ALASAN UNTUK PERGI

1155 Kata
            Mas Bima datang ke rumah ku, membawa sebucket bunga berwarna merah. Hal pertama yang aku lakukan ketika melihatnya membawa bunga adalah… tertawa. Iya aku tertawa, kami berdua sudah ada rencana untuk menikah, namun lucu nya hingga detik ini ia tidak tahu bahwa aku alergi bunga.             “Maaf ya soal kemarin…” Ucap Mas Bima sembari menyodorkan bucket bunga yang ia bawa kepadaku. Aku lantas mundur beberapa langkah sembari menutup hidung. Bisa-bisa jika terlalu dekat dengan bunga itu aku bisa terkena alergi selama berminggu-minggu.             “Eh-kenapa?” Tanya Mas Bima. Ia nampak heran ketika melihatku menjauh.             “Gak suka bunga mas, maaf, aku ada alergi.” Jawab ku. Mas Bima kemudian menjauhkan bunganya dari diriku kemudian kembali menemuiku di ruang tamu.             “Maaf ya soal kemarin, maaf juga soal bunga nya. Pokoknya maaf banget sama semua yang saya lakuin sama kamu, apalagi sampai bikin kamu gak seneng maaf ya.” Ucap Mas Bima. Aku hanya menghela napas kemudian mengangguk. Jujur, dalam hati aku justru seakan sudah hilang harapan kepada calon suami ku ini. Semua progress rencana pernikahan kami tiba-tiba berhenti hanya karena mantan kekasihnya yang pernah hilang, lantas kembali.             “Progress nikahan kapan mas, mau di lanjutin? Kemarin loh orang WO nya nge chat aku, soalnya kan kamu udah bayar lunas. Terus orang yang kirimin kontrak gubukan yang nanti pas resepsi sama akad. Atuhlah… kapan bisa di lanjutin?” Tanya ku, aku sudah geram sekali ingin menanyakan hal ini kepada Mas Bima namun untung saja dia bisa bertemu denganku hari ini, sehingga aku bisa menanyakan hal ini kepadanya.             “Al… kan saya udah bilang sama kamu, kalau sekarang belum bisa. Bukannya waktu itu saja udah minta tunggu sama kamu?” Jawab Mas Bima, di sertai dengan helaan napas di penghujung kalimat yang ia katakan kepadaku.             “Oh iya, belum bisa ya. Kapan bisa nya? Nunggu Mas Bima bisa ngelupain Mba Anja- ah sorry Mba Kirana? ya mana bisa atuh mas. Gak bisa. Kamu gak akan bisa ngelupain Mba Kirana. kamu masih cinta sama dia, kamu masih sayang sama dia, di kamar kamu masih ada foto dia, bahkan dengan tega nya kamu bilang sama aku kalau kamu mau menjauh dari dia, sementara kenyataannya, nggak. Kalian gak saling menjauh satu sama lain, kamu tetap aja nyamperin dia, kamu nyuekin aku, kamu ngajak aku ke kondangan tapi tiba-tiba di batalain HANYA KARENA MBA KIRANA. ahh maaf aku juga sebenarnya gak bisa bilang HANYA. Ini mba Kirana loh, seorang Mba kirana di banding sama aku ya gak ada apa-apa nya aku mah. Gak tau deh mas, capek gak sih?”  Aku mulai ngelantur, sebenarnya aku juga belum siap untuk mengatakan hal seperti itu kepada Mas Bima. Tapi aku sudah jengah, benar-benar jengah sampai tidak bisa menahannya. Maksudku… kalau saja kamu mau kembali dengan mantan kamu. Ya silahkan. Mari berpisah. Tapi… Mas Bima menahan ku, seakan-akan dia mau keduanya.             Mata Mas Bima membulat, mentapku dengan tatapan yang heran sekaligus tidak percaya. “Kamu… serius mikir kayak gitu? Atau kamu kayak gini gara-gara kamu udah punya gebetan baru yang datang ke sini kemarin?” Ucap nya. Aku langsung mengingat Arkhan.  Bagaimana mungkin dia bisa membahas dan menyalahkan Arkhan yang notabene nya baru saja aku kenal? Arkhan juga datang hanya untuk melindungi ku. Dia gila.             “Seriously mas?! Kamu bahas Arkhan? Gak, dia gak ada sangkut pautnya sama kita kok. Tenang aja, aku ngomong kayak gitu sama kamu emang karena pure dari diri aku sendiri yang udah gak tahan sama kamu. Sama sikap kamu, sama cara kamu bertindak di hubungan ini seperti apa. kamu… kamu itu sadar gak sih Mas kalau dari awal yang menggebu-gebu dalam pernikahan itu siapa? Kamu. Kamu loh bukan aku. gini deh mas… seenggaknya kalau kamu mau sama Mba Kirana, maksud aku mau balik sama dia, yaudah balik aja. Pamit sama aku baik-baik. Nanti urusan bude sama pakde aku yang urus.” Ucap ku dengan lancar, aku memijat kepala ku yang pusing secara tiba-tiba.             “Kamu ini aneh! Jangan bicara seperti itu saya gak suka Al. saya serius sama kamu, saya mau nikah sama kamu. Kamu gak usah aneh.”             “Kamu mau nikah sama aku, karena ibu kamu suka sama aku kan? Bukan kamu yang suka? Udah lah mas. Yuk udahan, gak baik saling menyakiti satu sama lain, saling menahan diri satu sama lain hanya karena kepentingan satu orang. Yuk, I know you still love her, too much. Gak usah maksain sama aku ya mas kalau gak bisa.” Aku akhirnya bisa mengatakan hal ini. Jujur, kemarin aku masih ketakutan untuk jujur hanya karena memikirkan bagaimana perasaan bude dan pakde ku jika mereka tahu bahwa aku batal menikah. Namun sekarang, aku jadi lebih berani, entah karena apa. tapi aku pikir, mungkin aku lelah dengan kelakuan Mas Bima.             “Kamu sekarang lagi capek aja. Gak usah mikir macem-macem ya. Aku… aku bakal lepasin Kirana. kamu tenang aja, progress nikahan kita pasti jalan kok. Kamu gak usah khawatir Al. sekarang aku… aku balik ya? Kamu istirahat. Besok kita ngobrol lagi, berdua.” Ucap Mas Bima. Aku tidak menjawab, tapi aku melihat dengan jelas bahwa detik itu juga dia pergi meninggalkanku sendirian di rumah, dengan emosi yang masih memuncak di kepala ku. Sialnya aku sudah terlalu lelah dengan sifat semena-mena dari Mas Bima. *****             Hari berlalu begitu cepat, aku terbangun dua jam lebih awal dari yang seharusnya. Mata ku sembab akibat menangis semalaman. Aku ingin lepas dari Mas Bima, namun pria itu seakan-akan menahanku untuk tidak pergi dari dirinya. Egois bukan? Ia menginginkan aku dan juga ia menginginkan Mba Kirana sekaligus. Entah apa yang ada di dalam pikirannya saat ini.             Aku memeriksa ponselku, kemudian mendapati chat dari tante Famy yang belum k*****a sejak semalaman. Wanita paruh  baya itu sudah sangat jarang menghubungiku sejak Mba Kirana hadir, aku tidak apa-apa dengan hal itu, namun tante Famy pun seakan berubah, ia yang dulu hampir setiap hari mengganggu ku, maksud ku dia tidak mengganggu, dia hanya menghubungi ku terlalu sering. TANTE FAMY           Kok udah jarang neng main ke rumah? Ibu kangen. Jangan terlalu sibuk.             Begitu kira-kira isi pesan dari tante Famy, aku sedikit bingung, selama ini aku yang sering minta untuk main ke rumahnya Mas Bima tetapi pria itu seakan melarang ku. Jadi ku putuskan untuk diam saja, lagi pul aku selalu berpikir bahwa sekarang sudah ada Mbak Kirana yang sebentar lagi akan kembali ke posisinya sebagai pacar Mas Bima. Jadi aku juga pelan-pelan menjauh dari keluarga pria itu, tetapi siapa sangka bahwa mereka masih mencari ku.             Tidak lama setelah aku menyimpan ponsel ku, aku mendapat chat dari Mas Bima di pagi hari, untuk pertama kali nya semenjak Mba Kirana hadir. Mas Bima           Pagi cantik, have a nice day ya, by the way nanti siang kita ketemu ya! Nanti ketemu di tempat kamu aja.             Begitu isi nya, aku bahkan tidak percaya bahwa ia mengirimkanku pesan seperti itu. bahkan begitu aku tidak percayanya dengan Mas Bima, aku sampai mengira bahwa ia salah kirim.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN