Dilatih hal-hal baik sejak kecil oleh orang tua

808 Kata
**** Hari demi hari pun berlalu.. Keesokan harinya, sudah jadi kebiasaan lain jika selepas shubuh maka Fauzi membantu orang tuanya bersih-bersih masjid atau mengambil hasil kelapa. Jika kelapa tidak ada yang bisa dipanen maka ia ke kebun orang tuanya untuk merawat atau memanen ketela atau jagung yang mereka tanam. Meski untuk hidup keseharian selalu pas-pasan namun Pak Saiful termasuk orang yang kreatif dan jujur. Ia dipercaya menjadi marbot sekaligus diamanahi wakaf masjid berupa kebun yang ada di sekitarnya dengan sistem bagi hasil. Dari hasil tersebut ia kumpulkan untuk sebagian ditabung dan yang lain untuk keperluan sehari-hari. Dari hasil ia menabung, ia lalu membeli tanah yang ada di sekitar rumahnya untuk ditanami ketela, jagung dan empon-empon. Kebiasaan ini ditularkan ke putra semata wayangnya si Fauzi. Pak, ini hasil panen ketelanya. Apa nanti sekalian saya jual ke pasar? Tanya Fauzi Lho kamu tidak ke sekolahan? Tanya bapaknya balik? Tidak pak, kan tinggal nunggu ijazah dan transkrip nilai. Jawab Fauzi Oh ya sudah, kalau kamu tidak repot bolehlah kamu bantu jual ke pasar. Kebetulan bapak mau benerin genteng masjid. Kata ayahnya. Baik pak, sehabis mandi dan sarapan nanti saya langsung ke pasar naik sepeda. Sahut Fauzi. Selepas persiapkan sepeda bututnya dan ketela habis panen, ia bergegas untuk mandi dan sarapan yang telah dipersiapkan oleh ibunya. 10 menit berlalu.. 20 menit berlalu.. Fauzi yang telah bersiap pun segera pamit ke ibunya. Buk, saya berangkat dulu ke pasar ya. Bapak sedang perbaiki genteng masjid. Assalamu’alaikum. Wa’alaikumusallam. Ya nak, hati-hati ya di jalan. Setelah mengayuh sepeda bututnya kurang lebih 5 kilometer, sampailah Fauzi di pengepul ketela dan segera ditimbang oleh si empunya. Ini total 23 kilo ya nak, sekilonya seribu seratus rupiah jadi kamu bawa uang dua puluh lima ribu tiga ratus rupiah. Baik pak, terima kasih. Saya permisi dulu. Ucap Fauzi. Ya nak, hati-hati di jalan. **** Fauzi pun segera mengayuh sepeda bututnya kembali ke rumah. Begitulah rutinitasnya jikalau libur, ia membantu orang tuanya merawat dan memanen dari kebun wakaf dan kebun mereka sendiri. Selain itu ia sejak SD sudah sering diajak ayahnya naik sepeda ontel untuk menjual hasil panenan ke pasar atau pengepul terdekat. Setelah bersepeda kurang lebih 15 menit,,akhirnya ia sampai di rumah.. Assalamu’alaikum buk..Saya dah pulang..Sapa Fauzi.. Wa’alaikumusallam nak..kamu sudah sampai..Kok cepat??Tanya Bu Marni Iya bu,,tadi ketemu langsung Pak Amat jadi beliau langsung nimbang dan diberikan uangnya..Oh ya buk,,ini uangnya..Ucap Fauzi seraya memberikan sejumlah uang kepada ibunya.. Kamu simpan saja nak,,besok kami pasti membutuhkannya..Kata ibunya.. Baik bu,,terima kasih..Fauzi pamit mau bantu bantu bapak perbaiki genteng di masjid dulu ya.. (Meski orang tua Fauzi hanya lulusan SD namun hal-hal di atas diajarkan kepada penerusnya sebagai bentuk pelajaran nyata mengenai kemandirian, kejujuran, daya juang tanggung jawab hingga menghargai orang lain). Fauzi pun berjalan menyusuri jalan setapak yang di samping kanan dan kirinya berupa pohon ketela menuju masjid..Sekitar 5 menit kemudian ia pn sampai di depan masjid dan nampak Pak Saiful tengah berada di atap masjid untuk mengganti beberapa genteng.. Assalamu’alaikum pak..Ada yang bisa ku bantu??Ucap Fauzi.. Wa’alaikumusallam..kamu sudah balik nak. Bisa kamu ambilkan 2 genteng baru itu??Sahut bapaknya.. Alhamdulillah sudah pak..Baik,,segera saya naikkan..Fauzi pun segera memungut 2 genteng yang berada di samping masjid dan kemudian ia naik ke tangga yang telah bapaknya siapkan untuk naik ke atap.. Ini pak..Ucap Fauzi seraya menyerahkan genting tersebut.. Terima kasih nak.. Ya pak..Ada lagi?? Bapak minta tolong,,kamu singkirkan pecahan-pecahan genteng yang ada di halaman ya..Terima kasih.. Baik pak..Ia pun segera turun dari atap dan mengambil sapu serta pengki untuk membersihkan halaman masjid tersebut.. Setelah 20 menit mereka bergelut dengan aktifitasnya masing-masing,,akhirnya semua sudah selesai dan dibereskan ke tempatkan masing-masing.. Pada akhirnya bapak dan anak itu pun segera pulang ke rumah untuk membersihkan tubuh karena sebentar lagi memasuki sholat dzuhur. Sepulang dari masjid, mereka pun lantas makan siang bersama. Bu Marni sudah memasak nasi bakar, sayur ketela, perkedel jagung dan sambal. Hampir semua berasal dari kebun mereka. Ayo pak, nak kita makan bersama. Ucap Bu Soraya mengajak keduanya. Wah, ibu masak special ya? Sahut Fauzi Iya nak, sebagai wujud syukur atas kelulusanmu dengan nilai terbaik. Terima kasih bu. Aku bersyukur dengan ini semua. Mereka bertiga pun akhirnya menikmati makan malam bersama. Kurang lebih lima belas menit kemudian mereka selesai dan Fauzi pun lekas membersihkan perabot-perabot kotor bekas untuk segera dicuci. Sejak kecil memang ia telah diajari untuk mambantu ibunya baik itu bersih-bersih rumah hingga di dapur. Lihat pak anak kita, Alhamdulillah ya kita tidak salah mendidiknya hingga ia jadi anak mandiri, penurut dan saleh Ucap Bu Marni. Iya bu, meski kita tidak sekolah tinggi namun berkat kita ajarkan nilai-nilai kebaikan sehingga anak kita bisa berhasil hingga lulus SMA. Sahut sang bapak. **** Waktu terus bergulir mengikuti alur Nya dan malam pun tiba. Setelah sholat isya berjamaah di masjid serta dilanjutkan makan malam bersama maka Fauzi memanfaatkan waktu luang untuk berbicara dengan orang tuanya. Wajahnya terlihat bersemangat dan penuh kegembiraan. Mereka semua menunggu momen yang tepat untuk berbicara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN