Alex menatap Arsen dengan mata yang tidak berkedip. Di dalam hatinya, dia memuji perasaan Arsen yang begitu kuat dan bisa mengenali Bianca dalam sekali pandang saja. “Dia pernah bekerja di Hotel Rasendra enam tahun yang lalu.” “Benarkah?” Arsen terkejut mendengar ucapan Alex. Pikirannya langsung bisa membaca apa yang sedang dipikirkan oleh Bianca saat mereka makan malam tadi. “Ya. Ijazahnya sudah aku pegang.” Alex mengangguk dengan pasti. “Bagus. Aku akan menanyakannya besok.” “Jangan buru buru. Pelajari sifatnya secara perlahan. Sepertinya ada banyak teka teki dari kisah hidupnya. Takutnya jika terus di desak, Bianca malah kabur dan menghilang kembali,” lirih Alex. “Baiklah. Atur jadwal untuk bertemu dengan Alya. Aku sangat merindukannya,” sahut Arsen dengan mata yang terpejam memba