Bab 19 Menyerah Demi Mika

1925 Kata

Gengsi selalu menjadi ungkapan harga diri, dimana hanya logika yang menguasai. Segalanya yang dipertimbangkan berdasarkan sebab-akibat, dan apa yang didapat. Sedang hati tak diajak terlibat, hati yang lagi-lagi dipaksa mengalah tanpa hasil. Mempertahankan gengsi bukanlah hal mudah, perlu mental sekuat baja untuk melakulannya. Dan hati Sadin nyatanya tak lebih kuat dari selembar daun kering dan rapuh. Sadin menyerah, perempuan itu tak peduli dengan anggapan Duta nanti, yang terpenting Mika ke pelukannya kembali. Sadin mengernyit, menyesuaikan gelap yang tiba-tiba terang disekitarnya. Bulu matanya bergerak - gerak, tanda tidurnya telah terusik. lalu perlahan matanya terbuka. "Bunda bangun.. " dengan kesadaran yang baru terkumpul setengah, Sadin bisa melihat dengan jelas wajah Mika. Wajah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN