Welcome Dinda

985 Kata
"Bang Bi, jangan gitu dong. Bang Bi kayak gini tuh seakan-akan bakal melepas Rara nikah deh, lebay banget pake acara merajuk segala." "Bang!" Rara menatap pintu Bian lesu, sudah sedari tadi ia bicara panjang lebar tapi tak dibalas sama sekali. "Ra, kamu ngapain di depan pintu bang Bian?" Rara menolehkan wajahnya ke samping kanan dimana kamar Chiko berada. "Nunggu bang Bi keluar bang, udah ketuk pintu dari tadi gak dibuka pintu nya. Rara ngoceh juga gak dijawab." Chiko tersenyum tipis sangattt tipis hingga tidak terlihat. "Bang Bi kan kerumah sakit Ra, kamu disitu sampai siang juga gak akan ada balasan." Rara mendengus sebal, ternyata orangnya tidak ada. "Bukannya semalam bang Bi dirumah sakit ya? Kok pagi ini masih disana?" "Semalam itu kan ada telfon mendadak katanya sih ada kejadian kebakaran dan korbannya cukup banyak, kalau pagi ini memang bang Bi praktek pagi kan?" Rara mengangguk kepala paham. "Kamu sudah siap?" Chiko menilik kelengkapan adiknya. "Kita berangkat sekarang." Selama perjalanan tak ada obrolan yang panjang dan penting, lebih banyak diisi dengan nada musik jazz yang terdengar dari radio milik Chiko. "Sudah sampai." "Terima kasih abangku yang ganteng." Rara mengecup pipi Chiko dengan cepat. "Aku masuk ya bang. Hati-hati di jalan." Rara tersenyum seraya menatap kepergian mobil Chiko didekat gerbang. "Rara!" Suara itu sedikit familiar ditelinga Rara. Alangkah terkejutnya ia mendapati seorang gadis cantik yang menghampirinya. Tiba-tiba pelukan hangat dirasakan oleh Rara yang langsung dibalasnya. "Dinda!!" "Miss you so bad Ra, aku pengen banget ketemu kamu sejak kita kenalan." "Aku juga, gak nyangka aku kalo kamu sekolah disini." "Mee too. Tapi karena keadaan akhirnya aku memutuskan kemari." "Yuk kita masuk. Aku antar kamu ke ruang kepala sekolah, terus minta kamu sekelas denganku." "Jangan gunakan kekuasaan nona kecil. Aku akan terima di kelas mana pun aku ditempatkan." "No no no. Pokoknya aku bakal minta request khusus untuk kamu." "Rara!!!" Suara ini sangat tidak asing untuk Rara. Rara memutarkan kepala melihat siapa yang mengejarnya begitu pun Dinda. "Oh my.. Ini beneran Dinda kan Ra???" Rara mendengus sebal tetapi tak ayal ia mengangguk. Jadi sahabatnya ini berlarian dari ujung koridor sana menuju kemari hanya untuk menanyakan itu? Rasya melihat Dinda tidak percaya, lain lagi Dinda yang hanya bisa terkekeh kecil melihat tingkah lucu Rasya -menurutnya. "Kamu Rasya, right?" Mata Rasya kini kembali berbinar. Ia pun mengangguk mantap. "Gak mau peluk untuk pertemuan pertama kita?" Tawaran Dinda tentu saja tidak disia-siakan gadis muda itu. "Oh ya ampun! Gak nyangka bisa ketemu gadis secantik ini!!" Rasya sampai memeluk erat Dinda dan melompat-lompat, kembali membuat Dinda tertawa. "Woy udah udah, mau masuk ini. Rasya lepasin itu si Dinda, mending kita anter dia ke ruang kepala sekolah." Rasya pun mengangguk semangat dan merangkul bahu Dinda tanpa tahu malu. "Gue heran deh, sebenernya yang teman penanya Dinda itu gue atau lo. Pake acara peluk bahu dia segala. Giliran gue aja gak pernah lo gituin." Rasya menahan tawa mendengar gerutuan Rara. "Raraku sayang, kita itu sahabatan ya. Kalo dia temen lo artinya temen gue juga begitu pun sebaliknya. Dan kali ini gue bakal meresmikan hubungan kita bertiga menjadi sahabat dan bakal buat geng, nanti biar gue pikir namanya apa yang cocok." Rara berdecih sinis. "Dasar kampungan, masih jaman aja itu buat geng. Norak banget sih, gak setuju gue. Kalo kita teman yaudah let it flow aja gak usah sok resmikan segala lah." "Bodo, gue gak peduli hinaan lo dan gue gak terima keluarnya member titik." Kini mereka sudah berada didepan pintu ruang kepala sekolah, setelah mengetuk pintu dan diizinkan masuk mereka pun duduk disofa yang disediakan. "Pak, ini saya mau anter teman saya yang pindah hari ini namanya Adinda Parsha Dornan asal sekolah nya dari negeri kangguru pak. Dia kelasnya dimana ya pak?" "Fazra kebetulan sekali Adinda ini satu kelas dengan kamu. Jadi bapak boleh minta tolong dengan kamu untuk mengajak dia ke kelas dan menjadi temannya." "Oh iya pak tentu, terimakasih." "Tuh kan beruntung banget deh kita bisa satu kelas." Rasya membuka suara ketika mereka keluar dari kelas. "Pasti kelas kita heboh nih kedapatan anak baru bule cantik model Dinda gini." Rasya dan Rara terkikik geli membayangkan sedangkan Dinda tersenyum melihat kedua temannya itu. "Oh iya nanti Dinda duduk dimana ya Ra?" "Ntar deh gue pikir dulu, hmm.. kayaknya meja dibelakang kosong Sya. Dan lo tahu kan temen sekelas kita si Anji dia kan pemalas tuh pasti suka duduk dibelakang. Jadi biar si Cupu Didi dibangku sama Dion dan Ando duduk bareng Dinda disebelah kita, bereskan?" "Sip sip ide cemerlang memang. Bangga gue jadi temen lo Ra." "Najis sih." Mereka bertiga tertawa entah lucunya dimana. Tanpa menghiraukan tatapan ingin tahu, kagum dan iri para siswa siswi sekolah yang mereka lewati. "Gue gak setuju! Enak Ando dong duduk bareng cewek cakep apa banget deh." Dion menolak keras ide Rara. "Lo kok gitu sih Yon. Kemarin-kemarin ngeluh karena dipindah kedepan sama Miss Reni, terus sekarang ditawarkan duduk dibelakang gak mau." "Masalahnya Ra, bukan di depan atau belakang. Tapi ini masalah untung dan rugi Ra. Lo perempuan mana ngerti. Ah bete gue." "Yaudah sih Yon. Lagian dibelakang gak belakang amat, itu tempat duduk lo nomor dua dibelakang kursi lo yang depan ini buser dah. Kalo gak mau yaudah biar Dinda duduk sama Didi." Rasya kini angkat bicara. "Ck yaudah yaudah gue pindah." Akhirnya setelah berdebat cukup lama Dion pun mengalah. Membiarkan Dinda duduk di kursi miliknya. Dinda tersenyum manis saat mengucapkan terimakasih pada Dion. Berhasil memadamkan mood buruk yang menerpa pemuda itu. "Gitu aja ribet. Si Dion emang sok-sokan aja orangnya. Ngedumel terus giliran disenyumin cewek cantik langsung kicep." Gerutuan Rasya tentu saja dapat didengar jelas oleh yang lain. "Rara, Rasya." Panggilan itu berasal dari Dinda. "Kenapa Din?" "Nanti pulang sekolah luang?" Kedua gadis itu sedikit berpikir untuk mengingat lalu menggeleng. "Mau main ke apartemenku? Aku ada oleh-oleh untuk kalian." "Oke deh. Kalo oleh-oleh gak nolak." "Pasti mau lah. Masa iya ditolak." Vote and Comment guys!!! Bungsu Haling❤
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN