Bab 4

743 Kata
Bab4 Gadis Bigbos Di Hina Saat Lebaran Selama di rumah Elisa, walaupun Elisa tak mengatakan kalau dia dan Dirga ada hubungan istimewa namun Renata cukup bisa memahami dari gestur tubuh mereka. Namun bagi renata dia tak perlu marah ataupun berstegang sampai urat timbul untuk adu argumen itu tak perlu. Bagi Renata dia cukup tau saja bagaimana sifat sahabatnya itu. Masih jelas tersimpan dalam ingatan kata kata Elisa waktu itu. "Is kalau aku amit amit punya pacar macam Dirga itu?" kata Elisa saat memperkenal Dirga untuk pertama kalinya. "Kenapa?" tanya Renata heran. Setau Renata Dirga selama ini menunjukkan sikap yang baik walau tau Renata bukan anak orang kaya walaupun Renata tak yakin Dirga akan tetap menerimanya setelah tahu siapa sebenarnya Renata. "Menurutku dia itu lelaki playboy." Renata mengkerutkan alisnya, dia merasa aneh dengan sikap Elisa yang langsung bilang kalau Dirga playboy padahal mereka baru kenal. Renata menarik nafasnya mengingat kata kata temanya itu, dia tak mau beprasangka atau menyimpulkan sesuatu, tidak, dia tak mau mengotori pikiranya dari segala prasangka, suatu saat semua akan terungkap dengan sendirinya baik buruk sahabatnya itu. ***** Di lain tempat di waktu yang sama. Elisa termenung menatap foto foto kebersamaanya dengan Renata. Renata adalah sahabat yang baik bagi Elisa, dia selalu berbagi apapun yang dia punya dengan sahabatnya. Dia adalah sosok yang ringan tangan dan tak pelit mebantu dengan kawan. Terbukti walau miskin Renata akan berusaha membantu Elisa sebaik mungkin jika dia dalam kesusahan. Bahkan pernah Renata rela menjual ponsel miliknya saat Elisa perlu uang waktu itu. Namun semua berubah ketika Renata memperkenalkan Dirga padanya. Pesona wajah Dirga yang tampan, rahang tegas, d**a bidang dan lengan yang kekar telah membutakan mata hatinya sehingga akal kewarasanpun tak dapat berfungsi lagi dengan benar. Otak sudah di rasuki setan yang di puja puja yang di sebut sebagai cinta, tak peduli apakah cinta itu merusak kebahagian orang lain atau tidak. Flasback beberapa tahun yang lalu. "Renata itu anak haram, bapaknya aja tak tahu kemana." kata Elisa suatu hari saat bertemu Dirga. "Oya?" kata Dirga tak percaya. "Sudah jadi rahasia umum lo, semua orang kampung tahu bahkan ibunya itu pelakor, makanya keluarganya mengusir bu Amira." Dirga mengekerutkan dahinya sebentar namun hanya sesaat kemudian kembali tenang. "Rena pernah bilang gak dia kerja apa?" tanya Elisa kembali. "Enggak."jawab Dirga berat dan pendek. Entah dia malas jawab atau pikiranya sudah mulai termakan bujukan Elisa. "Rena itu di sana jadi babu tapi babu harian jadi kalu malam di part time di kafe, taulah kalau partime malam malam di kafe." kata Elisa tersenyum licik. Elisa bersorak dalam hati ketika melihat muka Dirga mendadak memerah. "Dari mana kamu tahu?" tanya Dirga. Suaranya terdengar berat. "Ck, Dirga..apa sich yang gak di ceritakan Renata ke guwe." kata Elisa. Kembali Elisa tersenyum licik ketika melihat Dirga mengepalkan tanganya. "Emang lo mau keluarga Dinata yang terhormat punya calon menantu anak haram terus jadi tukang service om om di kafe." Makin Dirga marah Elisa makin melonjak gembira melihatnya. Setelah beberapa hari dari kejadian itu. "Nanti malam aku akan putuskan Renata." Elisa tersenyum hampir saja dia melompat kegirangan mendengarnya, usahanya untuk meracuni otak Dirga tak sia sia. "Kamu sudah pikir baik baik Ga? Gak kasihan kamu sama Renata?" kata Elisa bersandiwara. "Gak, aku akan buat malam ini jadi malam istimewa bagi Renata." kata Dirga mantap. Kembali senyum licik penuh kepuasan terukir di bibir Elisa. Saat Reoni Elisa berusaha mengukir senyuman dan menyembunyikan gemuruh di hati melihat Dirga menggandeng mesra tangan Renata. "Sabar lisa, ini hanya sandiwara Dirga."Batin Renata. Renata tersenyum melihat Elisa. "Sudah lama Ris?" tanya Renata. Senyum penuh ketulusan selalu terukir di bibir Renata yang merah seperti buah ceri itu. "Baru kok." jawab Elisa dengan senyum penuh kepalsuan. Mereka kemudian mengobrol berdua sampai suatu saat Dirga menarik tangan Renata agak kasar dan membawanya ke tengah tengah panggung lalu dengan kasar mendorong tubuh Renata. "Haii guys lihat! Anak terpandai di SMU kita dulu, ternyata dia anak haram guys." kata Dirga menunjuk tepat ke muka Renata. "Maksudmu apa Ga?" "Gak usah sok begok sih Ren guwe tahu semuanya lo anak luar nikah, ibu lo pelakor dan janda miskin." "Huu..anak haram tapi sok alim lo." ejek salah satu teman Renata yang di sambut sorakan "huu.." oleh teman teman yang lain. "Jahat kalian semua." Elisa bagai pahlwan datang menolong Renata, menariknya dari pesta dan bersikap seolah olah dia bersimpati atas apa yang terjadi pada Renata barusan. Akting yang sempurna bak seorang politikus tingkat tinggi, dia yang membuat kerusuhan, dia dalang semuanya, lalu datang seolah olah dia pahlawannya untuk menarik simpati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN