara keluhan yang diperdengarkan dengan jelas maksudnya dan Tiara hanya tersenyum, seperti memaklumi sifat Lev. Mereka terus berjalan hingga sebuah mobil mewah berwarna hitam terlihat oleh mereka.
Seperti peraturan yang tidak tertulis, Lev duduk di kursi penumpang sementara Tiara duduk di samping sopir dengan semua agenda yang dia bacakan untuk Lev, bosnya yang masih sangat muda dan tampan.
“Apakah aku harus melakukannya sekarang?” tanya Lev tidak terkesan.
“Tentu. Tuan Maxim sudah menantimu di kantornya,” beritahu Tiara yang langsung mendengar keluhan kembali dari Lev.
“Kenapa bos-mu tidak pernah membiarkan aku istirahat sejenak. Apa kau tahu alasannya?” tanya Lev dengan menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.
“Aku yakin alasan Tuan Maxim melakukannya karena kepedulian beliay terhadapmu,” jawab Tiara.
“Kenapa kau tidak menjawabnya dengan jujur. Apa yang kau pikirkan tentangku, selama ini,” kata Lev tiba-tiba bersemangat.
“Yang aku pikirkan tidak ada yang penting dan juga tidak ada gunanya. Tetapi yang dipikirkan oleh Tuan Maxim sangat penting untukmu,” jawab Tiara.
“Apa kau tahu perjalanan bisnisku sebelumnya nyaris membuatku menjadi pribadi yang berbeda?” tanya Lev kembali bersandar.
“Apa pun yang terjadi, aku yakin kau sangat mampu melewatinya. Kau adalah putra Tuan Maxim sehingga aku yakin kau pasti mampu mengatasi setiap kendala atau kesulitan yang kau hadapi,” jawab Tiara.
“Kau benar dan aku bersyukur bisa melewati jebakan klasik seorang wanita yang menginginkan kemudahan untuk mencapai yang dia inginkan,” jawab Lev tertawa.
Mengapa dia begitu lega setelah kembali ke negaranya? Lev sangat yakin dia sudah melakukan dengan benar. Menikahi seorang wanita yang tidak dia kenal adalah sebuah taruhan yang tidak akan pernah dia ulangi,
Hanya pengacara kepercayaannya yang mengetahui masalah hukum yang melibatkan dirinya sekaligus yang menyebabkan dia tidak bisa kembali ke melanjutkan perjalanan bisnis lebih cepat dari rencananya.
“Apa kau tahu rencana bos-mu?” tanya Lev pada Tiara.
Mobil yang mereka tumpangi sudah mendekati pusat perkantoran tempat Perusahaan Slezy Bogini (SB) menjalankan usahanya.
Tiara tidak tahu apa yang terjadi dengan Steven Maxim Grigory, Presiden Direktur SB dengan putranya, tetapi dari sebutan yang diberikan Lev pada ayahnya mengandung arti bila Lev tidak pernah setuju dengan semua aturan yang diberikan oleh ayahnya.
“Saya sudah lama tidak bekerja secara langsung dengan Tuan Maxim, jadi apa pun yang sedang beliau kerjakan, saya tidak pernah tahu,” jawab Tiara.
“Tapi kau selalu melaporkan yang aku lakukan, kan?” tudur Lev.
“Tentu. Salah satu tugas utama yang diberikan padaku sebagai sekretarismu adalah melaporkan semua yang kau lakukan. Dari yang paling buruk sampai paling baik. Dan selama ini kau selalu berhasil melakukan tugasmu,” jawab Tiara.
Lev menatap belakang kepala Tiara. Dia sangat penasaran mengapa wanita yang usianya lebih tua 17 tahun darinya selalu terlihat tenang. Tidak pernah sekalipun Lev melihat Tiara emosi. Apakah dia tidak memiliki emosi?
Tidak mungkin. Lev pernah melihat Tiara bersama seorang lelaki ketika acara perusahaan dan dia sempat menyaksikan bagaimana Tiara memberikan kemesraannya pada lelaki tersebut.
“Apakah lelaki itu suaminya Tiara? Tetapi mengapa dia tidak pernah melihatnya kembali?” tanya Lev dalam hati.
Lev ingin bertanya tentang kehidupan pribadi Tiara, tetapi dia mengurungkannya. Bukan karena segan atau tidak pantas melainkan karena mobil mereka sudah tiba di gedung tinggi yang menjadi pusat bisnis SB.
“Apakah aku harus menemui bos-mu langsung?” tanya Lev ketika dia sudah keluar dari mobil.
“Tentu. Tuan Maxim menunggu laporan dari hasil perjalanan bisnis yang sudah kau lakukan,” jawab Tiara.
Lev tidak perlu bertanya apakah ayahnya sudah membaca laporan setiap bisnis yang dia lakukan atau tidak. Lev yakin asistennya yang selalu mengikuti di setiap perjalanannya sudah mengirimkan semua pekerjaan yang harus dia laporkan pada asisten ayahnya yang terkenal paling kompeten.
Lev berpikir ayahnya memberikan pujian atau penyemangat setelah keberhasilan yang sudah dia capai selama perjalanan yang dia lakukan ke benua Asia dan Amerika. Namun, semua dugaan yang sempat dia pikirkan ternyata jauh dari kenyataan.
Ayahnya, lelaki yang memiliki tubuh kekar dan wajahnya yang selalu terkesan dingin sehingga membuat setiap orang termasuk dirinya sering kali merasa gentar bila berhadapan langsung, saat ini melihatnya dengan cara yang berbeda. Wajahnya terlihat menyimpan kemarahan dan Lev berharap dia bukan penyebabnya.
“Bagaimana hasilnya?” tanya Steven langsung.
“Baik, apakah Aldair belum memberikannya pada Papa?” tanya Lev menyebut nama asisten Steven.
“Sudah dan aku tidak sabar untuk bertanya padamu,” jawab Steven.
“Silahkan, apa yang papa ingin ketahui,” kata Lev menatap mata Steven berani.
Dia memang gentar dan segan pada ayahnya, tetapi Steven tidak pernah mengajarkan dirinya sebagai lelaki pengecut yang tidak bisa menatap mata lawan bicaranya.
“Apa keuntungan yang kau peroleh dengan menjadi sponsor utama produksi film yang kurang terkenal. Kau sudah menjadi penderma?” tanya Steven.
“Penderma? Aku bukan lelaki sebaik itu karena aku juga mengharapkan keuntungan yang besar dari semua uang yang sudah aku keluarkan,” jawab Lev.
“Apakah scandal dengan seorang cameo salah satu keuntungan yang kau inginkan?” tanya Steven membuat Lev terkesiap.
Apa mungkin pengacanya mengatakan kejadian yang menimpa dirinya? Tidak mungkin. Pengacaanya sangat setia dan selalu bisa diandalkan sehingga ayahnya tidak mungkin mengetahui dari pengacaranya.
“Kenapa diam? Apakah wanita Asia sangat menarik hatimu sehingga kau rela menjadikan dirimu sebagai target utama? Kau adalah penerus SB dan aku tidak akan pernah membiarkan dirimu terjebak dalam permainan klasik wanita. Kau mengerti?!”
“Aku mengerti.”
“Jadi apa yang terjadi?”
Lev tidak mungkin menyembunyikan yang sudah terjadi karena dia yakin ayahnya sudah berhasil mendapatkan berita tentang dirinya, Lev berpikir ayahnya hanya meminta penjelasan secara langsung tanpa ada niat untuk menghukumnya. Bukankah alasan yang disampaikan ayahnya sudah sangat jelas?