MENIKMATI CINTA

633 Kata
Hari ini, tanggal enam bulan enam Mereka berdua akan menikah. Bagas dan Raisa. Beruntung Farel sembuh dari sakitnya. Bagas telah menyiapkan rumah sewa untuk keluarga barunya di kota. Raisa tidak perlu lagi tinggal di kebun. Akan menyulitkan. Bagas membawa mereka semua pindah dua hari sebelum pernikahan mereka. Rumah dari kayu di jalan Patmaraga. Kebanyakan rumah di sini terbuat dari kayu, memang. Jarang sekali yang terbuat dari batu bata. Kayu ulin, itu bahan utama membuat rumah di sini. Rumah dengan dua kamar dan satu dapur juga kamar mandi adalah rumah yang di tempati Raisa bersama anak-anak. "Kalau kita menikah anak-anak di titipkan siapa ?" Tanya Bagas pada Raisa malam itu. "Aku titipkan tetangga sebelah rumah, kan kita perginya nggak lama, jadi nggak masalah." "Baiklah kalau begitu." Raisa mempersiapkan diri, gaun panjang warna putih yang ia jahit sendiri, jilbab putih dan kerudung dari bahan kain bruklat berwarna putih juga. Raisa memoles wajahnya dengan riasan ala kadarnya. Ia tidak ingin nampak mencolok di depan para tetangga. Dia malu, menerima pinangan laki-laki di usia yang tidak muda lagi dan sudah punya banyak anak. Akad nikah di gelar di musholla dekat rumah, ada pak RT beberapa tetangga dan anak Raisa yang tertua. Akad nikah yang syahdu, Raisa mencium lengan Bagas. Laki-laki baik yang kini jadi suaminya. Laki-laki yang terus berjuang menghalalkannya. Raisa terharu, menerima mahar dari Bagas. Uang tunai enam belas juta. Angka yang luar biasa banyak bagi wanita biasa seperti dirinya. Enam belas juta itu adalah angka kelahirannya sekaligus juga tanggal pernikahan mereka kali ini. Masalahnya bukan jumlah uangnya tapi Bagas tidak pernah bilang bahwa ia akan memberikan uang sebanyak itu. Saat di tanya Raisa minta maskawin apa Raisa hanya menjawab " Semampunya saja " Dan perbincangan pun terhenti. Tidak ada kelanjutannya sampai hari ini. Hingga uang enam belas juta itu di terima oleh Raisa dengan bangga. Bagaimana tidak bangga, di usianya yang sudah kepala tiga menerima maskawin sebanyak itu ? Maskawin adalah wujud penghormatan seorang lelaki pada wanitanya, mereka bisa meminta apapun yang mereka ingin dan lelaki bisa juga menawarnya. Meskipun pada akhirnya wanita mulia adalah yang paling sedikit permintaannya terhadap maskawin untuknya. Sampai disini kita dapat memahami bahwa, pemberian maskawin sesuai dengan kemampuan calon suami dan keikhlasan calon istri. Tidak ada paksaan. Tidak ada ketentuan jumlah dan kadarnya. Hari ini, Bagas telah membuktikan cintanya lewat maskawin nya meski Raisa tidak pernah meminta. Beberapa saksi dan undangan sudah pulang. Tinggal Raisa dan Bagas di pelataran musholla, mereka saling memandang. Bagas mengusap kepala Raisa lembut. Ia demikian bahagia. Bagas dan Raisa tiba di rumah. Anak-anak menyambut orang tua mereka. "Mas, maaf malam pertamanya tidak seperti yang seharusnya." Raisa bicara sambil bersandar di d**a bidang suaminya. Raisa bahagia, akhirnya mereka bisa halal di mata Tuhan dan manusia hari ini. "Aku yang harusnya minta maaf belum bisa memberikan sesuatu yang layak untuk mu." Mereka saling memberikan semangat menghadapi hidup mereka kedepannya. Pukul sembilan malam Anak-anak sudah tidur, Bagas bangkit mengunci pintu. Membetulkan letak selimut anak-anaknya. Menatap mereka dengan doa. Raisa menyiapkan segelas kopi untuk suami barunya. Meletakkannya di lantai kamar karena tak ada meja makan di rumah baru mereka. Rumah mereka sangat minim perabotan. Tapi Raisa bersyukur sekarang jauh lebih baik. Raisa mengganti bajunya dengan gaun malam tanpa pakaian dalam. Gaun hitam menerawang itu sangat cocok di kulit putih Raisa. Ia mendekati suaminya yang sedang menyeduh kopi buatannya tadi. Bagas terpana, Wanita dihadapannya cantik sekali. Ada gambar bunga mawar dari hena di d**a kirinya, membuat gairah Bagas bangkit. Raisa membiarkan Bagas beraksi menyelesaikan geloranya yang sedang berapi-api. Bagas memegang kuat lengan Raisa, menghisap leher putihnya dengan nafsu yang sedang membara. Raisa pun melakukan hal yang sama. Setengah memekik mereka, ketika lava panas itu membasahi kesepian Raisa selama ini. Raisa lunglai dalam.pelukan suami barunya, Bagas. Mereka berbincang sejenak kemudian terlelap dalam gairah malam pertama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN