Para Penyihir Istimewa

1136 Kata
“Tuan Satya menjemput Minami!” teriak penyihir cantik itu saat Satya masuk ke apartemen Jorgi. “Apa seharian kalian hanya bermalas-malasan di apartemen sementara aku bekerja. Jorgi! Apa kamu nggak ada syuting, pemotretan, atau kerja artis lainnya?” tanya Satya seperti nggak terima melihat para penyihir itu berada di apartemen Jorgi. “Dan siapa ini? Apa Minami membawa lagi salah satu temannya?” tunjuknya pada Marylin. “Kamu cerewet sekali. Di antara kita, kamu itu yang paling kere. Jadi jangan berhenti bekerja sebelum kamu kaya!” ledek Jorgi. “Berisik!” “Kasian Tuan Satya. Pasti lelah setelah bekerja. Lebih baik kita pulang saja biar Tuan bisa istirahat. Minami sekarang pintar teleport.” “Oh, jangan! Naik bus aja! Kalau mau teleport jangan ajak-ajak aku. Teleport dari dapur ke kamar saja kamu bisa salah. Nggak Minami, aku nggak mau teleport sama kamu!” “Tuan jahat!” Keributan antara Minami dan Satya mendapat perhatian penuh dari Marylin. “Jadi ini manusia yang sangat kamu sayangi itu Minami? Apa dia salah satu hasil pungutanmu?” sindir Marylin. Wajahnya kelihatan nggak senang memandang Satya. “Tuan Satya cinta pertama Minami dan Tuan Satya yang memungut Minami,” kata penyihir wanita itu sambil memeluk lengan Satya. Membuat wajah Satya bersemu merah. “Biar aku tambahkan, mereka sudah melakukan itu. Dan berani taruhan nggak cukup sekal. Jadi kalau kamu punya niatan lebih sama Minami, lebih baik urungkan dari sekarang,” kata Avalon manas-manasin. “Apa? Ke-kenapa kamu melakukannya dengan makhluk rendahan seperti dia Minami?” “Rendahan katamu? Aku menyelamatkan Minami berkali-kali! Mana bisa dibilang rendahan!” “Sudahlah, nggak perlu dilayani, Tuan! Marylin memang nakal. Kalian lanjutkan saja diskusinya. Minami pulang dulu sama Tuan Satya!” Tanpa izin dari Satya, Minami menggandeng tangan Satya untuk melakukan teleportasi. Tapi sedetik mereka menghilang, Marylin menyentuh bahu Satya dan dia ikut hilang bersama Minami dan Satya. “Menurutmu, apa mereka bakal selamat sampai tujuan?” tanya Avalon setelah ruangan terasa lebih lengang dengan kepergian mereka. “Tergantung siapa yang lebih kuat mengendalikan tujuan. Kalau yang saya perhatikan, sepertinya Tuan Marylin tadi mengambil alih. *** Seperti prediksi Sheeva, Marylin memang mengambil kontrol teleport yang dilakukan Minami. Dia mengendalikan perjalanan mereka dan menempatkan Satya pada posisi berbahaya. “Minamiiiiii!” seru Satya sambil menggenggam erat tangan Marylin. Jangan sampai terlepas atau dia bakalan jatuh bebas membentur trotoar di bawah dari lantai 103. “Marylin, apa yang kamu lakukan? Jangan sakiti Tuan Satya!” kata Minami memohon. “Aku harus memastikan apa dia lelaki baik-baik atau cuma lelaki m***m yang minta kamu cium terus!” “Tapi Tuan Satya nggak pernah minta cium! Justru Minami yang terus meminta makan darinya. Rasa makanan dari kenangan orang yang kita cintai itu sangat lezat bagi Minami.” “Kamu nggak pernah meminta ciumanku Minami.” “Minami nggak mungkin memakan ingatan Marylin yang tak banyak. Tidak akan mengenyangkan Minami. Ingatan tak menyenangkan dan traumatis rasanya nggak enak!” Marylin sadar, terlalu banyak kenangan pahit dalam hidupnya. Kenangan manisnya baru tercipta ketika mengenal Minami. Dan tak mungkin Minami tega memakan kenangannya yang tak seberapa itu. “Tetap saja aku nggak suka kamu berhubungan sama dia, Minami! Kamu berhak atas lelaki yang lebih baik dari dia!” “Jangan sok tau! Tuan Satya adalah sebaik-baiknya lelaki bagi Minami.” Marylin melepaskan satu jarinya dari genggaman Satya. Kalau sampai lima jari terlepas, musnahlah kehidupan Satya. “Kalau Tuan Satya pergi, Minami bakalan menyusul!” ancamnya. Marylin terdiam. Nggak menyangka kalau sedalam itu perasaan Minami pada lelaki lemah yang sedang dia genggam. “Tuan Satya mungkin lemah, tapi dia memiliki hati yang lebih kuat dari siapa pun. Percayalah. Pilihan Minami kali ini tak akan salah.” Marylin menyerah. Dia menggenggam erat tangan Satya dan menariknya dari birai. Satya terjatuh di lantai dan berusaha mengatur napasnya. “Jaga Minami dan jangan sampai sakiti dia. Kalau aku tau kamu menyakitinya, aku yang bakalan membalas rasa sakit itu pertama kali. Ingat itu!” “I-iya, aku ingat. Aku akan jaga Minami sebaik-baiknya,” kata Satya sambil menekan dadanya. “Minami, aku pergi dulu. Kamu belajarlah menemukan jalan pulang sendiri.” Selesai berkata begitu, Marylin menghilang dari hadapan mereka berdua. “Eh, kenapa dia pergi? Pulangkan kamu dulu woiiii! Pulangkan kami!” teriak Satya kuat-kuat karena khawatir Minami nggak bisa membawa mereka pulang. “Tuan Satya, pegang tangan Minami. Kita pulang.” “Enggak! Aku nggak mau kamu bawa ke puncak pohon. Aku takut!” Minami berjongkok di hadapan Satya dan mengecup bibirnya. “Kalau begitu, Tuan Satya bayangkan rumah dan Minami akan pergi ke tempat yang dibayangkan oleh Tuan. Bayangkan sedetail mungkin supaya kita nggak nyasar,” katanya sambil mencium bibir Satya dengan lembut. Lelaki itu menutup matanya dan mulai membayangkan rumah tempat mereka tinggal. ‘Aku percaya padamu, Minami.’ *** “Target selanjutnya sangat sulit. Tidak seperti Marylin yang suka pamer, target selanjutnya sepertinya nggak mau ditemukan,” kata Avalon. “Aku sudah menelusuri internet, tapi nggak ada kejadian aneh yang menandakan keberadaan target kita,” kata Jorgi sambil melepas kaca matanya. “Coba kamu ulangi sekali lagi, apa kelebihan target kita selanjutnya?” “Sumber kekuatannya minuman beralkohol. Seperti bensin pada kendaraan bermotor.” “Kalau gitu kita cari saja ke bar-bar!” “Kamu budeg ya, Jorgi? Penampakannya anak balita. Mana ada bar menampung anak balita yang minum beer?” “Tapi kamu yakin kalau mereka datang ke negara yang sama? Kompakan amat ya?” “Aku bisa merasakan aliran sihir mereka. Semuanya ada di satu negara.” “Hhh, susah amat nyarinya. Dan penyihir selanjutnya? Siapa mereka.” “Ini lebih susah lagi karena dia selalu membuat tameng transparan yang membuatnya nggak keliatan sama manusia.” “Waww, kemampuan yang menakjubkan! Hampir kayak X-Men aja! Yang lainnya?” tanya Jorgi lagi. “Penyihir yang bisa menciptakan angin dan seekor naga.” “Naga? Naga di dunia manusia? Wowww! Apa ada yang kekuatannya nggak menonjol banget. Kayak Minami contohnya?” sindir Jorgi. “Kalau kita nggak bisa mencari mereka, maka kita harus bikin jebakan yang bisa memancing mereka keluar,” kata Marylin yang sejak tadi tak bersuara. “Bagaimana caranya?” tanya Avalon kelihatan tertarik. “Kalau yang kamu cari penyihir yang doyan alkohol, ya tinggal bikin saja event minum alkohol sepuasnya. Hadiahnya uang tunai dan persediaan alkohol gratis selama setahun. Aku yakin yang kamu cari bakalan muncul lebih cepat dari prediksi kita semua.” “Sheeva setuju dengan usul Tuan Marylin. Eventnya bakalan lebih seru kalau Tuan Marylin ikut menjadi salah satu pengisi acara. Tuan Marylin bisa mengendalikan orang-orang.” “Idemu sungguh brilian! Ayo kita kerjakan event seperti itu!” kata Avalon bersemangat. “Tunggu, tunggu. Kalian ngomong seenaknya soal bikin event, apa udah dipikirkan dari mana dananya?” tanya Jorgi penasaran. Avalon mendengkus, “Selama ada kamu, buat apa kami mikirin masalah duit? Itu urusanmulah!” katanya cuek.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN