"Aamiin....." ucap semua orang serempak.
Sungguh membuat haru, bila seseorang atau keluarga mengingat hari penting atau hari bersejarah kita, seperti tingkat kepeduliannya itu besar. Sama seperti yang di lakukan Keluarga Atmojo, memberikan ucapan dan doa yang terbaik untuk Aisyah dan Baihaqi.
Malam ini terasa panjang dan lama, semua orang masih terjaga dan berbincang satu sama lain. Para Ibu Muda sudah menidurkan anak mereka, dan kembali berkumpul bersama.
Raina, Suci, Aisyah dan Fatima, mereka membantu sosis dan berbincang ala ibu muda.
"Fatima, kamu sudah isi?" tanya Raina pelan.
Fatima ini menikah baru setahun yang lalu. Pernikahannya di undur karena sesuatu hal, setelah menikah langsung di boyong Faisal ke Papua untuk mengurus Ponpes baru yang sedang dalam tahap pembangunan.
"Belum ada tanda tanda Kak Raina. Kalau nasi banyak didalam." ucapnya terkekeh.
"Kamu gimana Aisyah? sudah cek ke dokter kandungan kan setelah keguguran waktu itu." tanya Raina pelan.
"Sudah Kak, mungkin memang Allah SWT belum memberikan kembali. Kandunganku baik baik saja, sudah siap untuk mengandung. Mungkin usaha kita kurang, Mas Bai sibuk, aku pun sibuk Kak." ucap Aisyah pelan dan sedikit sedih.
"Selama kita berdoa dan bermunajat serta di seimbangkan dengan usaha insya Allah tidak ada yang sia sia. Hanya waktu Aisyah." ucap Suci memberikan dukungan agar Aisyah tidak menyalahkan dirinya secara terus menerus.
"Kadang aku merasa gagal menjadi wanita sempurna, karena belum bisa memberikan anak kepada suamiku. Aku sedih Suci, jalan hidupku kenapa begini. Tidak seperti kalian yang sudah memiliki keturunan dengan cepat." ucap Aisyah terisak.
"Aku juga menunggu dua tahun Aisyah. Aku pernah berada di posisi mu. Tapi aku berusaha, Mas Fathan pun mendukung, memberi motivasi yang sangat tinggi hingga rata kepercayaan diriku yang sempat hilang bisa tumbuh lagi. Gak lama aku positif." ucap Raina memotivasi Aisyah.
"Iya, kalian selalu mendukung aku, dalam suka dan duka. Terima Kasih, Kak Suci, Kak Raina, dan Fatima." ucap Aisyah pelan.
"Kami saudaramu Aisyah, apapun yang terjadi denganmu sama saja tanggung jawab kita juga. Kita harus saling mendukung dan memotivasi, agar kita tetap kuat, tabah dan sabar ya menghadapi semuanya." ucap Raina menasehati.
"Fatima, itu sosisnya gosong." ucap Raina setengah teriak.
"Maaf Kak Raina. Ikut menyimak jadi lupa mengangkatnya.' ucap Fatima terkekeh.
"Sudah ayo kita lanjutkan bakat sosisnya, gak papa Fatima gosong sedikit. Suci sapa dan mayonaise nya ada?" tanya Rania pelan.
"Ada sebentar aku ambil di dapur, margarinnya kurang gak?" tanya Suci pelan.
"Bawa saja Suci." ucap Raina menitah.
Acara malam itu sungguh menyenangkan, semua orang menikmati kecuali para sesepuh yang lebih beristirahat karena sudah lelah. Acara santai malam itu pun berakhir hingga tengah malam dan mereka pun tertidur di kamar masing-masing karena kelelahan.
Berbeda dengan Aisyah dan Baihaqi yang memang sedang progres untuk mendapatkan keturunan. Malam itu pun dijadikan malam pertama yang kesekian kalinya. Malam itu pun hasrat mereka memuncak, dan berkali-kali Baihaqi pun menyemburkan benihnya yang insya Allah akan tumbuh di rahim istrinya
"Kamu sudah lelah Dek? terlihat tidak bersemangat?" tanya Baihaqi yang masih berada diatas Aisyah dan masih menginginkan kembali pergulatan panas untuk finishing sebelum sholat malam.
"Apa aku terlihat lelah? bahkan kamu tidak bisa membedakan mana yang lelah dan mana yang terbuai dengan kenikmatan Mas Bai." ucap Aisyah pelan dan mengecup bibir Baihaqi pelan.
"Boleh ku panjat untuk yang terakhir, sepertinya akan menjadi serabi yang manis untuk di akhir malam ini." ucap Baihaqi yang menggoda.
"Serabi mu akan selalu siap, asalkan yang menikmatinya tidak bosan." ucap Aisyah pelan. Rasa takut kehilangan dan rasa cemas karena suatu permasalahan besar di dalam rumah tangganya akan menjadi momok besar bagi Aisyah.
"Jangan pernah bicara seperti itu Dek. Mas gak suka. Jangan pikirkan kata orang lain yang penting itu antara kamu dan aku baik baik saja." ucap Baihaqi tegas tapi lembut.
Mereka berdua pun menuntaskan hasrat mereka dengan kepuasan maksimal hingga rasa lelah dan kantuk pun sudah tidak tertahankan.
Pagi ini suasana di rumah Suci sudah ramai, teriakan Abuya yang sedang membuka kado dari keluarganya pun membuat rumah pun semakin riuh.
"Wow Mobil remote dari aunty Fatima. Ini Kelen aunty." ucap Abuya teriak dengan suara kencang dan cadel.
"Kamu suka Abuya?" tanya Fatima dengan lembut.
"Suka sekali aunty Fatima." ucap Abuya lantang.
"Buka song dari aunty Aisyah." ucap Aisyah pelan.
Abuya pun dengan semangat membuka kado dari aunty Aisyah.
"Ini keren Aunty Pesawat Terbang pakai remote? Abuya tidak bisa memainkannya." ucap Abuya senang sekaligus kecewa.
"Minta tolong Abi atau sama Om Bai, pasti mau membantumu Abuya." ucap Aisyah lembut.
Abuya pun berlari ke arah Baihaqi untuk membantunya memainkan pesawat terbang itu.
"Om Bai, ini kado dari aunty Aisyah dan Om Baik, tapi Abuya belum bisa memainkannya. Om Bai bisa bantu Abuya?" tanya Abuya dengan sopan.
Baihaqi sedang menyeruput kopinya dan berbincang dengan Fathan pun menengok ke arah Abuya yang meminta pertolongannya dan tersenyum.
"Yuk, Om Bai ajarkan, tapi di samping rumah ya mainnya, jangan di dalam rumah." ucap Baihaqi lembut.
"Siap Om Bai, ayok." ucap Abuya sambil menggandeng tangan Om Bai ke arah samping rumah.
"Sebentar ya Mas Fathan, nanti kita lanjutkan lagi." ucap Baihaqi pelan.
"Iya Bai, aku juga ingin mengurus si kembar biar bundanya bisa mandi dan sarapan." ucap Fathan lembut.
Baihaqi pun berjalan menuju samping rumah bersama Abuya. Dan mulai menerbangkan pesawat nya dengan menggunakan remote. Sesekali Baihaqi mengajari keponakannya itu yang super super aktif dan mau tahu.
Abuya pun mengangguk angguk paham, dengan semua penjelasan dari Baihaqi. Abuya selalu semangat dan antusias terhadap apapun yang baru dipelajarinya. Rasa penasarannya selalu membuat Abuya banyak bertanya dan aktif mencoba hingga benar-benar bisa melakukannya dengan baik.
Acara pagi ini akan berangkat ke Pantai Parangtritis. Disana akan makan siang bersama dan berwisata bersama.
"Semua sudah siap?" tanya Zhein ke seluruh orang.
"Siap." ucap dengan serempak.
"Acara syukuran dilanjutkan acara makan siang di pantai. Semua kebutuhan sudah ada disana. Setelah acara, yang mau langsung pulang silahkan, mau bermalam lagi dirumah ini juga silahkan." Ucap Zhein menjelaskan.
"Oke, semua naik ke mobil masing-masing dan kita berangkat bersama-sama."ucap Fathan pelan.
Semua orang pun berbahagia, hanya acara seperti ini yang bisa membuat mereka bersatu dan bertemu.
Membayangkan sebuah pantai cantik, dengan pasir putih yang hangat dan angin pantai yang kencang. Sorot matahari yang panas membuat kulit pun menjadi gelap.