“Jadi … siapa sebenarnya kalian?” tanya Jorgi ketika mereka berkumpul lagi di studio milik Amon.
Polisi tak jadi dipanggil karena barang berharga yang dicuri Satya pun dikembaikan lagi.
“Aku nggak mau tau! Pokoknya urusan tilang dan kerusakan pada mobilku harus diganti!” teriak Jorgi kesal.
Akibat kejadian itu, mobil Jorgi kena tilang dan diderek ke kantor polisi. Mereka kembali ke studio Amon dengan naik taksi dan tentu saja semua pengeluaran Jorgi yang bayar.
“Aku nggak punya uang,” kata Satya lirih.
“Huh! Baru uang segitu saja kamu sudah pelit sekali! Kalau di istana–”
Buru-buru Sheeva menyikut Avalon. Tuannya ini suka sekali keceplosan.
“Tuanku Jorgi adalah lelaki kaya dan bermartabat. Memberikan sebagian harta kepada kaum fakir seperti kami membuat Tuan memiliki derajat lebih tinggi dari kami. Tuanku akan dilimpahi anugerah yang lebih berlipat kelak.”
Kata-kata Sheeva menghipnotis Jorgi dan dia cuma mengangguk kegirangan.
“Akan aku traktir kalian makan yang enak!” katanya sambil tersenyum riang.
“Horeee! Makan enak! Makan enak!” teriak Minami girang.
“Luar biasa kemampuan kamu Sheeva. Apa kamu menggunakan sihir juga pada Jorgi?” tanya Satya.
“Sedikit.”
“Huh! Kalau kemampuanku nggak hilang, aku bisa melakukan yang lebih,” gerutu Avalon.
“Berhenti menyombong, kamu sekarang cuma lelaki tua penyakitan yang nggak bisa sihir. Kemampuan bertahan hidupmu tergantung pada kami,” ejek Satya sebal.
“Ap-apa? Kamu menyebutku tua?”
“Kenyataannya begitu. Umur kamu kan lebih tua dibanding kita di sini. Berapa ribu tahun?”
Avalon terdiam. Apa yang dibilang Satya memang benar. Umurnya sudah 1100 tahun. Tapi itu kan umur di negeri sihir. Setara dengan 30 an di negeri manusia. Jelas nggak bisa disamakan.
Tapi Avalon enggan membantah. Seperti dibilang Satya, dia memang lemah dan apa yang dilakukannya saat ini tergantung pada Sheeva dan yang lainnya.
“Si-sihir? Kalian semua benar-benar penyihir seperi Harry Potter? I-ini sungguhan? Oh astaga! Aku nggak pernah salah, ternyata benar suatu hari aku akan bertemu hal-hal seperti ini!” kata Jorgi bersemangat.
“Kamu nggak takut sama kita?” tanya Avalon heran.
Sebagai manusia biasa, seharusnya Jorgi takut dengan hal-hal di luar nalar seperti iini. Bukannya malah senang. Tapi Avalon bertemu manusia-manusia aneh. Karena sepanjang yang dia rasakan sampai saat ini, belum ada manusia yang takut pada mereka.
“Buat apa takut? Aku sudah membaca banyak buku dan aku bahkan meneliti apa ada penyihir hidup di zaman ini. Aku menelusuri jejak para penyihir melalui buku-buku yang k****a. Tapi sayangnya aku nggak mendapat apa-apa. Sepertinya kaum mereka bersembunyi dari muka publik.”
“Ya karena mereka takut tiba-tiba diubah jadi kodok kalau berani bersuara macam-macam!” ancam Avalon.
Jorgi langsung membekap mulutnya. Ada rasa ngeri juga mendengar omongan Avalon.
“Aku … nggak akan ngomong apa-apa kepada siapa-siapa,” janjinya.
“Sebaiknya begitu. Atau kuminta Sheeva menghapus ingatanmu.”
“Sebaiknya kita lakukan itu saja Tuan. Berbahaya kalau dia terlalu banyak tahu.”
“Aku suruh saja Minami memakan ingatanmu.” Avalon mengerling pada Minami yang bergelayut manja pada Satya.
“Enak saja! Aku nggak mengizinkan Minami mencium siapa pun kecuali aku. Cuma aku yang berhak.”
Avalon mendengkus mengejek. “Kamu pikir ciuman Minami itu penuh perasaan? Dia cuma minta makan. Kamu terlalu bawa perasaan. Nggak ada perasaan apa-apa ketika Minami menciummu. Jadi nggak usah berpikir macam-macam.”
Satya terdiam. Memang benar apa yang dikatakan Avalon. Dia juga tahu kalau Minami cuma minta makan saja. Minami cuma mencium untuk membuatnya kenyang. Bukan karena suka sama Satya.
Tapi nggak harus diperjelas juga kayak barusan kan? Satya jadi makin sebal sama Avalon.
“Apa lagi yang aku nggak tau? Minami … kenapa?” tanya Jorgi bersemangat.
“Nanti lama-lama juga kamu tau. Sekarang selesaikan dulu masalah Amon. Sheeva, bisa kamu bikin Amon sadar? Aku ingin menanyainya beberapa hal.”
Sheeva mengangguk. Ketika dia mengambil kemampuan sihir Amon, dia membuat lelaki itu pingsan sampai detik ini.
Sheeva berjongkok dan menyentuh dahi Amon. Seketika lelaki itu terbangun dan memandang bingung pada mereka.
“Ingatannya pulih sesaat saja. Setelah Tuanku selesai menanyai dia, dia nggak akan mengingat soal kita.”
Avalon berjongkok di depan Amon dan memandang lurus padanya. Amon yang menyadari siapa yang sedang dia hadapi, langsung bersujud memberi hormat.
“Ampuni saya tuanku pangeran cahaya. Jangan bunuh saya,” cicitnya.
“Aku nggak akan melakukan apa-apa sama kamu. Tapi jawab jujur pertanyaanku. Bagaimana caranya kamu menyeberang ke dunia ini dan untuk apa batu yang akan kamu curi dari museum?”
Amon mengangkat kepalanya lalu kembali bersujud. Nggak ada gunanya untuk berbohong. Pangeran Avalon sudah tau perbuatannya. Dan dia juga masih mengira pangeran masih punya kekuatan sihirnya. Yang dia tahu, sihir pangeran yang nomor satu di negeri cahaya.
“Dark Lord menyelundupkan banyak penyihir ke dunia manusia ini. Dia bilang, ada banyak barang berasal dari dunia sihir yang terperangkap di dunia ini. Katanya barang itu sangat bermanfaat untuknya mengalahkan tuanku.”
Avalon terdiam. Jadi begitu rencananya. Musuhnya itu juga sedang menghimpun kekuatan. Kalau dia mencari penyihir unik untuk membantunya, musuhnya itu mencari barang-barang yang mengandung sihir hitam untuk digunakan sebagai senajata untuk menyerangnya.
“Di mana portalnya?” tanya Avalon,
“Perjalanan kami hanya sekali jalan saja. Kalau kami berhasil menemukan benda yang dimaksud, kami akan memberikannya pada pengumpul. Setiap bulan ada pertemuan sesama kami di suatu tempat rahasia. Tempatnya selalu berganti, dan hanya diberi tahukan beberapa saat sebelum mulai. Kami pergi ke sana melalui portal yang diberi tau oleh pengumpul.”
“Siapa pengumpul ini?” tanya Avalon penasaran.
“Namanya kami nggak tau. Wajahnya juga nggak tau. Dia selalu pake tudung.”
Avalon menggeram. Musuhnya sudah punya kekuatan di negeri ini juga. sedangkan dia cuma berdua saja dengan Sheeva. Sebaiknya dia harus hati-hati jangan sampai bentrok dengan mereka.
“Baiklah. Cukup penjelasannya.”
Avalon memberi tanda pada Sheeva, dan kepercayaannya itu kembali menekan bahu Amon. Lelaki itu kembali tertidur dan Avalon mengajak mereka pergi dari sana.
“Kita makannnn!” seru Minami girang.
“Bukannya kamu makan dari aku ya?” sindir Satya.
“Minami juga makan makanan manusia sebagai camilan.”
Satya mendengkus. Bisa juga seorang penyihir ngemil.
Dilihatnya Avalon. Matahari sudah tenggelam dan hanya ada kegelapan. Tapi lelaki itu malah merentangkan tangannya seolah sedang menyerap kekuatan alam.
“Ada sisa-sisa sinar matahari di pepohonan yang bisa tuanku serap. Sama seperti Minami Tuan juga sedang ngemil.”
Satya mendengkus sebal. Para penyiihir yang dia temui ini memang kumpulan aneh.
“Menarik! Aku baru tau ada hal-hal seperti ini. Aku mengajukan diri menjadi pendukung dana untuk kalian!” seru Jorgi.
“Eh, apa maksudnya ini?” tanya Satay heran. Dia sedikit khawatir dengan keberadaan Jorgi. Manusia biasa seperti dia apa bisa menyimpan rahasia?
“Satya, kamu itu dari dulu miskin. Bagaimana kamu bisa membentu secara material sama mereka? Sudahlah, jadikan aku anggota perkumpulan kalian. Masalah uang dan fasilitas bakalan beres. Aku ini kan banyak duit!”
“Banyak makanannn!” seru Minami sambil menggandeng Jorgi.
Satya merengut. Dia nggak suka melihatnya.