"Minamiiiii, ini kapal ikan! Kamu salah lagiii!" teriak Avalon ketika mereka teleport yang kedua kalinya.
"Ma-maaf Pangeran," kata Minami merasa bersalah karena membawa Avalon ke atas tumpukan ikan.
Disingkirkannya baby crab di atas kepala Avalon sebelum makhluk mungil itu menyakiti Avalon dengan capitnya.
Minami konsentrasi sekali lagi dan … kali ini dia berhasil mendarat di kapal yang tepat.
Bahkan langsung ke hadapan Marylin dan krunya.
“Iyuuhh, bau amis banget! Kalian datang dari mana sih kok kayak bau mayit gini!” kata salah seorang kru sambil menjauh dari Minami dan Avalon.
“Yang jelas bukan bidadari yang jatuh dari surga!” seru kru yang lain.
Mereka terbiasa dengan keajaiban-keajaiban sejak bergabung dengan Marylin. Jadi kehadiran dua orang tiba-tiba di depan mereka seperti ini nggak bikin mereka kaget.
“Halo Minami?” sapa Marylin yang duduk dengan kaki terangkat di atas kursi. “Ternyata kamu dibuang ke sini juga. Kenapa aku nggak pernah melihat keberadaanmu?”
Melihat Marylin yang mengenalinya, Minami langsung menghambur ke arah lelaki sekaligus perempuan itu.
“Marylinnn!!! Minami kangen Marylin. Sekarang Marylin sudah jadi orang yang terkenal. Marylin cantik dan tampan. Apa Marylin sekarang makan dengan baik? Minami senang nggak perlu cari makan untuk anak ini lagi. Lihat tubuh Marylin, berotot! Nggak kerempeng lagi!” cerocos Minami tanpa peduli kalau kata-katanya membuka aib Marylin.
Namun Marylin nggak marah. Dia bahkan terkekeh senang. Minami memang blak-blakan sejak dulu. Dan dia nggak mungkin marah sama penyihir yang sudah menyelamatkannya dari kelaparan berkali-kali.
Kalau saja Minami nggak memberinya makan, Marylin mungkin sudah mati.
Marylin menjentikkan jari, “Tinggalkan kami!” perintahnya pada kru dan orang-orang yang berada di sekitarnya.
“Aku baik-baik saja Minami. Seperti yang kamu lihat, aku terkenal sekaran,” katanya setelah hanya mereka bertiga di ruangan itu.
“Tapi Marylin jahat! Marylin bikin tuan Minami hampir mati karena mendengar suara Marylin. Sudah Minami bilang, jangan nakal!” Minami tanpa perasaan memukul kepala Marylin.
“Hei! Aku bisa botak kalau kamu pukul seperti itu.”
“Jangan berlebihan. Marylin yang cantik dan tampan nggak mungkin botak. Minami sudah membuat otot-otot Marylin kuat dengan pukulan Minami, kan?” katanya bangga.
“Ternyata kamu korban Minami juga. Kupikir kamu lebih disayang olehnya.”
Marylin menarik tubuh Minami dan memangkunya. Kepalnya bersandar ke d**a Minami.
“Aku emang kesayangan Minami. Dia yang menemukan dan merawatku.”
“Hhh, emangnya kamu ibunya dia, Minami?”
“Marylin emang anak kesayangan Minami!” kata Minami sambil memeluk penyihir itu erat-erat.
“Dia bukan hewan kecil yang kamu kumpulkan dari hutan, Minami!”
Avalon tau persis kebiasaan Minami mengumpulkan hewan kecil dan lemah. Menampung mereka dan memberi mereka makan padahal dia sendiri kekurangan. Setelah hewan-hewan itu cukup sehat, Minami akan melepaskannya kembali.
Sepertinya Marylin juga mendapat perlakuan yang sama dari Minami.
“Karena kamu datang dengan Minami, aku nggak akan menyakitimu. Tapi jangan mengharapkan kata hormat dariku. Seperti sering aku bilang, di dunia ini status kita sama.”
Avalon duduk di kursi terdekat. “Karena status kita sama, aku juga mau perlakuan sama. Kamu duduk, aku duduk. Kamu berdiri, aku berdiri.”
Marylin cukup respek dengan sikap Avalon ini.
“Aku nggak akan menuruti permintaanmu Avalon. Dark Lord terlalu kuat untuk dilawan. Dan hidupku di dunia ini sudah sangat enak. Aku bagai dewa di komunitasku sendiri.”
“Milesphere tetap tanah kelahiranmu. Apa kamu nggak punya kenangan baik pada negeri itu?”
Marylin tersenyum sinis. “Negeri yang kamu sebutkan cuma memberikan kesengsaraan padaku. Kenangan tentangnya ingin aku kubur dalam-dalam.”
“Juga kenanganmu bersama Minami? Kamu bilang sendiri dia yang menemukan dan merawatmu. Kalau saja Minami nggak menemukanmu, apa kamu pikir hidupmu bakal kayak sekarang?”
Marylin terdiam, apa yang dikatakan Avalon ada benarnya.
“Marylin, di sana masih banyak orang seperti kita yang harus diselamatkan. Hewan terluka dan kelaparan juga butuh perhatian. Apa Marylin tega?”
“Tapi mereka juga membuangmu, Minami!”
“Itu karena Minami nakal. Marylin juga nakal kan? Makanya dibuang dewan.”
“Itu di luar kuasaku. Tapi kalau kamu bersedia membantu, akan aku pulihkan kehidupanmu di sana.”
Marylin terdiam, apa yang dikatakan Minami dan Avalon mulai masuk ke otaknya. Kadan dia juga merindukan tanah kelahirannya. Di sini orang-orang menghormatinya karena dia berbeda. Marylin harus menyembunyikan kekuatannya baik-baik kalau tidak ingin dianggap monster. Marylin tau, di belakangnya banyak yang bergunjing kalau dia ini titisan setan. Dan sejujurnya mereka takut pada Marylin.
Tapi di negerinya, Marylin tak perlu menyembunyikan kekuatan. Meski dia bukan orang yang dipuja, tapi dia bisa berjalan di tanah kelahirannya tanpa was was. Sejujurnya di sini juga Marylin sering dihantui mimpi buruk. Dia takut ada salah satu penggemar fanatik yang membunuhnya.
“Apa yang harus aku lakukan?” tanyanya lemah.
Avalon menghela napas lega. Sepertinya satu sudah berhasil dijinakkan tinggal mencari yang lainnya.
=*=
Avalon membawa Marylin ke apartemen Jorgi. Tentu saja mereka datang dengan kemampuan teleport Marylin. Avalon nggak mau dibawa teleport sama Minami lagi. Bukannya pulang ke tempat yang tepat, bisa-bisa mereka nyangkut di negeri antah berantah.
“Nanti aku akan mengajarimu teleport yang tepat ya?” kata Marylin membesarkan hati Minami setelah dia dimarahi Avalon.
“Sepertinya Tuan Satya bakal dapat saingan,” ledek Sheeva.
“Halo Sheeva, maaf membuatmu terluka seperti itu.”
“Kamu juga harus bersiap terluka kalau didekat Pangeran. Dia pencari masalah nomor satu. Nggak pernah dia pulang ke istana kalau nggak babak belur atau terluka.”
“Hei! Itu karena Minami yang sering memukuliku!”
Sheeva terkekeh. Tuannya itu bukan lelaki lemah, dia hanya sering mengalah.
“Aku bukan pengawalnya. Kalau pun harus bertempur, aku nggak sedang membelanya, tapi membela negeri kelahiranku.”
“Wah, Marylin keren sekali. Tak sia-sia aku mendidikmu,” puji Minami sambil mengusap kepala Marylin dengan perasaan sayang.
“Apa cuma perasaanku saja atau memang teman kalian ini seperti peliharaannya Minami? Dia menggonggong sama orang lain tapi bersikap seperti anak anjing kalau sama Minami,” kata Jorgi heran melihat interaksi Minami dan Marylin.
“Kamu nggak salah,” jawab Avalon. “Dia emang peliharaan Minami. Baginya, Minami itu ibu sekaligus perawatnya.”
“Astaga! Ternyata begitu ya? Dan auranya itu kuat sekali. Dia ini cantik dan tampan dalam waktu bersamaan. Kayak idol-idol Korea.”
“Tapi aku nggak oplas ya? Kecantikanku alami, bukan hasil karya manusia,” katanya sambil menyibakkan rambut sebahunya. “Tapi ngomong-ngomong, kenapa ada manusia di antara kita? Apa ini aman?” tanyanya sambil memandang Jorgi curiga.
“Dia ini semacam pesuruh kita,” kata Avalon menjelaskan.
“Hei! Aku bukan seperti itu!”
“Dan dia tau kalau kita ini penyihir?”
“Tau dan dia sangat memuja jenis kita.”
“Tuan Marylin harus bertemu manusia satu lagi. Dan saya harap Tuan nggak cemburu karena manusia yang ini sangat disayang Nona Minami.”
“Apa? Ada manusia lain? Dan itu disayang Minami? Siapa dia?” tanya Marylin gusar. Dia nggak suka kalau ternyata ada yang mendapat kasih sayang Minami lebih besar darinya.