1
Usia pernikahan tidak menjadi jaminan bahwa setiap keluarga itu bahagia atau tidak. Karena kebahagiaan keluarga sesungguhnya terletak pada komunikasi yang baik, jujur dan terbuka. Tidak ada kebohongan atau sesuatu yang harus di sembunyikan dari pasangannya.
Pernikahan yang dianggap terlalu dini oleh beberapa orang membuat Aisyah dan Baihaqi ingin menunjukkan bahwa pernikahan itu Suci dan bukanlah permainan.
Kenalkan namaku Aisyah Maharani Anak kandung dari Ayah Tito dan Bu Siti. Aku menikah dengan seorang pria yang sangat baik, walupun aku mengenalnya setelah kami menikah. Mungkin bisa dibilang kita pacaran setelah menikah.
Pernikahan kita sungguh unik dan tiada duanya. Kami hanya sebatas tahu, dan menikah malam itu juga atas ijin Allah SWT dan restu dari kedua orang tua kita
Suamiku bernama Ahmad Baihaqi, Putra Angkat Papa Anwar dan Mama Rinjani. Beliau seorang Dosen Agama di Universitas Terbuka di Semarang. Setelah menikah Aku dan Mas Bai, tinggal di kota Semarang. Rumah kami kecil, dan kami membelinya dari hasil kerja keras Mas Bai. Rumah itu dipersembahkan untuk aku istrinya.
Mas Bai, seperti itu aku memanggilnya. Dia pria yang baik, sopan, ramah, rendah hati dan memiliki ketampanan yang luar biasa nikmat bagi kaum hawa yang melihatnya.
Tapi, Mas Bai, bisa membawa diri dengan baik. Dia selalu meyakinkanku bahwa cintanya hanya untuk Aisyah seorang. Cinta dalam diam berakhir dalam ikatan perkawinan yang SAH.
Kehidupan rumah tanggaku cukup harmonis. Mas Bai, seorang Suami yang baik dan tidak banyak menuntut kepada Istri. Kebetulan aku memiliki butik dan menjahit sendiri semua karyaku dengan tanganku sendiri. Jadi waktuku pun banyak terkuras untuk mengurus Butik Aisyah. Walaupun sudah memiliki beberapa karyawan dan dua karyawan kepercayaan, tapi aku merasa harus ikut andil dalam kerja keras ini.
Usia pernikahanku sudah menginjak lima tahun perkawinan. Aku sangat bahagia dan senang, kehidupan sudah sangat sempurna memiliki Suami yang Super baik, dan materi yang cukup untuk membiayai kehidupan kami berdua. Kami hanya berdua dan belum menjadi tiga. Aku pernah mengandung dan pada usia kandunganku menginjak ke lima bulan aku harus kehilangan bayiku karena terpeleset di kamar mandi.
Hal itu membuatku trauma sekaligus membuatku termotivasi untuk bisa mengandung lagi. Tapi semua sudah menjadi rahasia Allah dan takdir Allah SWT. Aku dan Mas Bai hanya memasrahkan diri kepada Sang Pencipta.
Aku teringat Suci saudara se-ayah yang mandiri dan tegar. Dia seorang mualaf, tentu sudah berbahagia dengan keluarga kecilnya yang sudah lengkap menjadi tiga. Suci adalah sosok kakak yang baik dan penuh ketulusan. Hidupnya sangat mandiri dan jujur serta memiliki usaha sendiri berupa Butik. Butik itu di beri nama Zaujati, sesuai dengan statusnya sebagai istri seorang Zhein.
Aku sangat bangga memiliki nama Aisyah, semoga kehidupanku bisa seperti SAYYIDAH AISYAH. Bisa mensyiarkan Islam, dan memberikan keturunan untuk melanjutkan syiar Islam di kemudian hari.
Tepat hari ini adalah Ulang Tahun Abuya yang ke lima tahun. Abuya adalah putra semata wayang Suci dan Zhein. Ada undangan syukuran untuk anaknya, undangan pun disampaikan secara langsung via telepon satu minggu yang lalu. Semua saudara akan hadir di rumah Suci. Lihatlah aku hanya bisa memberikan kado ulang tahun saja, tanpa bisa memberikan teman bermain bagi Abuya.
Sudah lima tahun usia pernikahanku dengan Mas Bai tanpa kehadiran anak. Tapi Mas Bai selalu mengingatkan aku, untuk terus berdoa dan bermunajat kepada Allah SWT. Jangan pernah putus asa dan sedih. Allah SWT akan memberikan atau mengabulkan doa hamba-nya sesuai dengan kebutuhannya bukan keinginannya.
"Dek Aisyah, kamu sudah siap? kita menginap satu malam saja ya, karena lusa Mas ada meeting di Kampus." ucap Baihaqi pelan.
Tangannya masih sibuk menggulung lengan kemeja panjangnya dan merapikan kemejanya yang sedikit berantakan akibat tidak hati hati.
"Iya Mas Bai, kita cukup satu malam saja, Aisyah rindu pada Kak Suci dan Abuya. Siapa tahu, bisa nular ke Aisyah." ucap Aisyah dengan mata berbinar.
"Kamu harus sabar. Percaya sama Mas ya. Kita pasti akan memiliki anak, buah cinta kita berdua." ucap Baihaqi meyakinkan.
Mereka berdua pun sudah selesai bersiap dan keluar dari kamar menuju ruang depan.
"Mbok Surti.... Mbok..." panggil Aisyah pelan.
"Iya Bu Aisyah..." jawab Mbok Surti dengan Sopan.
"Bawakan semua oleh oleh yang sudah saya siapkan tadi di meja makan, jangan lupa rendangnya sudah di pindahkan ke wadah besar?" ucap Aisyah pelan.
"Sudah beres semua Bu Aisyah, tadi simbol dan Amin yang memasukkan barang-barang ke dalam mobil." ucap Mbok Surti pelan.
Perjalanan dari Semarang menuju kota Yogyakarta menempuh waktu sekitar tiga atau empat jam. Cukup lama memang, karena kondisi weekend yang sudah pasti macet karena padatnya kendaraan dan juga jalan menuju kota Yogyakarta itu hanya ada satu jalur, dengan medan jalan yang cukup menegangkan saat berada di kota Ambarawa dan Bedono. Jalanan yang naik turun curam dan berkelok tajam. Cukup seru bagi penikmat jalanan, karena ramai penjual buah dan serabi.
Bicara Serabi, rasanya malam ini pun serabi manis harus tercicipi dengan lancar.
Sore ini, Mas Bai menggunakan Supir Pribadinya yang biasanya mengantarkan Aku kemana saja bila Mas Bai berhalangan. Badannya lelah, setelah satu minggu ada acara makrab mana di Universitas, Mas Bai sebagai Pendamping.
Setelah ini akan ada acara keagamaan, selama tiga hari, di daerah Kudus. Mas Bai memang sibuk, banyak tugas sampingan yang dia terima, karena sebagai dosen muda yang masih enerjik dan kuat.
Aku sangat memahami kesibukan Mas Bai, beliau cukup bisa membagi waktu dengan baik. Antara kampus dan keluarga, kecuali memang dinas ke luar kota. Kadang aku diajak, kadang aku pun harus sendiri di rumah untuk menyelesaikan pesanan menjahitku.
Banyak artis lokal, pejabat dan orang penting yang memesan baju dengan desain dan jahitan langsung dari pemiliknya. Mereka mempunyai suatu keinginan yang macam macam.untuk setiap desain baju yang akan mereka gunakan. Contohnya saja, dibordir setengah badan dengan motif batik menggunakan benang emas, atau di rangkaian Payet indah bernuansa gold dan silver berbentuk elips. Pembeli adalah raja, apapun pesanan mereka kalau memang mampu pasti akan diterima, tapi bila memang merasa kesulitan maka akan ditolak secara halus.
Mas Bai duduk di depan di sebelah Supir, sedangkan Aisyah duduk di bagian belakang dan menikmati perjalanan sorenya menuju Kota Yogyakarta. Sudah lama tidak melewati jalan ini, terasa banyak yang berbeda.
Perjalanan pun akhirnya sampai di Kota Yogyakarta. Kota penuh mimpi dan harapan, hingga memberikan hikmah dibalik mimpi yang tidak pernah terkejar itu.